• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGAKHIRI HIDUP NOORDIN MANUSIA TOP

 Tulisan ini hampir saya buat ketika tokoh bomber  yang sudah sangat terkenal dalam belantara gerakan terorisme Noordin M. Top diduga tewas di lokasi Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Waktu itu diduga dia ditembak di dalam rumah Muh. Zahri, 60 tahun yang tidak lain adalah ayah Tatak salah seorang teroris jaringan Noordin M. Top dan Dr. Azhari yang juga pernah tertangkap di Wonosobo sekitar Maret 2006. akhirnya ternyata yang terbunuh dalam drama pengejaran teroris oleh Densus 88 adalah Ibrohim yang dinyatakan sebagai otak pengeboman di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW. Mariott.

Akhirnya kematian Noordin M. Top pun tidak dapat ditolak. Ketika Allah sudah menjatuhkan hari nahas untuk kematian seseorang, maka tidak ada suatu kekuatan apapun untuk memajukan atau memundurkan. “idza jaa ajalukum fala yasta’khiruna wa la yastaqdimun.” Berkat kejelian pihak kepolisian khususnya Densus 88 Anti Teror, maka Noordin  harus tewas dalam suatu penggerebekan di Kampung Kepuhsari RT 3, RW 11, Kelurahan Mojosongo Jebres Solo. Noordin bersama empat kawannya harus meninggal di bawah tembakan polisi yang mengenai kepalanya, setelah terjadi baku tembak dengan tim Densus 88. Mereka yang meninggal adalah Ario Sudarto alias Aji, murid langsung Dr. Azhari yang sangat piawai merakit bom, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, pelaku bom di Kedutaan Australia 2004, ahli pembuat bom dan Hadisusilo alias Adib penyewa rumah dan berusia sangat muda 24 tahun. Adib ini adalah murid dan sekarang ustadz di Ponpes Al Kahfi Solo. Sementara istri Adib, Munawaroh, yang hamil lima bulan terkena tembakan di pahanya.

Kematian Noordin untuk sementara memang bisa menjadi penawar bagi meruyaknya kegiatan terorisme yang sudah meluluhlantakkan relasi Indonesia dengan negara lain. Makanya, banyak pujian yang mengalir atas keberhasilan polisi melumpuhkan jaringan Noordin tersebut. Pada  hari pertama kematiannya, sudah mengalir ucapan selamat dari berbagai organisasi Islam moderat atas keberhasilan polri dalam membunuh Noordin. Ucapan selamat atau ungkapan syukur tersebut memberikan indikasi bahwa kematian Noordin bukan untuk diratapi tetapi untuk disyukuri dan dianggap sebagai berkah bulan ramadlan.

Namun demikian hampir seluruh komentator atas peristiwa ini tetap mengingatkan bahwa kematian Noordin bukan akhir dari segala ancaman teror. Sel-sel jaringan teorisme masih bertebaran di bumi Indonesia baik yang kelas kakap maupun yang kelas teri. Masih ada Dul Matin yang tentu akan naik pangkat menggantikan posisi Noordin dalam jaringan teorisme di Asia Tenggara. Selain juga masih ada Syaifuddin yang memiliki kemampuan setara dengan Noordin dalam rekruitmen ”pengantin” bom bunuh diri. Sistem sel yang dikembangkan oleh jaringan ini tidak akan mudah mati. Jika yang satu mati maka yang lain akan menggantikan posisinya. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu, kewaspadaan justru harus semakin ditingkatkan. Jangan sampai lengah karena telah  berhasil membunuh The Most Wanted, Noordin M Top. Makanya tidak ada cara lain kecuali semua harus secara partisipatif menggalang kebersamaan dengan aparat keamanan dalam kerangka melakukan pengamanan terhadap negeri ini. Bagaimanapun sekarang ini sedang berkembang pesat gerakan-gerakan Islam garis keras yang memiliki kecenderungan untuk melakukan pembalikan sejarah bagi bangsa Indonesia.

Kematian Noordin M Top yang bertepatan tanggal 17 September 2009 sekurang-kurangnya menjadi pengingat bersama bahwa tanggal itu menjadi tanggal keramat bagi bangsa Indonesia dalam perlawanannya terhadap  gerakan terorisme internasional. Saya berkeyakinan bahwa kematian Noordin akan membawa citra Indonesia yang sempat terpuruk karena gerakan terorisme yang selalu terjadi di Indonesia menjadi membaik. Bahkan saya juga yakin bahwa negara-negara yang selama ini menjadi sasaran Jaringan Noordin juga akan menjadi bergembira.

Dan sebagai umat beragama pasti kita harus mengucapkan inna lillahiwa inna ilaihi rajiun. Kalimat ini bukan berlebihan untuk diucapkan karena kita semua  yakin bahwa Noordin adalah makhluk Allah yang akan kembali kepada-Nya. Perkara Noordin akan masuk ke mana setelah kematiannya biar Allah saja yang mengurusnya. Tetapi ulahnya yang telah meluluhlantakkan manusia tanpa dosa tentunya meninggalkan archetype yang luar biasa bagi anggota keluarga korbannya.

Namun yang jelas bahwa semua tidak boleh terlena dengan pembunuhan Noordin, sebab kewaspadaan jauh lebih baik dari pada keterlenaan.

Wallahu a’lam bi al shawab. 

Categories: Opini