MEMBANGUN BANGSA DENGAN EMPATI
Alhamdulillah bahwa sekarang kita masih bisa bertemu dengan bulan puasa yang dijanjikan oleh Allah sebagai bulan penuh berkah dan maghfirah atau bulan penuh ampunan. Makanya banyak orang Islam yang merasa gembira dengan kehadiran bulan puasa ini. Tentu harapannya semoga bulan puasa dapat menjadi bagian dari pengabdian kita kepada Allah swt.
Memang manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepadanya. Beribadah selalu memiliki dua dimensi sekaligus, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Seseorang akan dianggap ibadahnya belum lengkap jika hanya bertujuan untuk ibadah vertikal dan melupakan dimensi pengertian ibadah horizontal. Sahabat Nabi Muhammad saw, Salman al Farisi, pernah diingatkan oleh Rasululah saw, ketika hanya ingin beribadah dalam sisi vertikal dan akan melupakan ibadah dalam pengertian horizontal. Karena ibadah yang dilakukan itu, maka dia tidak bertanggungjawab kepada keluarganya dan masyarakatnya. Itulah sebabnya Islam sangat menganjurkan agar di dalam beribadah itu tidak hanya mengandalkan dimensi vertikal saja akan tetapi juga aspek horizontalnya.
Puasa adalah ibadah dengan tujuan horizontal untuk mengembangkan empati kita kepada sesama manusia lainnya. Ibadah puasa hanya akan bermakna jika menghasilkan tindakan empati kepada manusia lainnya. Sebagai tolok ukurnya adalah bagaimana kita memberikan rasa empati kita kepada sesama manusia yang belum seberuntung kita. Yaitu mereka yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Bukankah di sekeliling kita masih banyak orang yang miskin atau kaum mustad’afin. Mereka adalah orang yang memerlukan uluran tangan kita untuk menjadi berdaya di dalam kehidupannya. Puasa yang kita lakukan merupakan bagian dari pendidikan karakter agar kita menjadi manusia yang selalu berkeinginan untuk membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih sejahtera.
Beragama hakikatnya bukan hanya menjadi saleh ritual, akan tetapi kesalehan ritual tersebut harus berdampingan dengan kesalehan sosial. Yaitu adanya sikap dan tindakan untuk selalu menjadi yang terbaik dan yang paling bermanfaat bagi manusia atau masyarakatnya. Kemanfaatan tersebut tentu diukur dari seberapa banyak kita telah menyumbangkan pikiran dan tindakan kita untuk membangun bangsa ini melalui institusi yang menjadi tempat pengabdian kita. Jika kita dosen maka tentu seberapa banyak pikiran dan tindakan kita tersebut berselaras dengan pengembangan SDM manusia Indonesia. Jika kita adalah pimpinan institusi pendidikan, maka seberapa kuat kita berkeinginan mengembangkan institusi pendidikan yang kita pimpin. Dan seterusnya.
Darma inilah yang nantinya akan menjadi bukti bahwa kita ini ada dan kita berpikir untuk keberadaan kita itu. Bahkan lebih jauh, bagaimana keberadaan kita itu merupakan bagian dari representasi takdir Tuhan yang harus kita mainkan. Setiap orang akan dinilai dari darmanya itu. Jika darma kita di alam kehidupan itu nyata, maka akan nyata pula balasan yang baik bagi kita. Begitu sebaliknya.
Kehidupan adalah darma. Kehidupan adalah pengabdian dan tugas untuk menyelamakan dunia ini. Jika orang bisa melakukan darmanya dengan akivitas untuk menyelamatkan dunia, maka tentunya kita akan memperoleh balasan yang sesuai dengan amal kita. Jika kita bisa memaksimalkan darma itu untuk kesejahteraana dan kedamaian dunia, maka berarti bahwa kita telah menjadi manusia yang sempurna dalam darma kehidupan di dunia ini.
Salah satu kesalahan dari pemeluk agama yang eksklusif adalah ketika mereka beranggapan bahwa jalan yang ditempuhnya dengan melakukan penihilan kepada lainnya sebagai darma kehidupannya. Kesalahan ini yang membuat mereka jatuh ke dalam paham agama yang radikal dengan menafsirkan jihad dalam konteks perang. Semestinya, mereka beragama dengan keselamatan dan kedamaian. Sehingga akan terajut kehidupan yang merahmati semuanya.
Melalui paham keagamaan yang memberikan kerahmatan bagi semua berarti kita telah beragama dengan perasaan empati kepada lainnya. Dengan demikian, maka agama akan dapat menjadi dasar pijak bagi pembangunan masyarakat. Hanya dengan beragama seperti ini, maka perdamaian akan bisa ditegakkan dan pembangunan masyarakat akan bisa dilaksanakan.
Wallahu a’lam bi al shawab.