• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

RELIGIOSITAS ORANG THAILAND

Di dalam kunjungan saya ke Thailand, maka saya tidak hanya datang ke universitas, akan tetapi juga mengamati terhadap kehidupan keagamaan orang Thailand. Saya juga sempatkan untuk datang ke Budha Temple di sana. Melihat tampilan patung-patung Budha yang besar-besar dalam berbagai posenya, maka saya membayangkan bahwa begitulah cara orang Thailand menghargai tentang keyakinannya. Makanya, Bangkok dikenal sebagai kota seribu patung Budha.

Tradisi religi di Thailand memang kuat. Sebagaimana agama-agama Timur lainnya, maka agama Budha sudah menjadi pattern for behavior masyarakatnya. Ketika saya berada di Thailand, saya melihat bahwa agama Budha sudah menjadi tradisi, sebagaimana agama Hindu di Bali. Makanya, di sana-sini didapati patung-patung untuk menggambarkan agama tersebut.

Bagi masyarakat Timur, memang relasi agama dan tradisi sangatlah kuat. Bahkan di dalam banyak hal kalau bukan seluruhnya, tradisi dibangun melalui agama itu. Maka tradisi Thailand juga sama atau memiliki kesamaan dengan agama Budha. Jadi antara agama dan tradisi memiliki relasi yang saling terkait.

Untuk menunjukkan betapa relasi antara agama dan tradisi yang demikian kuat, maka dapat dilihat dari corak rumah atau bangunan public lainnya. Selalu didapati tempat pemujaan di luar bangunan tersebut. Tempat sembahyang ini secara sengaja ditempatkan di luar rumah atau bangunan, sehingga orang dengan mudah akan dapat melakukan pemujaan. Bahkan juga di jalan-jalan juga terdapat tempat pemujaan tersebut.

Tentang banyaknya tempat ibadah, bahkan di rumah-rumah, maka saya menjadi ingat tentang orang Madura di masa lalu. Hampir semua rumah orang Madura terdapat mushalla. Mushala tersebut tentu saja dipakai untuk melakukan ibadah sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya. Tempat ibadah merupakan lambang religiositas yang paling elementer bagi masyarakat Madura dan juga pada umumnya masyarakat dunia timur.

Di dekat hotel saya menginap, maka terdapat tempat pemujaan di pinggir jalan. Dan sempat saya amati, ada seorang lelaki yang ketika akan pergi bekerja, maka dia melakukan pemujaan terlebih dahulu di tempat pemujaan tersebut. Dia lakukan pemujaan dengan mengangkat tangan yang ditelangkupkan sebanyak tiga kali dan berdoa yang saya tentu tidak tahu apa dan bagaimana doanya. Yang jelas dia pasti berdoa untuk keselamatannya.

Bunga melati menjadi ciri khas peribadahan di dalam agama Budha. Makanya, bunga melati ada di setiap tempat persembahan. Bunga itu dironce sedemikian bagus, sehingga membentuk bulatan seperti kalung. Di rumah, di mobil dan juga di tempat kerja akan dijumpai untaian bunga-bunga tersebut. Di dalam mobil juga terdapat untaian bunga melati roncean sehingga bau mobil itu menjadi khas bunga melati. Kira-kira bunga melati adalah lambang keharuman dan kasih saying Budha kepada pengikutnya.

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Budha, maka di mana-mana juga terdapat patung-patung Budha. Di tempat itu maka upacara-upacara penyembahan terhadap Budha juga dilakukan. Penyembangan terhadap Budha dilakukan dengan cara-cara yang sederhana, tidak rumit dan bisa dilakukan kapan saja.

Religiositas sesungghnya menjadi cirri khas semua bangsa di dunia ini. Hanya saja terkadang religiositas tersebut terkubur oleh filsafat hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia masyarakat. Sejauh yang bisa diketahui, bahwa masyarakat Timur memiliki religiositas yang sangat mendasar.

Berbeda dengan masyarakat Barat yang sudah melewatkan religiositasnya, maka masyarakat timur tetap berada di dalam tradisinya tersebut. Tradisi keagamaan tampaknya tidak pernah luntur di negeri-negeri timut. Jadi meskipun modernisasi telah berkecamuk di negeri timur, akan tetapi hal itu tidak mengurangi religiositas masyarakatnya.

Oleh karena itu, meskipun globalisasi dan modernisasi menghinggapi masyarakat timur, akan tetapi saya yakin bahwa religiositas masyarakat ini tidak akan pernah luntur. Jadi, hipotesis Weber, bahwa semakin modern masyarakat akan semakin jauh dari spiritualitas agama tidak akan pernah terjadi untuk masyarakat timur

Wallahu a’lam bis shawab.

Categories: Opini