DIKLATPIM DAN PENGUASAAN ADMINISTRASI
Ini adalah hari saya pertama memasuki acara diklatpim Tingkat I yang diselenggarakan di Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sesungguhnya saya merasakan bahwa keikutan saya di Diklatpim adalah bagian dari tugas sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS), yang diminta oleh atasan saya untuk mengikutinya. Jika saya menggunakan ukuran banyaknya pekerjaan yang harus saya handle di tengah keinginan melakukan perubahan di IAIN Sunan Ampel, maka saya sebenarnya ingin konsentrasi untuk itu. Namun demikian saya harus mengikuti Diklatpim sebagai bagian dari tanggung jawab sebagai PNS.
Diklatpim memang merupakan program pendidikan dan pelatihan bagi pejabat struktural sehingga yang nengikuti program ini adalah pejabat struktural seperti pejabat karir. Makanya, yang menjadi peserta di dalam program ini adalah misalnya sekretaris daerah kabupaten, sekretaris kota, dan pejabat karir lainnya. Sehingga saya adalah satu-satunya pejabat fungsional yang mengikuti acara ini, meskipun secara struktural bisa disetarakan pejabat eselon satu.
Dengan demikian, ketika saya datang ke Diklatpim tingkat I maka hanya sayalah satu- satunya yang memiliki latar belakang sebagai pendidik. Semua yang hadir di sini adalah pejabat-pejabat struktural yang sudah menyelesaikan Diklatpim tingkat II. Jadi sesungguhnya saya juga beruntung sebab tanpa Diklatpim Tingkat II dan langsung mengikuti Diklatpim Tingkat I. Pokoknya selalu ada keuntungan bagi saya. Melalui pelatihan ini saya tentu akan memperoleh banyak hal yang terkait dengan kepemimpinan dalam perspektif administrasi negara.
Kepemimpinan memang sesuatu yang sangat penting. Apakah pemimpin itu dilahirkan atau tidak bukanlah menjadi persoalan yang krusial, akan tetapi bahwa pemimpin memiliki sejumlah fungsi signifikan bagi perubahan pastilah banyak diamini oleh banyak orang. Di dalam jagat organisasi, apakah formal atau tidak formal, maka pemimpin memiliki posisi strategis. Saya menjadi teringat dengan ungkapan KHA. Wahid Hasyim, ketika beliau menyatakan bahwa pemimpin yang tidak tahu arah, maka akan dibawa kemana organisasi yang dipimpinnya, ibaratnya seperti seorang nakhoda yang berada di tengah laut dan tidak tahu arah ke mana menuju pantai.
Agar pemimpin memiliki pengetahuan administrasi dan memiliki kemampuan mengelola organisasi yang dipimpinnya, maka penjejangan pelatihan seperti ini tentu sangat penting. Melalui diklatpim seperti ini, maka seorang pemimpin akan memahami tentang masalah yang dihadapi oleh lembaganya dan kemudian bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Jadi memang harus ada suatu saat di mana pemimpin itu seakan berada di luar institusinya dan kemudian memotret dari luar tentang lembaganya tersebut. Dengan cara seperti ini, maka ke depan secara mandiri dan bersama dengan stafnya, akan dapat menyelesaikan problem kelembagaannya dengan cara yang cerdas dan bermanfaat.
Setelah saya memperoleh gelar profesor, maka saya berpikir akan berhenti untuk mengikuti acara-acara seperti ini. Akan tetapi justru dua kali saya terlibat di dalam acara pelatihan terstruktur. Pertama pada tahun 2006, ketika saya harus terlibat di dalam acara Higher Education Management Course di McGill University Canada yang mengantarkan saya untuk berpikir lebih riil dan detail, misalnya bagaimana harus membuat action plan di dalam suatu program yang sesuai dengan visi dan misi organisasi. Saya merasa beruntung dengan mendapatkan pelatihan seperti ini. Dan kedua adalah pelatihan di Diklatpim Tingkat I yang diselenggarakan oleh LAN. Saya tentu berharap semoga ada manfaat signifikan dari pelatihan ini terutama di dalam kerangka pengembangan lembaga yang diamanahkan kepada saya.
Wallahu a’lam bi al shawab.