• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MARHABAN YA RAMADLAN

Alhamdulillah, bahwa kita masih bisa bertemu dengan ramadlan tahun ini, 2011 atau 1432.  Hal itu berarti kita masih bisa melaksanakan puasa ramadlan tahun ini dengan penuh harapan akan keridlaan Allah swt. Bagi umat Islam menjalankan puasa adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar pelaksanaannya. Bagi orang yang memiliki ketercukupan kesehatan, maka menjalankan puasa merupakan kewajiban individual yang harus ditunaikan secara benar.

Puasa adalah ibadah yang disyariatkan oleh Allah swt untuk menandai kepatuhan akan perintah Allah swt. Makanya, di dalam Islam yang diwajibkan untuk menjalankan puasa hanyalah umat Islam.  Sesuai dengan firman Allah, maka yang wajib menjalankan puasa ramadlan hanyalah orang yang beriman saja. Menjalankan puasa adalah konsekuensi dari kesaksian kita tentang keimanan kepada Allah dan kerasulan Muhammad saw.

Sebagaimana shalat, zakat dan haji, maka puasa adalah ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam yang sudah melakukan persaksian tersebut. Ketika kita sudah menyatakan “ Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah”, maka konsekuensinya adalah menjalankan rukun Islam lainnya sesuai dengan kadar kekuatan kita.

Puasa adalah ibadat yang menuntut kesehatan fisik. Artinya, bahwa ukuran untuk mewajibkan berpuasa adalah dimensi kesehatan fisik ini. Jika kita sakit atau sedang bepergian, maka diperbolehkan untuk mengqadla di hari lain. Bahkan jika secara fisik sama sekali tidak mampu puasa, maka diperbolehkan membayar fidyah sebagai ganti puasanya itu. Dengan demikian, Islam sesungguhnya adalah agama yang memberikan toleransi di dalam beribadah, tatkala memang kita tidak mampu melakukannya secara sempurna. Jika kita sakit dan tidak memungkinkan shalat dengan berdiri, maka bolehlah shalat dengan duduk atau bahkan terbaring. Inilah keindahan ajaran Islam yang memberikan kelonggaran atau rukhsah bagi yang memang  berada di dalam suasana yang tidak kondusif bagi dirinya.

Itulah sebabnya pada kesempatan ini kita mestilah bersyukur kepada Allah karena Allah telah memberikan kenikmatan kepada kita. Yaitu,  kenikmatan atas pemberian keimanan dan keislaman kepada kita. Betapa besarnya nikmat keimanan dan keislaman tersebut. Besarnya kenikmatan akan keimanan dan keislaman dapat membawa kita sampai kepada pengamalan ajaran Islam.

Kenikmatan keimanan dan keislaman tersebut juga menjadi semakin bermakna, sebab kita ditakdirkan untuk menjadi umat Islam Indonesia. Bagaimana tidak menyenangkan menjadi umat Islam Indonesia itu. Dari sisi geografis, maka menjadi Islam Indonesia memiliki kelebihan dibanding lainnya. Menjadi Islam di Amerika Serikat tentu sangat berbeda dengan menjadi Islam Indonesia. Dari sisi waktu betapa beratnya melaksanakan puasa di sana. Jam 09.00 malam, matahari barulah terbenam dan kemudian jam 03.00 dinihari shalat shubuh sudah harus ditunaikan.  Bayangkan dengan menjadi Islam Indonesia, maka segalanya berjalan sesuai dengan kenikmatannya. Waktu berbuka puasa jam 6.00 sore dan subuh jam 4.30 pagi hari. Dan setelah itu kita bisa bekerja sebagaimana yang menjadi kewajiban kita.

Menjadi Islam Indonesia adalah sebuah kerahmatan Tuhan yang tiada taranya. Oleh karena itu, jika kemudian tidak menjadikan kita untuk bersyukur kepada Allah atas semua nikmat ini, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang ingkar atas nikmat Allah tersebut. Jadi sudah sepantasnya jika kita kemudian secara terus menerus atau istiqamah bersyukur atas nikmat Allah sehingga kita akan menjadi hambanya yang selalu bersyukur.

Kita tentu tidak berharap bahwa nikmat Allah itu menjadi niqmat. Dari kenikmatan menjadi kesusahan atau kesengsaraan. Makanya, bagi kita yang telah bersaksi atas kebenaran Allah dan rasulnya dan semua ajaran yang dibawanya, maka sudah sepantasnya kita terus bersyukur kepadanya. Allah sudah menggariskan bahwa siapa yang terus bersyukur akan ditambahkan nikmat kepadanya dan bagi siapa yang ingkar maka Allah akan menyiksanya. Jadi marilah kita semua bersyukur atas kenikmatan Allah ini, sehingga kita akan memperoleh kenikmatan yang bertambah-tambah.

Dengan demikian, marilah kita melaksanakan puasa dengan niat yang benar hanya karena Allah dan semoga Allah terus memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu menjalankan ajaran agamanya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini