MUSIM RESHUFFLE TIBA
Berita paling hangat minggu ini tidak ada lain adalah tentang reshuffle kabinet. Begitu pentingnya pemberitaan itu sehingga semua media pasti meliputnya. Jika tidak memberitakannya, maka khawatir akan ditinggalkan pemirsanya. Semua koran juga menjadikannya sebagai headline. Bahkan sebuah televisi melakukan diskusi dengan nara sumber lima orang sekaligus. Berita tentang reshuffle kabinet telah menggusur berita tentang korupsi di berbagai lembaga pemerintah ke arah tengah bahkan pinggir.
Di dalam teori media memang ada yang disebut sebagai agenda setting, yaitu teori yang menyatakan bahwa apa yang diagendakan atau disajikan media adalah apa yang akan menjadi agenda audiennya. Sehingga kita tahu, bahwa TVone dan Metro TV adalah dua media yang selalu mengagendakan berita kritik kepada pemerintah. Rasanya tiada hari tanpa kritik tersebut. Sedangkan TVRI sebagai media pemerintah tentu saja menjadi corong pemerintah di dalam pemberitaannya. Jadi visi media akan menentukan tentang apa yang diagendasettingkan.
Seluruh media tentu memberitakan tentang reshuffle kabinet sebagai menu utama, akan tetapi akan bisa dilihat, maka televisi atau koran yang berseberangan dengan pemerintah dan mana yang netral serta mana yang pro pemerintah. Itulah sebabnya di rezim otoriter, maka pemberitaan selalu dikontrol dengan kuat oleh negara disebabkan keharusan untuk menyiarkan berita yang bersumber dari suara pemerintah saja. Jika ada yang melanggar maka akan dibreidel.
Tentang reshuffle kabinet, maka tentu banyak yang berkepentingan. Di dalam dunia informasi, maka semakin banyak dibicarakan maka semakin penting isu dimaksud. Jika reshuffle banyak dibicarakan dan menjadi headline pemberitaan, maka berarti ia adalah isu yang sangat mendasar. Ia menjadi pengungkit yang kuat. Bukankah menteri menjadi penentu bagi pengembangan masyarakat atau pembangunan bangsa.
Semuanya tentu tahu bahwa ada maksud baik dari presiden untuk melakukan reshuffle kabinet ini. Salah satu di antaranya adalah untuk memperbaiki kinerja pemerintahan untuk tiga tahun ke berikutnya. Melalui reshuffle ini tentunya akan diperoleh kinerja yang lebih baik. Melalui badan khusus yang menangani penilaian kerja kabinet, maka kiranya sudah dipahami siapa dari para menteri tersebut yang berkinerja baik dan jelek atau rapor biru, kuning atau merah. Jadi presiden tidak hanya akan mendengarkan paparan di media, meskipun bisa menjadi salah satu sumber penentuan kebijakan, akan tetapi secara khusus presiden tentu akan menentukannya dari badan yang secara khusus melakukan penilaian tersebut.
Saya sependapat bahwa biarkan presiden menentukan pilihannya dan kemudian kita tunggu apa tindakan selanjutnya. Jika reshuffle bukan sebuah perbuatan tercela, maka saya kira kita mesti menunggu sampai detik yang menentukan siapa yang akan diganti dan siapa yang akan masuk. Presiden tentu sudah memiliki kartu tentang catatan kerja para pembantunya, sehingga kiranya diperlukan kearipan untuk menyikapinya.
Bolehlah kita berkomentar, akan tetapi kepatutan dan kepantasan kiranya harus menjadi pertimbangan utama. Jika tidak seperti itu, kita akan jatuh pada sikap kritisisme tanpa etika.
Wallahu a’lam bi al shawab.