• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJAGA ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

Islam rahmatan lil alamin sesungguhnya identik dengan Islam Indonesia. Bukannya Islam di tempat lain tidak seperti ini, akan tetapi sebagai konsep sosiologis, Islam rahmatan lil alamin memang dicetuskan oleh para tokoh Islam Indonesia yang memang menghendaki agar Islam memiliki peran sebagai Agama yang di dalam praksisnya bisa menjadi penyejuk bagi seluruh alam.
Islam secara tekstual memang menghendaki agar para pemeluknya menerapkan kehidupan yang penuh rahmat. Kemudian teks tersebut mengejawantah di dalam kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang dan juga mengedepankan kerukunan, keharmonisan dan keselamatan.
Sebagai agama yang mengusung keramahan dan kerahmatan bagi semua, maka tantangannya juga tidak sedikit. Dua di antara tantangan yang utama adalah liberalisme dan radikalisme. Jika tidak dilakukan antisipasi terhadap keduanya, maka dikhawatirkan bahwa ke depan akan terjadi kekerasan demi kekerasan atas nama agama.
Liberalisme dan radikalisme merupakan dua wajah yang sangat berbeda dengan corak ideologis yang berbeda pula. Keduanya adalah ideologi cangkokan dengan nalar yang sangat bertolak belakang. Liberalisme bersumber dari pemikiran barat yang positivistik materialistik, sedangkan radikalisme adalah anti tesis liberalisme, yang bersumber dari ajaran agama-agama yang bercorak ekstrim.
Keduanya terdapat proses saling merespon. Adakalanya liberalisne adalah respon terhadap radikalisme dan ada kalanya radikalisme adalah respon tethadap liberalisme yang terus berkembang. Dalam kasus liberalisme di Indonesia, maka ia lahir karena semakin menguatnya gerakan radikalisme yang sudah merambah kekuasaan. Makanya kemudian muncullah gerakan liberalisme yang dalam banyak hal diikuti oleh anak-anak muda.
Liberalisme memang di dalam kenyataannya lebih berkonsentrasi kepada pemikiran atau menjadi gerakan pemikiran. Mereka bergerak di dalam wacana-wacana tentang pembaharuan pemikiran keislaman. Mereka ingin menyajikan tafsiran baru tentang ajaran agamanya. Sayangnya bahwa tafsirannya yang jauh dari makna teks dan cenderung menggunakan logika dari pada metodologi tafsir para ulama terdahulu, maka kemudian dianggap menyimpang. Saya sampai kesimpulan bahwa gerakan liberalisme bukanlah gerakan ideologi akan tetapi hanyalah sebuah metodologi berpikir yang tidak lazim dan nyentrik untuk mengaduk-aduk kemapanan tafsiran agama yang selama ini sudah dianggap mapan.
Di sisi lain yang lebih mengkhawatirkan adalah gerakan radikalisme, sebab gerakan ini mengandung prinsip ideologis yang harus diperjuangkannya. Prinsip ideologis tersebut adalah terbentuknya negara agama atau negara Islam. Meskipun bajunya bermacam-macam, akan tetapi tetap saja targetnya adalah berdirinya dawlah Islamiyah.
Jika dibandingkan dengan gerakan liberalisme agama, maka tantangan kaum radikal tentu jauh lebih kuat sebab secara kenyataan bahwa ada idieologi negara yang diperjuangkannya. Dengan demikian, dari sisi kenegaraan, maka ideologi radikal jauh lebih membahayakan posisi NKRI.
Agar ke depan kita ingin kejayaan Indonesia terlaksana, maka mau tidak mau harus melakukan pemetaan secara mendasar tentang tantangan Indonesia dan Islam moderatnya ini. Oleh karena itu keterlibatan seluruh komponen bangsa untuk menjaga komitmen tentang NKRI harus tetap dikedepankan.
Wallahu a’lam bi al shawab

Categories: Opini