JADIKAN IAIN SEBAGAI RUMAH BERSAMA
Ada suatu momen yang sangat baik bagi saya untuk bertemu langsung dengan dosen muda IAIN Sunan Ampel. Ada sebanyak 102 dosen IAIN Sunan Ampel yang berkumpul di Tretes Hotel (29/11/2011), untuk membicarakan tentang training on text book writing untuk perguruan tinggi. Mereka bertemu difasilitasi oleh anggaran capacity building IDB yang telah dimulai tahun ini.
Dosen muda IAIN Sunan Ampel sesungguhnya memiliki kemampuan yang sangat baik. Ada di antara mereka yang lulusan Timur Tengah dan juga lulusan negeri Barat, selain itu juga ada doktor lulusan dalam negeri yang juga tidak kalah kualitasnya di dalam karya akademik dan lainnya.
Mereka ini adalah orang-orang terpilih yang memiliki peluang besar untuk menjadi ilmuwan sesuai dengan bidangnya. Ada di antara mereka yang memiliki keahlian di bidang islamic studies dan ada juga yang memiliki keahlian di bidang ilmu sosial, filsafat dan sebagainya. Variasi keahlian mereka tentu membanggakan saya dalam hal sebagai generasi penerus dunia akademik IAIN Sunan Ampel.
Sebagai insan akademik, maka sesungguhnya ada ciri khas yang diemban oleh dosen PTAIN, yaitu yang disebut sebagai tri darma perguruan tinggi, yaitu darma pendidikan, darma penelitian dan darma pengabdian masyarakat. Melalui tiga darma inilah maka perguruan tinggi Indonesia seharusnya memiliki ciri khas yang membedakannya dengan perguruan tinggi lainnya. Akan tetapi kenyataannya bahwa masih jauh panggang dari api. Realitas empiris menyatakan bahwa banyak kaum akademisi yang belum memberikan kontribusinya secara nyata bagi pengembangan akademik. Terbukti bahwa kita kalah dengan Nepal dalam kaitannya dengan dokumentasi karya akademik dan referensi akademik di kalangan akademisi internasional.
Itulah sebabnya di dalam momen penting ini, maka saya kemukakan agar para dosen memiliki pemahaman tentang VK3 atau visioner, komitmen, kebersamaan, kerja keras, cerdas dan ikhlas. Dosen harus visioner, yaitu memiliki visi untuk pengembangan akademik dan kelembagaan. Jika ada dosen yang tidak hafal visi lembaga di mana dia mengabdikan diri, maka ini adalah kesalahan yang fatal. Bagaimana seorang dosen akan mengembangkan dunia akademik jika visi perguruan tingginya saja tidak dipahaminya.
Visi sebagai pusat pengembangan ilmu keislaman multidisipliner yang unggul dan kompetitif haruslah dipahami dengan baik, sehingga semua proses pembelajaran dan program pembelajaran haruslah mengarah kepada visi itu. Jika kita tetapkan bahwa tahun 2020 adalah tahun pencapaian visi itu, maka tentunya haruslah ada usaha untuk mencapainya pada tahun tersebut.
Kemudian dosen juga harus memiliki komitmen pada lembaganya untuk dikembangkannya. Jadikanlah lembaga itu sebagai isteri pertama dan bukan kedua apalagi ketiga. Jangan terbalik kita menjadikan lembaga lain sebagai yang utama sementara IAIN Sunan Ampel sebagai yang kedua dan seterusnya. Komitmen itulah yang akan membawanya ke arah kemajuan yang menjadi cita-cita bersama.
Lalu memiliki kebersamaan. Kesuksesan tidak akan diraih dengan kerja sendirian. Setiap keberhasilan pastilah diraih melalui kebersamaan tersebut. Jadi hanya kebersamaan yang akan mengantarkan seseorang untuk sukses. Bersama kita bisa merupakan slogan yang sangat baik untuk dijadikan sebagai pegangan. Dengan kebersamaan, maka akan bisa dicapai apa yang menjadi keinginan dan cita-cita bersama tersebut.
Semuanya akan bisa diraih, jika para dosen bekerja keras, cerdas dan ikhlas. Oleh karena itu, agar IAIN Sunan Ampel akan jaya di masa depan, maka para dosen mudalah kata kuncinya. Jika para dosen muda bisa melakukannya, maka peluang untuk maju bagi lembaga ini akan sangat besar.
Wallahu a’lam bi al shawab.
.