• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRADISI INDONESIA, HALAL BI HALAL

 Inilah tradisi khas masyarakat Indonesia. Halal bi halal namanya. Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah mengakar di Indonesia. Makanya, banyak orang Indonesia yang menjadikannya sebagai momentum penting di dalam prosesi kehidupannya. Sungguh tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini bermula. Tetapi yang jelas sudah menjadi tradisi khas Indonesia, jauh sebelum Indonesia menjadi semakin modern. Dan anehnya meskipun masyarakat Indonesia sudah modern akan tetapi tradisi ini nampaknya tidak akan lekang oleh panas dan lapuk oleh hujan. Mau bukti? Cobalah lihat bagaimana masyarakat Indonesia yang berada di perantauan dan jauh dari sanak kerabatnya rela untuk berhimpitan pulang ke kampung halaman hanya untuk satu hal, berhalal bi halal.

Sungguh merupakan pamandangan yang mengharukan bahwa di akhir Ramadlan terutama di hari ketiga atau keempat menjelang hari raya Idul Fitri mereka berebutan agar bisa pulang ke daerahnya masing-masing dengan tujuan bersalaman dan berucap saling memaafkan di hari nan fitri tersebut. Inilah salah satu keindahan tradisi lokal yang berbasis agama, yaitu sekali setahun mereka berkumpul untuk saling memaafkan dan bertemu dengan kerabat dekat dan jauh dalam rangka meramaikan hari raya Idul fitri yang selalu dirindukan.

Di era modern ini, sesungguhnya bisa saja saling berucap maaf  dilakukan lewat ponsel, bahkan juga lewat facebook, twitter dan sebagainya. Akan tetapi kerinduan akan saling bertemu fisik serta kerinduan akan daerah kelahirannya ternyata jauh lebih penting dari apa saja. Makanya, menjelang hari raya semua kendaraan umum penuh sesak. Bus, kereta, kapal laut, pesawat terbang dan penuh dengan penumpang. Bahkan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor menyemut  di jalan raya. Bahkan terkadang mereka harus menyabung nyawa. Sungguh hari raya memiliki magnit luar biasa bagi masyarakat Indonesia untuk merayakannya.

Islam yang kita tahu memang sangat menekankan tentang saling memaafkan. Dosa kepada Allah bisa dimintakan langsung ampunannya kepada-Nya. Namun dosa kepada manusia harus kepada yang bersangkutan untuk saling memaafkan. Jika mereka tidak saling memaafkan, maka dosa itu tidak akan diampuni oleh Allah. Islam membangun konsep hablum minan nas sedemikian kuatnya. Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw adalah agama yang sangat mencintai persaudaraan sampai-sampai diungkapkan bahwa: ”barang siapa yang mempercayai Allah dan rasulnya, maka hendaknya menyambung tali silaturrahmi” atau ”tidak beriman salah satu di antara kalian, sehingga kamu mencintai saudaramu sebagaimana layaknya engkau mencintai dirimua sendiri”.

Inilah kekuatan Islam dalam membangun persaudaraan tidak hanya kepada sesama umat Islam tetapi juga kepada sesama manusia. Ada ukhuwah Islamiyah dan ada ukhuwah basyariyah. Ada persaudaraan sesama umat Islam dan ada persaudaraan kemanusiaan. Konsep seperti ini yang kemudian ditangkap oleh masyarakat Indonesia dengan konsepsi dan implementasi halal bi halal tersebut. Oleh karena itulah tradisi ini diharapkan akan menjadi yang unik dan terus dilaksanakan. Gempuran teknologi modern melalui teknologi informasi dan komunikasi rasanya juga tidak mampu untuk menghilangkan tradisi ini.  Makanya, di tengah gelegak teknologi informasi yang semakin deras ternyata masih dijumpai jutaan orang yang berjejal-jejal untuk merayakan hari lebaran di daerah kelahirannya.

Maka meskipun kita sudah saling memaafkan lewat berbagai medium komunikasi, akan tetapi tradisi halal bi halal akan terus berlangsung. Namun rasanya juga tetap afdlol jika lewat tulisan ringkas ini juga tetap harus dikumandangkan ucapan: ”taqabbalallahu minn wa minkum, minal a’idin wal faizin” mohon maaf lahir dan batin. Semoga setelah kita berpuasa untuk membersihkan dosa kepada Allah, lalu kita juga membersihkan dosa kita kepada sesama manusia, maka kita menjadi fitri, menjadi suci kembali seperti ketika kita dilahirkan oleh Ibu kita ketika bayi.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini