LAKUKAN PUASA HINDARI KONSUMERISME
Memang di dalam kehidupan ini banyak hal yang harus dihindari akan tetapi juga banyak hal yang bisa dipilih. Agama sesungguhnya diturunkan untuk kepentingan memilah dan memilih tersebut. Semua agama memiliki ajaran tentang mana yang diperbolehkan, mana yang diwajibkan dan mana yang dilarang. Di dalam Islam dikenal konsep mubah (kebolehan), haram (larangan), sunnah (dianjurkan) dan wajib (diwajibkan).
Di antara yang diwajibkan di dalam Islam adalah menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, mengeluarkan zakat dan melakukan haji bagi yang memiliki kemampuan. Konsepsi tentang hal ini sudah sangat jelas, sehingga semua ulama sudah menyepakatinya. Dan bagi orang yang telah mengucapkan syahadat (persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), maka perintah tersebut adalah kewajiban bagi para mukallaf (orang yang dikenai kewajiban ibadah).
Puasa yang dilakukan oleh umat Islam, hakikatnya adalah ajaran yang tidak hanya berdimensi vertikal saja, akan tetapi juga berkomitmen horisontal. Komitmen vertikal untuk menunjukkan rasa dan tindakan akan kepatuhan kita kepada Allah swt, sedangkan secara horisontal adalah untuk menunjukkan komitmen terhadap kemanusiaan.
Puasa mengajarkan kepada kita untuk belajar menjadi orang yang memiliki perasaan empati kepada orang lain. Melalui lapar seharian maka kita akan menjadi paham tentang bagaimana rasanya menjadi orang yang kekurangan makan. Bagaimana rasanya jika ada orang yang sehari makan dan sehari berikutnya harus kelaparan karena tidak ada yang dimakan. Perasaan empati itulah yang sesungguhnya dibidik secara fisik melalui ajaran puasa.
Di dunia ini banyak orang yang tidak memiliki perasaan empati terhadap orang lain. Orang kaya bisa menghabiskan jutaan rupiah sekali makan di restoran ternama, sebaliknya di sekelilingnya banyak orang yang tidak mampu membeli sebungkus nasi. Melalui ajaran puasa kita diingatkan agar menjadi orang yang mampu berempati dan kemudian menjalar menjadi simpati.
Anehnya di bulan puasa ini justru banyak orang yang berperilaku konsumerisme. Banyak orang yang justru melakukan tindakan berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Alasannya sederhana untuk mengganti makanan siang hari, maka malam harinya melakukan balas dendam. Tidak hanya itu, di dalam menghadapi lebaran orang juga melakukan pembelian barang-barang secara berlebihan baik yang berupa barang atau pakaian. Hal ini tentu berlawanan dengan makna puasa yang berarti menahan untuk melakukan tindakan yang dilarang oleh agama.
Tindakan konsumerisme adalah salah satu tindakan yang kurang disukai di dalam Islam. Untuk hal ini Islam selalu menekankan agar jangan melakukan tindakan yang berlebihan. Di dalam hal makan dan minum, Islam mengajarkan agar kita makan dan minum akan tetapi dilarang berlebih-lebihan. Oleh karena itu, akan menjadi bijak jika kita melakukan puasa dan sekaligus juga mengantarkan kita untuk tidak melakukan tindakan konsumerisme.
Wallahu a’lam bi al-shawab.