RELASI KEPEMIMPINAN DAN PEMBANGUNAN
Menurut Dr. Purnaman Natakusumah, bahwa pemimpin nasional adalah para pemimpin di segala bidang kehidupan bangsa yang berjuang untuk mewujudkan Visi Bangsa. Visi bangsa adalah sebagaimana yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu menghapus segala bentuk penjajahan, menyejahterakan kehidupan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam perdamaian dunia.
Setiap pemimpin memiliki tantangan dan masalahnya sendiri meskipun tantangan atau masalah tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi adalah rangkaian masalah yang betkaitan secara sistemik. Masalah bangsa ini adalah masalah masa lalu dan dan juga maalah sekarang yang harus dipecahkan sekarang. Makanya seorang pemimpin tidak bisa menyatakan sekarang tinggal cuci piring. Artinya, bahwa makannya dilakukan oleh pemimpin masa lalu dan pemimpin sekarang yang harus mencuci piringnya.
Seorang pemimpin memang ditakdirkan untuk memecahkan masalah. Makanya seorang pemimpin harus mau dan berani melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. Didalam hal ini, A. Einstein menyatakan “masalah kita saat ini tidak bisa dipecahkan dengan tingkat pemikiran yang sama dengan yang telah melahirkan masalah-masalah tersebut”.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir sistemik. Kehidupan kenegaraan ini tidak ubahnya seperti cara kerja seluruh organ di dalam tubuh kita. Jantung, darah, paru, urat dan otak dan seluruh jaringannya adalah gambaran sistemik tentang kehidupan manusia. Jika presiden itu adalah otaknya, maka seluruh menteri, adalah saraf dan urat-urat yang menjadi saluran peredaran darah, pejabat eselon I dan II adalah paru-paru, jantung, limpa, usus dan seluruh mekanisme kerja sistemiknya.
Berpikir serba sistem adalah suatu kerangka konseptual, suatu tatanan pengetahuan dan alat-alat yang dikembangkan untuk membuat pola keseluruhan menjadi jelas dan bisa membantu kita bagaimana mengubahnya secara efektif. Pejabat setingkat eselon satu harus memiliki kemampuan berpikir sistemik ini, sebab di tangan pejabat yang memiliki kemampuan berpikir ini, maka akan dilahirkan kebijakan yang berimplikasi sistemik juga.
Anthony Robbin di dalam bukunya “Unlimited Power” bahwa modeling excellence memiliki komponen potensi, action, result dan belief/attitude. Manusia memiliki potensi yang tidak terbatas, akan tetapi diimplementasikan secara terbatas. Jika kita memiliki keyakinan yang benar maka kita akan memiliki potensi yang unlimited. Jika hal itu ada, maka akan terjadi action yang unlimited dan tentunya juga akan menghasilkan result yang unlimited. Belief ternyata memiliki power yang luar biasa. Ketika setelah memproklomasikan kemerdekaan dengan menyatakan “berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…” maka tentara nasional berani melawan tentara Jepang dan melucutinya. Keberanian tersebut muncul karena kepercayaan bahwa Tuhan bersama kita dan akan melindungi kita untuk merdeka dan memperjuangkan kemerdekaan.
Di dalam paradigma baru kepemimpinan dinyatakan bahwa leadership is vision there is no more to say dikumandangkan mulai tahun 1996 dan menjadi bahan pembicaraan yang panjang. Hanya sayangnya bahwa motto ini tidak menjadi arus utama di dalam kepemimpinan nasional. Banyak pemimpin yang dilahirkan tanpa visi kepemimpinan yang jelas. Makanya visi adalah the key to Leadership. Pemimpin harus memiliki visi ke depan yang memikat, sehingga jika bisa dicapai maka akan menghasilkan kesejahteraan rakyat.
Pemimpin yang tidak memiliki visi yang jelas, maka juga akan menghasilkan produk yang tidak jelas. Namun demikian yang harus diperhatikan adalah variabel-variabel eksternal yang selalu mempengaruhi terhadap pencapaian visi tersebut.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sesungguhnya juga memiliki motto yang baik, yaitu Bersama Kita Bisa. Hanya saja bahwa problem kita adalah pada bagaimana kebersamaan kita rajut. Kita tidak bisa bersama. Karena itu maka kita tidak bisa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa rata-rata kebersamaan pimpinan daerah adalah dua tahun. Bupati ke barat, wakil bupati ke timur. Demikian seterusnya.
Oleh karena itu, yang diperlukan oleh bangsa ini adalah bagaimana membangun kebersamaan itu, sehingga kita akan bisa melakukan tugas besar memimpin bangsa yaitu untuk menyejahterakan dan membahagiakan masyarakat Indonesia.
Wallahu a’lam bi al shawab.