KEKUATAN RAKYAT DALAM PEMBANGUNAN
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, maka saya harus membaca buku yang diwajibkan oleh para Widya Iswara untuk dipelajari dan dipahami maknanya. Buku yang harus dibaca adalah karya Niranjan Rajadhyaksha dengan judul The Rise of India, yang kemudian diterjemahkan ke dalam edisi Bahasa Indonesia dengan judul Transformasi Dari Kemiskinan Menuju Kemakmuran dan diterbitkan oleh Gramedia, tahun 2008. Saya beruntung karena memiliki versi aslinya dan juga terjemahannya.
Buku ini memang menarik sebab dituturkan dengan gaya yang lugas tanpa menggurui dan mengalir apa adanya. Jika dibaca rasanya seperti membaca novel tetapi akademis. Saya menyukai buku-buku seperti ini karena bisa dibaca kapan saja di saat waktu kosong dan tanpa referensi-referensi yang jlimet-jlimet. Sebagai buku bacaan, maka buku ini memang menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan karya akademis yang tebal, berat dan rumit.
Buku ini terdiri dari Sembilan bab plus Pendahuluan dan Epilog. Di antara babnya tersebut adalah tentang “Ketakutan Valley”, “Abad kesempatan yang Hilang”, “Kekuatan Rakyat yang Hilang”, “Teknologi India”, “Agenda Global”, “Revolusi Keuangan”, “Sang Yogi dan Konsumen”, “Reformasi bagi Kaum Miskin: Uji Keasaman” dan “Sisi Bulan Yang Gelap”.
Sisi menarik sudah terlihat ketika penulis membahas isu tentang Enam Revolusi Besar, yaitu revolusi demografi, revolusi globalisasi, revolusi pengalihdayaan, revolusi pendanaan, revolusi aspirasi dan revolusi kebijakan. Enam revolusi inilah yang menjadi pokok bahasan di dalam buku ini. Dari sisi demografi, maka India adalah negara muda di tengah dunia yang semakin renta. Dari sisi globalisasi, India telah memasuki kawasan teknologi dan organisasi yang kuat. Dari aspek outsourching, ada banyak pengalihan program luar negeri ke India, sehingga banyak tenaga kerja India yang bisa memasuki kawasan teknologi dimaksud. Dari sisi revolusi pendanaan, maka investasi India semakin meningkat yang disebabkan sebagian besar penduduknya adalah kaum muda produktif. Dari aspek revolusi aspirasi, maka India memperoleh keuntungan melalui gelombang perdagangan, pariwisata, atau televisi kabel. Dari sisi kebijakan, maka kebijakan India mengarah kepada gerakan pro rakyat.
India memang menjadi negara dengan jumlah penduduk lebih dari satu milyar. Jumlah penduduk yang besar tentu menjadi berkah tetapi sekaligus juga menjadi musibah. Hanya untungnya adalah komposisi penduduk India berada di usia produktif. Ketika Eropa semakin tua, maka India semakin muda. Komposisi penduduk yang tidak seimbang, misalnya terlalu banyak yang tua dan anak-anak, maka akan memberatkan negara, sebab banyak anggaran yang dikonsumsi untuk pengeluaran yang tidak produktif.
Selain problem konsumsi, maka problem lainnya adalah tekanan struktural yang menyertai banyaknya penduduk itu. Bahkan kemudian juga menumbuhkan pesimisme yang luar biasa, bahwa India memang dikutuk sebagai negara yang rakyatnya harus hidup di dalam kelaparan dan kemiskinan. Dan kebanyakan analisis menyatakan bahwa problem India adalah problem banyaknya penduduk. Akan tetapi ternyata Jepang berbicara lain, artinya bahwa keterbatasan wilayah dan jumlah penduduk yang banyak bukan penyebab kemiskinan dan kelaparan tersebut.
India sesungguhnya memperoleh manfaat besar terkait dengan jumlah penduduk dengan komposisi usia muda ini. Bahkan selama 15 tahun ke depan, maka India akan diuntungkan dengan komposisi ini. Jika Eropa bertambah sulit karena komposisi penduduknya, maka India bertambah beruntung karena proporsi penduduknya itu. Ada tonjolan sehat di tengahnya. Jumlah usia muda tentu sangat membantu negara itu untuk membangun dengan usia mudanya. Dengan demikian, maka tanggungan ekonomi juga akan menjadi menurun dan sebaliknya akan memperkuat tabungan pemerintah dan akan berpengaruh terhadap investasi yang lebih tinggi. Jadi transisi demografi akan berdampak dua hal, yaitu meningkatnya tabungan dan investasi.
Namun demikian yang paling menarik adalah mengenai revolusi diam yang dilakukan oleh masyarakat India. Revolusi diam tersebut adalah melalui pendidikan. Ada usaha untuk memberdayakan perempuan di dalam proses pembalajaran, dan untuk mengentaskan buta huruf. Untuk merespon keinginan masyarakatnya ini, maka dilakukanlah Amandemen UU yang terkait dengan pendidikan. Melalui hal ini, maka banyak sekolah yang didirikan dan melibatkan sektor swasta. Amandemen tersebut menyatakan “Negara akan berusaha keras untuk memberikan, dalam periode sepuluh tahun…pendidikan wajib dan gratis untuk semua anak sampai mereka mencapai usia 14 tahun”.
Melalui kebijakan ini, maka guru yang malas, anak yang tidak sekolah dan orang tua yang tidak sadar akan arti pentingnya pendidikan menjadi terbangun dari tidur panjangnya. Bahkan juga dilakukan kebijakan untuk memberikan makanan pada siang hari bagi siswa. Prinsipnya pada perut yang lapar tidak akan bisa belajar dengan tenang.
Transisi demografi akan menjadi faktor dominan bagi pembangunan bangsa. India memiliki potensi untuk membangun lebih besar karena dividen demografinya ini. Jumlah penduduk besar dengan komposisi usia produktif yang lebih banyak dan ditunjang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik, sementara upah kerja murah merupakan faktor keberuntungan India di dalam pembangunan bangsanya. Dan melalui hal ini maka India bergerak menuju kepada kesejahteraannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.