RESHUFFLE
Seperti biasa saya diminta oleh Widya Iswara di Diklatpim Tingkat I untuk memimpin doa dalam rangka mengawali pembelajaran. Tentu saja tidak selalu saya yang harus memimpin doa itu. Gantian. Karena kelas Diklatpim itu terdiri dari varian agama, maka yang memimpin doa juga gantian. Ada yang Islam, Katolik, Protestan dan sebagainya. Hari jumat kemarin, 14/10/2011, ketepatan saya yang memimpin doa.
Pada waktu berdoa itulah tiba-tiba teringat tentang reshuffle kabinet. Maka melantunlah doa saya kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa untuk memberikan kekuatan dan petunjuk kepada Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, agar diberi kekuatan untuk memilih orang terbaik di negeri ini untuk menjadi menteri. Melalui orang terbaik itulah nasib bangsa Indonesia digantungkan. Tanpa terasa meleleh airmata saya ketika melantunkan permohonan atau doa tersebut.
Reshuffle adalah kata yang begitu sering didengar akhir-akhir ini. Semua media memberitakan dengan gencar tentang reshuffle tersebut. Bahkan televisi seperti TVone dan Metro menjadikan berita reshuffle sebagai berita eksklusif dan juga mengundang para pakar politik, kenegaraan dan juga paranormal untuk membicarakan tentang reshuffel dimaksud. Ada pengamat politik dan juga orang-orang dekat istana. Semua berbicara tentang reshuffle kabinet.
Ada tiga sisi pengaruh kata reshuffle tersebut. Bagi pelaku bisnis dan masyarakat pengusaha tentu yang diharapkan adalah reshuffle tersebut akan membawa dampak bagi kemudahan dalam usaha bisnisnya, misalnya dengan terbitnya kebijakan yang pro pengusaha dan investor untuk mengembangkan lahan bisnisnya.
Kemudian bagi pejabat adalah apakah penggantian menteri tersebut akan berpengaruh atau tidak bagi jabatannya. Sebagaimana lazimnya, jika menterinya diganti maka gerbong juga akan bergeser, sehingga bagi pejabat rashuffle juga kata yang sering tidak mengenakkan atau justru sebaliknya bisa membahagiakan. Bagi petualang jabatan, maka reshuffle juga bisa menjadi lahan bagi kasak-kusuk jabatan. Baginya proyek jabatan sudah datang.
Bagi masyarakat terpelajar yang penting adalah pergantian menteri tidak hanya sekedar ritual dua tahunan, dan bukan sekedar penyegaran, akan tetapi memang dibutuhkan langkah strategis untuk melakukan percepatan di dalam pelaksanaan program pembangunan. Di dalam hal ini, maka reshuffle dianggap sebagai bagian dari keinginan untuk mencapai target yang memang dibutuhkan.
Bagi masyarakat awam, pergantian kabinet hanyalah sesuatu yang biasa terjadi dan bahkan mereka juga tidak memiliki keinginan apapun tentang pergantian kabinet tersebut. Baginya ganti kabinet atau tidak, maka tidak ada pengaruhnya yang signifikan bagi kehidupannya. Sehingga hingar bingar reshuffle kabinet bukan hal yang penting. Masyarakat Indonesia secara umum memang apatis terhadap fenomena politik yang terjadi di negeri ini. Apatisme tersebut tentu saja dipicu oleh semakin banyaknya korupsi yang terus menghiasi kehidupan pemerintahan di negeri ini. Sehingga bagi mereka pergantian apapun jika tidak menghasilkan perubahan di bidang ini juga tidak akan ada artinya.
Reshuffel adalah hak perrogatif presiden. Dan sesuai dengan sistem pemerintahan yang kita anut, yaitu sistem presidensiil, maka untuk memilih menteri adalah hak mutlak yang dimiliki oleh presiden sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Namun demikian, faktanya tentu berbeda. Sebagai pemerintahan yang tidak didukung oleh mayoritas pemenang partai, maka yang dilakukan adalah dengan koalisi dengan partai politik lain. Makanya setiap akan terjadi pemilihan kabinet atau reshuffle, maka yang menjadi rumit adalah memilih calon menteri yang berseirama dengan partai politiknya.
Tarik menarik inilah yang tentu saja menyulitkan di dalam memilih orang untuk menjadi menteri. Makanya kemudian menimbulkan berbagai tafsiran tentang tindakan presiden tersebut. Ada yang menganggap lamban, tetapi juga ada yang menganggap tindakan kehati-hatian. Terlepas dari macam apapun tafsiran para pengamat, akan tetapi yang jelas bahwa Presiden SBY akan menentukan sesuatu yang penting untuk akselerasi pembangunan bangsa ini.
Dan terlepas juga dari kekurangan dan kelemahan yang memang dimilikinya, akan tetapi pengakuan internasional tentang capaian Indonesia juga perlu diapresiasi. Kita hendaknya menempatkan sesuatu secara berimbang.
Wallahu a’lam bi al shawab.