DIKLATPIM PUN BERAKHIR SUDAH
Waktu itu seperti dilipat dengan cepat. Sepuluh minggu kami berada di Diklatpim I Angkatan XXII. Terhitung mulai 13 September 2011 sampai 15 Nopember 2011. Selama itu kami bersama kawan-kawan menimba ilmu kepemimpinan dalam kerangka pendidikan dan pelatihan. Semula waktu berjalan lambat, akan tetapi semakin lama terasa waktu berjalan dengan cepat. Akhirnya perpisahan pun datang menjelang.
Sebagai ketua kelas di Diklatpim Tingkat I, maka saya diminta untuk memberikan sambutan atas nama kelas di dalam acara penutupan.
Angkatan ini memang memiliki kekhususan, sebab meskipun dalam waktu yang terbatas, akhirnya kelas ini bisa menghasilkan buku dari hasil rekaman proses selama Diklatpim berlangsung, yaitu sebuah buku yang diberi judul “Falsafah Bangsa dalam Dinamika Pembangunan Nasional dan Kebijakan Pemerintahan”. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari Blog dan renungan atau jurnal harian peserta. Sungguh menjadi kebahagiaan ketika bisa berbeda dengan angkatan lainnya dalam produk pendidikan. Salah satu pembelajaran dari Bagawan Marketing Indonesia, Hermawan Kartajaya, adalah to be different. Dan perbedaan itu salah satunya adalah hadirnya buku tersebut.
Sebagai peserta yang mendapat amanah untuk menyampaikan pidato dalam acara penutupan, maka saya sampaikan beberapa hal, pertama, adalah ucapan terima kasih kepada para pejabat di LAN, khususnya Prof. Dr. Ismail Said, Deputy Spimnas yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk mengikuti acara ini. Lebih dari itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada nara sumber dan widyaiswara yang sudah memberikan arahan dan pemaparan tentang materi pembelajaran.
Semua dari mereka bukan sekedar narasumber atau widyaiswara akan tetapi juga guru. Saya menjadi teringat kepada ucapan Sayyidina Ali Karramahullahu wajhah di dalam kitabnya “Ta’limul Mutaallim” bahwa beliau akan mengabdikan dirinya, jiwa dan raganya, kepada orang yang mengajarnya suatu ilmu meskipun hanya satu huruf”. Hal ini menandakan bahwa tidak ada lagi yang disebut sebagai mantan guru atau mantan pendidik, sebab mereka adalah orang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada yang lainnya. Jadi, tidak ada kata menyepelekan guru atau tidak menghormat guru.
Kedua, bahwa peserta Diklatpim ini adalah representasi Indonesia. Ada variabilitas agama, suku, bahasa dan budaya, akan tetapi mereka bisa menyatu dalam satu kesatuan. Andaikan masyarakat Indonesia bisa melakukan hal yang sama, maka dipastikan bahwa Indonesia akan aman dan damai. Meskipun mereka berbeda akan tetapi bisa menjadi satu. Unity in diversity. Mereka adalah orang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, akan tetapi mereka bisa menyatu dalam damai. Bisa duduk bersama, bisa diskusi bersama, bisa makan dan minum bersama bahkan juga bisa menyanyi bersama. Semuanya menggambarkan bahwa kita adalah satu kesatuan. Di dalam forum, maka kita berbicara tentang kita dan bukan berbicara tentang aku. Kekitaan dan bukan keakuan. Salah satu problem keindonesiaan kita sekarang adalah pada keinginan untuk berkata dan bertindak aku dan bukan kita.
Sebagai pejabat yang akan menyandang jabatan eselon I atau sudah menjabat eselon I, maka kami yakin bahwa di dada kami ada darah merah putih, darah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika dada ini dibelah, maka akan keluar pernyataan, bahwa kami adalah penegak Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah komitmen kita semua, bahwa ketika kita ditakdirkan untuk menjadi pejabat eselon I, maka tidak ada yang melebihi keinginan untuk tetap menjaga empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan.
Komitmen ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keinginan kita bersama untuk membangun bangsa ini sesuai dengan cita-cita bangsa, sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu hasil terbesar dari Diklatpim ini adalah ketika sebagai pejabat negara kemudian berkomitmen untuk meneguhkan kesatuan dan persatuan bangsa sebagai modal dasar untuk membangun bangsa yang berkeadilan.
Selamat atas semua capaian di dalam Diklapim ini, semoga semuanya bermanfaat bagi peningkatan pelayanan birokrasi sebagai instrumen untuk membangun bangsa.
Wallahu a’lam bi al shawab.