MEMBANGUN KELAS INTERNASIONAL
Ada sebuah lesson learned dari Sripatum University yang saya kira dapat dilakukan di perguruan tinggi lain, termasuk IAIN Sunan Ampel, yaitu membangun kelas internasional yang mandiri dengan struktur yang tersendiri. Saya nyatakan sebagai mandiri sebab selama ini banyak perguruan tinggi yang mendirikan kelas internasional berada di bawah payung fakultas. Misalnya, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga menyelenggarakan kelas internasional, maka program kelas internasional akan berada di fakultas tersebut. Demikian pula Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel yang menyelenggarakan kelas internasional Tafsir dan hadits, maka program tersebut juga berada di fakultas itu.
Ketika saya mengunjungi Sripatum University, maka saya melihat bahwa pengelolaan kelas internasional, yang diberi nama Sripatum Internasional College, ternyata dikelola sebuah lembaga tersendiri di universitas tersebut. Di sini terdapat struktur organisasi yang dikepalai oleh Direktur Sriaptum Internastional College dan sekaligus juga Direktur Kantor Hubungan Internasional. Salah satu diantara tupoksinya adalah menyelenggarakan kelas internasional dengan bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Kelas internasional ini 100 persen menggunakan bahasa pengantar perkuliahan bahasa Inggris.
Di kelas internasional inilah mahasiswa datang dari berbagain negara. Salah satunya adalah mahasiswa Indonesia, Abdurahman, yang berasal dari Makasar. Dia adalah satu-satunya mahasiswa dari Indonesia di Sripatum University. Sebelumnya dia mengambil kelas di University Kebangsaan Malaysia, namun karena keinginannya yang kuat untuk masuk kelas internasional dan akhirnya dia masuk ke Sripatum University melalui program beasiswa penuh.
Ketika saya datang, maka dialah yang diminta untuk menemani saya, karena tentu adanya kesamaan bahasa dan tradisi. Dia menyatakan bahwa di kelas internasional, maka dia memiliki pergaulan yang sangat luas, sebab memang banyak mahasiswa dari negara-negara lain yang mengambil program di kelas internasional. Ketepatan dia mengambil program kelas bisnis internasional, sehingga banyak rekannya dari berbagai negara. Dia juga bercerita akan menulis tugas akhir tentang “Halal Food dan perkembangannya di Thailand”.
Saya tentu sangat bergembira bisa banyak belajar dari Sripatum University. Di antara pelajaran yang sangat penting adalah tentang bagaimana mengembangkan kelas internasional tersebut. Saya berbincang banyak dengan Vice President Sripatum University, Asst. Professor Wirat Lertpaitoonpan, Beliau menyatakan bahwa melalui pengelolaan mandiri sebagaimana yang dilakukan oleh Lembaga Khusus Kelas Internasional, maka perkembangannya akan jauh lebih cepat. Melalui pengelolaan oleh suatu direktorat khusus kelas internasional, maka lembaga ini dapat bergerak cepat untuk pengembangan kelas internasional.
Sebelumnya, kelas internasional dikelola oleh fakultas. Program ini menjadi bagian dari program regular di fakultas. Akan tetapi perkembangannya menjadi lebih lambat sebab sistem birokrasi di tingkat fakultas tidak memungkinkan untuk melakukan terobosan-terobosan yang berarti. Melalui pengelolaan yang sama dengan program regular, maka kelas internasional menjadi “kurang” berkembang. Itulah sebabnya melalui berbagai diskusi yang panjang, maka diputuskan untuk menyelenggarakan kelas internasional yang mandiri sebagaimana yang berlaku sekarang.
Sripatum University memang saya kira juga beruntung sebab memiliki Direktur International College, dan sekaligus Direktur Kantor Hubungan Internasional, Chinda Tejavanija Chang, yang memiliki dinamika dan spirit yang luar biasa di dalam pengembangan hubungan internasional. Perkenalan saya dengannya sebenarnya sangat singkat, yaitu pada acara ASAIHL di Keuka College Amerika Serikat. Perkenalan saya yang singkat tersebut ternyata membawa dampak yang sangat baik bagi pengembangan kerja sama antar universitas.
Sebelum kembali ke Indonesia memang saya sempat menyatakan kepadanya bahwa saya akan datang ke Sripatum University. Tujuan utama saya ke sana adalah untuk belajar mengenai pengembangan universitas tersebut. Saya tahu bahwa perguruan tinggi di Thailand memiliki jaringan kerjasama yang sangat baik dengan berbagai universitas di berbagai belahan dunia. Dan akhirnya saya tahu bahwa agar bisa bekerjasama dengan berbagai universitas tersebut maka aspek yang penting adalah bagaimana pimpinan perguruan tinggi dan seluruh stafnya mendukung terhadap pengembangannya.
Disambutnya kedatangan saya dengan penyiapan Memory of Understanding (MoU), sehingga ketika saya datang ke universitas ini, maka sudah disiapkan rencana pengembangan kerjasama antar universitas. Oleh karena itu, seketika itu juga bisa dilaksanakan MoU antara saya dan Vice President Sripatum University.
Kerja cepat dan ikhlas semacam ini yang sesungguhnya diperlukan di dalam membangun perguruan tinggi terutama di era global dan kompetisi tiada henti seperti sekarang ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.