KEBERSIHAN SRIPATUM INTERNATIONAL COLLEGE
Jika terkena hawa yang dingin, maka saya sering ke restroom. Makanya, ketika saya berada di ruang yang dingin, maka saya juga sering ke restroom itu. Bukankah katanya Gus Ipul, yang Wakil Gubernur Jawa Timur itu, bahwa persoalan yang satu itu tidak bisa diwakilkan kepada siapapun juga. Makanya harus ditunaikan sendiri. Maklum Pak Wagub ini memang memiliki selera humor yang tinggi. Semua tentu juga paham, sebab beliau adalah alumni pesantren yang memang banyak modal gurauannya.
Ketika saya berada di dalam acara penandatangan MoU antara IAIN Sunan Ampel dengan Sripatum University, Thailand, maka saya juga terkena problem harus ke restroom tersebut. Maka saya lalu minta ijin kepada Bu Chinda Tejavanija Chang untuk ke belakang sebentar. Oleh asistennya, maka ditunjukkanlah saya ke restroom di dekat kantornya.
Betapa saya kaget, sebab restroom itu begitu bersih. Hampir tidak didapati barang-barang kotor yang selama ini menjadi kebiasaan di restroom. Ketika memasuki ruang restroom tersebut, saya menjadi kikuk sebab begitu bersihnya. Tidak ada bau khas restroom yang selama ini menjadi ciri dari sebuah toilet. Memang sangat bersih dan menggambarkan betapa perguruan tinggi ini memiliki tradisi kebersihan.
Sebagai perguruan tinggi internasional, Sripatum International College, maka pastilah jika mahasiswanya datang dari berbagai Negara. Salah satunya adalah dari Indonesia. Hanya sayangnya bahwa di sini baru ada satu mahasiswa dari Indonesia, Abdurahman, dari Makasar. Dia adalah satu-satunya mahasiswa Indonesia yang memperoleh beasiswa penuh dari perguruan tinggi ini. Dia mengambil klas Bisnis Internasional di PT ini.
Kebersihan memang menjadi ciri khas dari kelas internasional ini. Maklumlah bahwa yang datang ke kampus ini memang dari berbagai institusi pendidikan tinggi internasional. Ketika siangnya, kami datang ke kampus ini untuk melakukan penandatangan MoU, maka sehari sebelumnya juga datang dari Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia untuk melakukan hal yang sama.
Meskipun saya baru pertama kali datang ke universitas ini, maka saya langsung percaya bahwa memang kebersihan menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi perguruan tinggi ini. Melalui bangunannya yang megah, tetapi simple, akan tetapi kewibawaan sebagai perguruan tinggi internasional pantas dilekatkan kepadanya. Oleh karena itu, tidak mungkin kemudian kebersihan tidak menjadi bagian dari visi perguruan tinggi ini.
Jika saya datang ke tempat di mana kebersihan menjadi tradisi, maka lalu saya bertanya: “apa yang salah dengan kita?”. Pertanyaan berikutnya: “mengapa kebersihan tidak menjadi tradisi kita? Dan seterusnya. Persoalannya adalah karena budaya kita yang permisif terhadap kebersihan. Kita bisa membangun gedung bagus sekelas Sripatum University atau bahkan lebih, akan tetapi problem yang selalu menghantui adalah apakah kita bisa merawat bangunan tersebut sesuai dengan standar perawatan yang seharusnya ada.
Bahkan dalam kasus yang sangat sederhana, apakah kita bisa merawat restroom yang penting itu. Ketika kita membayangkan kebersihan sebuah bangunan, maka yang harus dilihat adalah bagaimana kebersihan restroomnya itu. Jika di situ kotor, maka yang lain juga akan memiliki kesamaaan. Oleh sebab itu yang justru diperkuat adalah membangun budaya bersih di semua kalangan. Jika itu perguruan tinggi, maka yang perlu dikembangkan adalah bagaimana pimpinan, dosen dan karyawan bertradisi bersih. Kemudian juga mahasiswa berbudaya bersih.
Membangun kebersihan tidak bisa dilakukan secara parsial. Hal ini merupakan tindakan sistemik. Makanya, juga harus dibangun bersama-sama dengan tekad dan kemauan bersama-sama pula. Dengan cara seperti ini, maka kita akan memiliki kebersamaan di dalam membangun kebersihan dimaksud.
Mari kita mulai dari yang kecil dulu, restroom. Kita jaga kebersihannya, agar orang lain kemudian menyatakan sebagaimana yang saya tulis di sini bahwa “Orang Sripatum University, menjaga kebersihan universitasnya dengan secara maksimal.”
Wallahu a’lam bi al shawab.