ISLAH: JALAN MENUJU KERUKUNAN
Jika manusia bersyukur kepada Allah, tentu sangat wajar sebab manusia diberi potensi untuk melakukan kebaikan dalam pengertian yang umum maupun khusus. Kebaikan umum terkait dengan tindakan terhadap sesama umat manusia dan keaikan khusus adalah tindakan kepada sesama umat Islam. Kemudian Allah juga mengajarkan kepada manusia agar selalu membangun kerukunan, keharmonisan dan keselamatan. Tiga hal inilah yang disebut sebagai pilar dalam membangun kehidupan di dunia. Bisa dibayangkan bahwa hidup tanpa kerukunan, tanpa keharmonisan dan tanpa keselamatan, maka kehidupan tersebut tentu terasa berada di neraka. Akan menjadi terasing di tengah keramaian yang di dalam konsepsinya David Reismann disebut lonely in the crowd.
Bukankah sekarang ini banyak orang yang terasing di dunia ramai. Banyak orang yang kesepian di tengah kehidupan yang serba gemerlap. Jika terjadi seperti ini, maka salah satu penyebabnya adalah rendahnya kemampuan untuk melakukan relasi sosial yang berbasis pada kerukunan, keharmonisan dan keselamatan tersebut. Ketika manusia menjadi semakin individual, maka seketika itu sesungguhnya manusia tersebut sudah tercabut dari akar kehidupan sosialnya.
Franz Magnis Suseno pernah melakukan riset tentang filsafat hidup Orang Jawa dan beliau menyatakan bahwa pandangan hidup Orang Jawa itu bertumpu pada tiga hal, yaitu: rukun, harmoni dan slamet. Hidup harus mengedepankan kerukunan, sebab melalui kerukunan tersebut maka hidup akan menjadi nyaman dan damai. Hidup juga harus berada di dalam keseimbangan, yaitu seimbang dalam memandang dunia dan akherat, hidup sekarang dan yang akan datang. Dan tujuan hidup yang paling utama adalah untuk memperoleh keselamatan. Baik keselamatan di dunia ini maupun keselamatan di akhirat.
Jika dikaji tentang ungkapan orang Jawa, maka sesungguhnya dapat dijumpai tentang konsep hidup yang baik, misalnya rukun agawe santosa congkrah agawe bubrah. Hal ini menandakan bahwa Orang Jawa itu sangat mengedepankan kerukunan dan menjauhkan diri dari konflik atau sebangsanya. Kerukunan akan membawa ke arah kekuatan. Konsepsi ini adalah konsep yang sangat universal dan telah teruji dalam rentangan sejarah kehidupan umat manusia. Konflik akan mengarah kepada kerusakan juga sangat universal dan sudah teruji secara empirik. Dalam kasus konflik di Ambon, misalnya maka hal itu ternyata memutar balik perjalanan waktu ke belakang 30 tahun yang lalu. Pembangunan berbagai infrastruktur yang sudah dilakukan selama orde baru rusak sama sekali sehingga konflik tersebut tidak hanya menyisakan duka lara bagi para korbannya tetapi juga merusak bangunan infrastruktur yang seharusnya sudah take off.
Untunglah masyarakat memiliki pranata sosial yang berupa halal bi halal, paguyuban sosial, forum pertemuan yang semua itu akan menjadi medium untuk membangun kerukunan, keharmonisan yang berujung pada keselamatan. Islam mengajarkan satu konsep yang disebut islah, yaitu tindakan merajut kembali benang kusut akibat perbedaan, pertentangan, rivalitas dan bahkan konflik. Islam menegaskan dalam ungkapan: “fa ashlihu baina akhowaikum”.
Dunia manusia adalah dunia kepentingan, maka pastilah akan terjadi benturan kepentingan tersebut. Terkadang orang bisa memiliki kepentingan yang sama. Maka ketika hal itu terjadi, maka pastilah akan terjadi tarik ulur kepentingan. Dalam hal ini maka dipastikan akan terjadi konflik. Jika konflik itu masih bercorak individual, maka masih belum menjadi masalah yang serius. Namun jika masalah tersebut kemudian ditarik ke dalam ranah sosial, maka akan menyebabkan kompleksitas masalah dan kerumitan dalam problem solving-nya.
Konsepsi halal bi halal secara mendasar adalah merajut islah, kebaikan bersama. Dan ini dimulai dengan adanya kesepahaman untuk saling memahami satu dengan lainnya. Saling memberi maaf antara satu dengan lainnya. Untuk membangun islah, maka orang harus duduk bersama, berdialog bersama dan menyelesaikan masalahnya bersama-sama. Tanpa hal itu, maka islah tidak akan mungkin terjadi.
Makanya Islam kemudian mengajarkan bahwa orang yang saling bermasalah dan kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman dalam rangka saling memaafkan, maka sebelum tangan keduanya terlepas dari bersalaman tersebut maka Allah sudah memaafkan semua dosanya. Jika ini yang terjadi, maka konflik atau apapun namanya akan menjadi terhindarkan, kemudian kerukunan, keharmonisan dan keselamatan akan bisa dirasakan dan dialami.
Wallahu a’lam bi al shawab.