• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

LEBARAN

LEBARAN
Hari ini kita sedang berada di dalam suasana Lebaran. Lebaran adalah suatu konsepsi di dalam tradisi umat Islam Indonesia untuk menandai keberakhiran puasa pada bulan ramadlan. Setelah melaksanakan puasa selama satu bulan, maka hari ini adalah hari raya yang juga dikenal sebagai idul fitri atau hari raya idul fitri.
Di dalam konsepsi umum, hari raya idul fitri adalah suatu hari di mana umat Islam yang selesai melaksanakan puasa ramadlan kemudian kembali kepada kesucian. Fitrah dalam etimologi Arab diartikan sebagai suci atau kesucian. Jadi idul fitri berarti hari raya kesucian. Kembali kepada fitrah.
Lebaran dalam konsepsi Jawa bermakna akhir atau penghabisan. Jadi lebaran berarti penghabisan waktu puasa. Atau juga bisa diartikan sebagai pungkasan atau akhir. Makna secara etimologisnya adalah waktu berakhirnya pelaksanaan puasa dan dimulainya waktu tidak puasa.
Di dalam tradisi Jawa, hari ini juga dinyatakan sebagai riyoyo yang di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai hari raya. Hari raya artinya adalah hari untuk bersenang-senang karena telah menyelesaikan suatu pekerjaan besar atau mungkin juga pertarungan besar untuk melawan sesuatu yang besar pula.
Di dalam konsepsi Islam pertarungan besar tersebut adalah perang melawan hawa nafsu. Di dalam peristiwa heroik peperangan Badar dalam sejarah peperangan Nabi Muhammad saw, maka Nabi Muhammad menyatakan bahwa “kita baru saja pulang dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu”.
Memang umat Islam baru saja menyelesaikan jihad melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh, yaitu dengan melakukan puasa. Oleh karena itu maka dirayakanlah kemenangannya itu di dalam bentuk hari raya yang dikenal sebagai hari raya idul fitri tersebut.
Tradisi lebaran hanya ada di Indonesia dan tidak terdapat di negara-negara Timur Tengah sebagai sumber inspirasi Islam. Timur Tengah sebagai sumber agama Islam memang tidak memiliki tradisi-tradisi sebagaimana Islam di Indonesia. Pengaruh Wahabi yang kering terhadap nilai-nilai lokalitas, menjadikan agama Islam juga miskin tradisi yang bersentuhan dengan unsur lokalitasnya.
Untunglah bahwa masyarakat Islam Indonesia tidak sepenuhnya mengambil rigiditas tradisi Timur Tengah, sehingga masih memungkinkan terjadinya relasi antara tradisi lokal dengan Islam dalam coraknya yang akulturatif. Bukan untuk saling mengalahkan akan tetapi untuk saling memperkaya.
Hari raya idul fitri juga tidak didapatkan di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Di sini, idul adha adalah hari raya yang memiliki pengaruh sangat besar. Sebab di hari raya ini, terjadi upacara haji yang luar biasa. Pada hari raya haji ini seluruh jamaah haji memenuhi tanah suci, Makkah al Mukarromah, sehingga Saudi Arabia menjadi pusat ritual haji dimaksud.
Jadi, hari raya Idul fitri adalah peristiwa biasa saja dan hanya menjadi momen untuk melakukan ibadah sunnah idul fitri. Hal ini berbeda dengan tradisi lebaran di Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri. Hari raya idul fitri jauh lebih ramai, sebab juga diramaikan dengan acara kunjungan dari rumah ke rumah atau halal bil halal.
Tradisi halal bil halal inilah menjadi kekhasan dari hari raya idul fitri di Indonesia. Melalui acara kunjungan rumah ke rumah, dari yang muda ke yang tua, dari anak ke orang tua dan sanak kerabat sesungguhnya menjadi bagian dari implementasi amalan silaturrahmi. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia merupakan gambaran bagaimana masyarakat ini melakukan amalan keislaman dalam coraknya yang khas.
Jadi sesungguhnya masyarakat ini memiliki potensi dan tradisi yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah dan bahkan juga ukhuwah basyariyah. Jika kemudian mereka berubah dari potensi dan tradisinya ini, maka sebenarnya tentu ada faktor eksternal yang menyebabkannya. Faktor inilah yang harus direduksi sekuat tenaga sehingga tidak akan mengganggu keislaman masyarakat Indonesia yang rahmatan lil alamin.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini