• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEKUASAAN

Sebagaimana biasa bahwa untuk membunuh waktu ketika di pesawat, saya sempatkan untuk membaca koran. Ketepatan harian Kompas (26/11/2011) memuat tulisan yang menarik, yaitu tulisan Jakob Sumardjo tentang Nafsu Berkuasa. Dia mengutip sajak Peter Meinke, “libido ergo sum” atau “aku punya nafsu maka aku ada.” Ya, aku ada karena aku memiliki libido. Begitulah kira-kira tafsirannya.
Dunia ini memang menjadi ramai karena adanya nafsu. Bisa nafsu apa saja. Nafsu makan, nafsu minum, nafsu kaya dan juga nafsu berkuasa. Orang Jawa mengajarkan agar di dalam kehidupan ini menghindari lima nafsu, yaitu meminum minuman keras, bermain judi, bermain perempuan, mencuri, dan bermabuk-mabukan. Di dalam bahasa Jawa disebut sebagai molimo, yaitu main, madat, madon, maling lan minum. Nafsu ini yang di dalam banyak hal mengarahkan kepada tindakan yang tidak bermanfaat bahkan menghancurkan.
Hampir seluruh nafsu itu melibatkan orang lain. Artinya bahwa nafsu selalu berurusan dengan orang lain, sebab nafsu selalu mengarahkan orang kepada tindakan yang terkait dengan manusia lainnya. Suatu contoh, tentang meminum minuman keras, maka pastilah melibatkan lainnya. Ada konsumen ada produk. Jadi selama masih ada orang yang suka meminum minuman keras, maka pasti ada yang memproduknya.
Ada sebuah cerita yang dilansir dari konsepsi keagamaan (cerita tentang Malaikat Harut dan Marut), bahwa suatu ketika ada Malaikat yang menjelekkan perilaku manusia, maka oleh Tuhan, Malaikat tersebut lalu diturunkan ke dunia dan diberilah sifat kemanusiaan. Maka, mula-mula dia bertindak yang sangat baik sampai suatu ketika datang godaan untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ada sejumlah tawaran untuk melakukan tindakan yang menyimpang. Maka semua ditolaknya. Begitu kuatnya godaan itu, maka akhirnya dipilihlah yang paling kecil madharatnya. Dia pilih meminum minuman keras. Maka akhirnya mabuklah dia dan tindakan terlarang pun dilakukannya. Di akhir episode kemudian dia bertobat dan tobatnya diterima Tuhannya.
Cerita ini menggambarkan betapa besarnya pengaruh nafsu terhadap diri manusia. Itulah sebabnya al Qur’an menyatakan “sesungguhnya nafsu mengarahkan tindakan ke arah keburukan”. Libido atau nafsu akan mengarahkan manusia kepada jurang tindakan yang menyesatkan. Ada banyak kasus yang melibatkan relasi antara nafsu dengan kegagalan di dalam kehidupan.
Yang menakutkan adalah nafsu kuasa. Sebab nafsu kuasa adalah ranah pelayanan publik, yang bisa berakibat terhadap umat atau masyarakat. Nafsu kuasa itu pernah ditampilkan oleh Firaun dalam sejarah kehidupan manusia. Nafsu kuasanya yang demikian tinggi, maka sampai memaksa rakyatnya untuk menyembahnya sebagai Tuhan. Dan sebagai konsekuensinya, maka siapa yang menolaknya dianggap sebagai musuhnya dan harus dihancurkannya.
Nafsu kuasa sungguh dahsyat pengaruhnya sebab menyangkut penguasaan atas semua sumber daya. Jika seseorang memiliki nafsu kuasa, maka di dalam darahnya hanya ada satu kata “hancurkan yang akan menghalanginya”. Maka di mana-mana setiap perebutan kekuasaan selalu menyertakan tumpahnya darah di bumi pertiwi. Jika tidak itu yang dilakukan, maka dipilihlah pembunuhan karakter. Orang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat kekuasaannya.
Di dalam dunia hasrat kekuasaan, maka yang menjadi pesaingnya adalah musuhnya. Dan terkadang agama juga hanya menjadi lapisan tipis ketika berhadapan dengan nafsu kuasa. Artinya, agama yang sesungguhnya berbalut moral akan berada di pinggiran ketika berhadapan dengan dunia kekuasaan yang penuh konfliktual.
Machiavelli pernah menyatakan bahwa tujuan menghalalkan segala cara. Ini adalah kalimat sindiran di dalam dunia kekuasaan yang memang menghalalkan semua cara untuk memperolehnya. Jika orang bertujuan untuk berkuasa, maka semua cara akan ditempuhnya. Tidak ada yang haram semuanya halal.
Libido kekuasaan inilah yang sering kemudian menghancurkan peradaban. Oleh karena itu jika ada orang yang libido kuasanya sangat besar tentu harus direduksi dengan cara yang beradab. Sambil terus didoakan agar yang bersangkutan memperoleh hidayah dari Allah swt agar kembali ke jalan yang benar.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini