MEREBUT PELUANG PENELITIAN
Pendahuluan
Penelitian merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia akademis. Jika dirunut dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka darma-darma tersebut sesungguhnya merupakan bagian tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya. Darma pendidikan merupakan proses transformasi konsep dan teori-teori atau pengetahuan ilmiah yang menjadi fokus kajian atau bidang ilmu yang ditekuni di sebuah lembaga pendidikan tinggi.
Konsep atau teori dalam bidang keilmuan tersebut tentunya dihasilkan melalui penelitian yang dilakukan secara sungguh-sungguh melalui medium penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika perguruan tinggi dimaksud. Jadi, ada keterkaitan antara pendidikan dan penelitian yang bercorak sistematik. Kemudian, kedua hal tersebut juga memiliki relasi dengan darma pengabdian masyarakat yang merupakan aspek penerapan ilmu-ilmu yang dikembangkan.
Penelitian adalah bagian penting dalam pengembangan ilmu. Harold I Brown menyatakan bahwa “the only permanent aspect of science is research”. Tanpa penelitian maka pengembangan ilmu pengetahuan akan mengalami stagnasi. Di dalam hal ini, maka sebagai bagian dari insan akademis yang hidup sebagai akademisi maka sebagai tugas utama adalah melakukan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu tersebut.
Mengapa Proposal Penelitian
Proposal penelitian hakikatnya tidak hanya sekedar instrumen yang digunakan untuk memperoleh dana penelitian semata-mata, namun sesungguhnya akan menggambarkan tentang kecenderungan apa yang menjadi fokus perhatian bagi akademisi di dalam proses menapaki dunia akademisnya. Proposal merupakan potret diri peneliti dengan kecenderungannya tersebut.
Makanya, jika ada penelitian yang tertarik dengan dunia pelacuran, maka hal itu menggambarkan akan kecenderungan akademiknya tentang pelacur. Bukan tertarik pada pelacurnya, tentu. Namun tertarik dengan liku-liku dunia pelacuran yang di dalamnya ada hegemoni, coersi, perlawanan dalam diam, keterpinggiran, bahkan dramaturgi keberagamaannya. Jangan lupa bahwa di situ ada ritual-ritual dan mitos-mitos yang dijadikan sebagai bagian penting di dalam kehidupannya. Juga ada relasi-relasi kuasa yang tidak mudah diurai. Ada banyak hal yang tersembunyi dibalik gemerlap gincu, pakaian, senyuman, kata-kata terucap dan sebagainya.
Jika ada yang tertarik dengan dunia tarekat pinggiran, maka di situ ada gambaran ketertarikannya dengan dunia tarekat yang sangat menarik tidak hanya dari aspek fenomenanya tetapi juga dunia noumenanya. Pasti di situ akan ditemui ada dominasi, hegemoni, ritual, simbol-simbol, mitos-mitos, pengalaman-pengalaman, dan sebagainya. Ada yang bagi orang lain tidak menarik tetapi ternyata sesuatu yang sangat menarik ketika didalami.
Mungkin juga ada yang tertarik dengan dunia gender. Pasti ada yang menarik mengenai gender ini. bukan fisiknya tentu, tetapi dunia noumena, dramaturgi, interaksisimboliknya dan berbagai dominasi, hegemoni, dan keterpinggirannya. Ada gender inequality, gender opression dan gender differensiation. Semuanya bisa diungkap melalui research.
Bisa saja ada yang tertarik dengan dunia teks. Dunia teks bukannya tidak menarik. Tafsir teks dengan para penafsirnya adalah laksana pasar raya. Bahkan satu Tuhan seribu tafsir. Teksnya satu tetapi bisa multiinterpretabel. Sama dengan hadits. Ternyata juga ada variabilitas di dalamnya. Ada pernik-pernik yang jika dicermati sesungguhnya menggambarkan ribuan tafsir dimaksud. Ada syarah, ada hasyiyah dan berbagai interpretasi tentang hadits sebagai pedoman tindakan. Dunia ritual pun banyak ragamnya. Disebabkan oleh adanya interpretasi yang beragam, maka dunia ritual keberagamaan juga mengalami nasib yang sama. Ada keragaman.
Agama dalam kajian tekstual dan kontekstual kenyataannya menampilkan wajahnya yang beragam. Bahkan ambivalen. Namun demikian, meskipun wajahnya satu tetapi di dalamnya terdapat varian-varian. Ada ajaran agama, pemimpin agama, jamaah keagamaan, dan institusi keagamaan dengan masing-masing otoritasnya. Ada dominasi, hegemoni, counter hegemony dan sebagainya. Dunia merupakan tempat berbagai varian tergabung menjadi satu dengan tetap menampilkan dirinya. Unity in diversity.
Menulis Proposal.
Yang jelas, orang menulis proposal untuk dikompetisikan. Makanya, proposal yang lolos di dalam perkompetisian adalah proposal yang telah memenuhi syarat sebagaimana yang ditentukan oleh pemberi dana. Setiap funding tentunya memiliki otoritas untuk menentukan proposal macam apa yang dianggap layak sesuai dengan kriteria yang sudah diinformasikan. Otoritas itu bukan didasarkan atas`wewenang yang dimilikinya namun sangat ditentukan oleh kualitas proposal yang diajukan kepadanya. Sebuah funding yang baik pastilah akan berpijak pada kaidah “mengutamakan yang berkualitas”.
Proposal yang dinyatakan baik, pastilah kalau proposal itu memenuhi standart umum yang berlaku, meskipun selalu ada kekhususan standart, sesuai dengan kepentingan lembaga donaturnya. Akan tetapi pasti ada corak umum yang berlaku mendasar di dalam urusan menyusun proposal ini.
Di antara pola umum tersebut adalah:
Pertama, fenomena yang unik dan menarik. Kecanggihan merumuskan femonena ke dalam rumusan yang unik dan menarik membutuhkan kecermatan dan kesungguhan. Fenomena yang bagi orang lain dianggap biasa saja ternyata menjadi unik dan menarik ketika fenonena tersebut diletakkan di dalam relasinya dengan fenomena lainnya secara sistemik. Pendidikan adalah fenomena biasa, namun ketika pendidikan tersebut diletakkandi dalam konteks etnis, ras dan agama dalam suatu institusi pendidikan, maka pendidikan itu pasti akan menjadi menarik. Mengapa karena di situ sudah direlasikan dengan konsep-konsep akademis yang menantang. Orang memberikan pengajian adalah peristiwa lumrah. Namun ketika di dalam pengajian yang disampaikan oleh Kyai NU itu bersubstansi kerukunan antar umat beragama bahkan pengikutnya juga bermacam-macam pemeluk agama, maka itu pasti sebuah fenomena yang menarik. Ketika ada kyai Muhammadiyah tetapi menjadi pengurus PKB pasti juga masalah yang menarik. Demikian pula jika ada Kyai NU yang menjadi pengurus PKS. Atau bahkan ada koalisi antara PKS dan PDI pasti juga peristiwa yang menarik. Di sini pasti ada tanda tanya besar, yang bisa menjadi inspirasi atau starting point untuk melakukan penelitian.
Setiap pemikiran orang pastilah ada konteksnya. Makanya, mengkaji pemikiran orang juga menarik. Pemikiran itu menjadi unik juga ketika dikontraskan dengan berbagai latar sosial, kepentingan, pengaruh dan genealogi pemikiran sebelumnya, dominasi konteks dalam pemikiran tersebut dari aspek budaya, politik dan bahka agama. Peristiwa budaya di dalam kehidupan sehari-hari adalah peristiwa biasa bagi orang awam. Tetapi di tangan seorang ilmuwan akan menjadi menarik sebab dapat direlasikan dengan konsep-konsep lain yang menjadikannya unik. Kentrung adalah peristiwa kesenian biasa, tetapi ketika dikontraskan dengan konsep santri dan abangan ternyata menjadi fenomena yang menarik.
Hukum bagi orang awam adalah peristiwa yang sangat tidak menarik. Namun di tangan ilmuwan hukum bahwa ada dunia konteks yang bisa dijadikan sebagai anggel untuk melakukan penelitian. Contoh, peristiwa atau masalah yang sama bisa saja hukumannya berbeda dikarenakan ada konteks sosial, budaya bahkan politik yang melingkupi masalah tersebut. Tentu ada tanda tanya tentang hal ini. Atau contoh lain, penafsiran teks hukum bisa berbeda-beda menurut kalangan hakim atau jaksa. Makanya, dalam law in context juga selalu menyisakan masalah.
Bahkan kitab-kitab kuno juga bisa menjadi fenomena menarik, ketika kitab kuno tersebut dikaitkan dengan berbagai lokus, konteks dan agen ketika tulisan itu dibuat. Kitab Gatoloco dan Darmogandul akan menjadi menarik ketika dikorelasikan dengan konsep pembangkangan kaum Jawa terhadap agama Islam yang hegemonik. Sama dengan pembangkangan Orang Samin terhadap praktik agama Islam yang koersif.
Kedua, orisinalitas. Ini adalah syarat mutlak. Fenomena yang unik dan menarik tidak cukup untuk menjadi alasan untuk menentukan sebuah proposal itu diterima. bisa saja peristiwa itu sudah pernah diteliti orang lain. Makanya, syarat kedua itu sangat penting. Di dalam hal ini, penelusuran terhadap penelitian terdahulu menjadi sangat mendasar. Berikut ini adalah contoh melakukan penelusuran tersebut.
Gender dan Seksualitas adalah wilayah kajian yang sangat menarik, sehingga kajian tentang hal ini juga sangat banyak ragamnya. Jika ditipologikan, maka ada sekurang-kurang empat tipologi tentang kajian seksualitas, yaitu: pertama, kajian gender dan seksualitas dari perspektif agama dan moralitas, seperti tulisan: Geoffrey Parrinder,[1] Hussein Muhammad,[2] Nasaruddin Umar,[3] Muhammad al-Fayyadi,[4] Faqihuddin Abdul Qodir,[5] Abdul Moqsith Ghazali,[6] dan Soffa Ihsan.[7]
Kedua, kajian seksualitas dari sudut padang gender dan kebudayaan, seperti tulisan Moh Yasir Alimi,[8] Otto Soekatno Cr.,[9] Sri Suhandjati dan Ridin Sofwan, [10] Alison J Murray,[11] Tham Dam Truong,[12] Suparto Brata,[13] Koesnadi,[14] Gadis Arivia,[15] Melani Budianta,[16] BJD Gayatri,[17] dan F.X. Rudy Gunawan.[18]
Ketiga, kajian seksualitas dari aspek gender dan penyimpangan perilaku, seperti: Stephen O Muray dan Will Roscoe, [19] Karmen MacKendrick,[20] Rohan Collier,[21] dan Putri Kartini.[22]
Keempat, kajian seksualitas dari perpektif gender dan konstruksi sosial, seperti: Ad. Donggo,[23] Tim JP, [24] Moammar Emka,[25] dan IIP Wijayanto.[26] Selain ini juga sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang seksualitas baik dari sisi pelaku, misalnya pelaku seks gigolo, homoseksualitas, dan sebagainya. Namun demikian, penelitian tentang religiositas pelacur masih tergolong langka. Tulisan ini akan mengisi ruang kosong religiositas dimaksud.
Contoh lain:
Penelitian tentang tarekat sesungguhnya telah banyak dilakukan dalam berbagai anggelnya. Jika ditipologikan, sekurang-kurangnya terdapat empat tipologi, yaitu: pertama, tarekat dalam keterkaitannya dengan dunia social-politik yang sangat profane. Penelitian dalam kawasan ini antara lain adalah Nur Syam dalam topic “Pembangkangan Kaum Tarekat”, Mahmud Suyuti dengan Topik “Politik Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Jombang”, Ajid Thohir dengan judul “Gerakan Politik Kaum Tarekat”, Sartono Kartodirdjo dalam judul “Pemberontakan Petani Banten 1888” dan sebagainya. Kedua, kajian tarekat yang terfokus dalam dunia social-ekonomi, seperti Kajian Rajasa Mu’tashim dalam topic “Bisnis Kaum Sufi” dan Ketiga, kajian tarekat yang terokus pada ajaran dan penyebarannya seperti kajian Martin van Bruinessen dalam judul “Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia”. Keempat, tarekat dalam kaitannya dengan social-budaya seperti tulisan Simuh dengan topic “Sufisme Jawa”.
Ketiga, perdebatan konseptual. Melalui perdebatan konseptual akan dihasilkan sumbangan konseptual atau teoretik dari penelitian yang dilakukan. Dari perdebatan konseptual in akan diketahui keterkaitan antar konsep apakah menolak atau menerima terhadap konsep-konsep yang sudah dihasilkan oleh peneliti sebelumnya. Inilah yang disebut sebagai pohon konsep. Perdebatan konseptual merupakan inti dari inti dari sebuah penelitian. Dari sinilah sumbangan ilmiah tersebut akan dibangun. Diharapkan bahwa setiap penelitian itu akan merevisi, menerima atau menolak terhadap konsep, proposisiatau teori yang sudah ada sebelumnya atau bahkan membangun teori baruyang belum ada sebelumnya. Jika tidak diketahui bahwa sudah ada konsep yang pernah dikaji orang sebelumnya dari mana diketahui bahwa temuannya adalah sesuatu yang baru.
Keempat, relevansi masalah, tujuan dan metode penelitian. Metode penelitian selalu mengikuti fenomena dan masalah apa yang akan diteliti. Oleh karena itu, pilihan perspektif, pendekatan dan jenis metode penelitian akan selalu mengikuti terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Oleh karena itu agar dicermati betul, perspektif atau pendekatan apa digunakan untuk fenomena dan rumusan masalah apa. Demikian pula metode apa digunakan untuk fenomena dan rumusan masalah apa. Dengan demikian pilihan pendekatan fenomenologi, interaksionisme simbolik, konstruksi sosial, strukturalisme, etnografi, dan pilihan metode kuantitatifatau kualitatif atau bahkan mixmethodology hakikatnya adalah pilihan rasional yang relevan dengan fenomena, masalah dan tujuan penelitiannya.
Berikut ini saya lampirkan arah pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidispliner yang kira-kira akan menjadi kecenderungan di masa yang akan datang.
No | Bidang | Disiplin | Sub-disiplin | Arah Pengembangan/Inter disiplin dan lintas disiplin |
1 | Ilmu Al-Qur’an | Sejarah al-Qur’anFilsafat al-Qur’an
Tafsir al-Qur’an |
Asbab al-NuzulBalaghat dan Uslub al Qur’an
Qira’at al-Qur’an Tafsir Ahkam Tafsir Tasawuf Tafsir Tarbawi Tafsir Dakwah Tafsir adabi wal Ijtima’i Madzahib tafsir Sejarah tafsir Filsafat Metafisika Al-Qur’an Filsafat Fisika Al-Qur’an Filsafat Sosial Al-Qur’an |
Filsafat Ilmu Al-Qur’anTafsir Al-Qur’an dan Hermeneutika
Al-Qur’an dan fenomenologi Al-Qur’an dan Strukturalisme Tafsir fisika Al-Qur’an Tafsir Metafisika Al-Qur’an Tafsir Sosial Al-Qur’an Al-Qur’an dan Orentalisme Al-Qur’an dan Oksiedentalisme Al-Qur’an dan budaya lokal Tafsir Gender |
2 | Ilmu Hadits | Sejarah haditsFilsafat hadits
Syarah Hadits |
Ma’anil HaditsTakhrijul Hadits
Hadits Ahkam Hadits tarbawi Hsdits Dakwahi Hadits Adabi wal Ijtima’i Syarah Hadits Metafisika Syarah Hadits Fisika Syarah Hadits Sosial Tehnik Hadits |
Kritik HaditsSyarah Al-Hadits dan Hermeneutika
Al-Hadits dan Fenomenologi Al-Hadits dan Strukturalisme Al-hadits dan orientalisme Al-Hadits dan Oksidentalisme Al-hadits dan budaya lokal Perbandingan Al-hadits Hadits Gender |
3 | Ilmu Aqidah | Sejarah kalamFilsafat kalam
Ilmu Kalam Ilmu Tauhid Ilmu Akhlak |
Aliran KalamPemikiran teologi Islam Modern
Etika Etika Profesi Etika Sosial |
Teologi Islam KawasanTauhid Sosial
Etika Ekonomi |
4 | Ilmu Dakwah | Pengembangan MasyBimbingan Penyuluhan
Manajemen Komunikasi dan Penyiaran |
Pengembangan Masyarakat IslamBimbingan penyuluhan Islam
Manajemen Dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam |
Management Pengmb. Masyar. IslamPengemb. SDM
Pengembangan lingkungan Sosial Pengemb. Kesehatan Masy. Islam Studi Pembang dan Pengemb Ekon. kerakyatan Kesejahteraan sosial Pekerjaan sosial Patologi Muslim Bimbingan Penyuluhan Sosial Bimbingan keluarga Bimbingan pekerjaan Manajemen Kelembagaan Manajemen Haji dan Wisata Ziarah Jurnalistik Radio, TV dan surat kabar Retorika Tehnologi keberagamaan Islam |
5 | Tarbiyah | Ilmu Pendidikan Agama IslamIlmu Pendidikan Bahasa
Ilmu Kependidikan Islam |
Metodologi pendidikan IslamAdministrasi dan Supervisi pendidikan
Kurikulum Pendidikan Islam Perband. Pend. Islam Manaj. Pend. Islam Strategi Pembelajaran Evaluasi Pendidikan |
Sosiologi PendidikanPolitik Pendidikan
Tehnologi Pendi. Islam Kepemimp. Pend. Isl. |
6 | Ilmu Syariah | Ilmu FiqhUshul Fiqh
Fiqh Sosial Ilmu falak |
Pranata SosialTarikh Tasyri’
Madzab Fiqh Perbanding. Madzab Kaedah-kaedah Fiqh Masail Fiqiyah Acara Peradilan Fiqh Munakahat Fiqh Muamalah Fiqh Siyasah Fiqh Ibadah Fiqh Ekonomi Peradilan Islam Pidana Islam Fiqh Mawaris |
Pembahar. Huk. IslamAkuntansi Islam
Bisnis dan Manajemen Islam Perbankan Islam Hukum Bisnis Islam Ekonomi Islam Perband. Perad. Islam Advokasi Islam Fiqh Hubungan Internasional Fiqh Lintas Madzab |
Ekonomi Islam | Lembaga keuangan Islam | Perbankan Syaria’hAkuntansi Islam
Bisnis dan Manajemen Islam Hukum Bisnis Islam Pegadaian Syari’ah |
Perpajakan Islam | |
7 | Filsafat | Filsafat IlmuFilsafat Islam
Filsafat Tasawuf |
Filsafat Hukum IslamFilsafat pend. Islam
Filsafat Sej. Islam Filsafat Dakwah Filsafat Sosial Islam Filsafat Politik Islam Fils. Sains Islam Filsafat Bahasa Logika Epistemologi Islam Filsafat Etika |
Filsafat ekonomi Islam |
8 | Ilmu Tasawuf | Sejarah tasawufAliran Tasawuf
Tarekat |
Studi Tarekat KawasanPerbandingan Tasawuf
Tasawuf Falsafi Tasawuf Akhlaqi Tasawuf ‘ilmi |
Tarekat dan FenomenologiTarekat dan Budaya Lokal
Tarekat dan Politik Tarekat dan Strukturalisme Tarekat dan Hermeneutika Tarekat dan Modernitas Tarekat dan etnografi Tasawuf dan Kesehatan Mental (Teoritis) Tasawuf dan psikhoterapi (Praktis) |
9 | Ilmu Sejarah | Sejarah Perad.IslamSejarah Dakwah
Sejarah Hukum Islam Sejarah Pend. Islam Sejarah Pol. Islam Sej. Sains Islam Sejar. Ekonomi Islam |
Sej. Islam KawasanSej. Dakwah Kawas
Sej. Perad. Islam Kawasan Sejarah pend. Islam Kawasan Sej. Pol. Isl. Kawasan Sej. Sains Islam Kwsn Sej. Ekonomi Islam |
Sej. Islam LokalSej. Hk. Islam lokal
Sej. Dakw. Isl. Lokal Sej. Pend. Islam lokal Archeologi Islam Arsitektur Islam |
10 | Ilmu Sosial-Keislaman | llmu Perband. AgamaSosiologi Agama
Antropologi Agama Psikhologi Agama Politik |
Sosiologi IslamAntropologi Islam
Psikhologi Islam Politik Islam |
Studi Islam KawasanIslam dan Budaya lokal
Islam and Civil Religion Islam dan Budaya Kontemporer Islam dan Pol. Lokal Politik Islam kontemporer Etika Politik Islam Perbandingan Politik Islam Studi Politik Islam Kawasan Islam dan Pol. Lokal Politik Islam kontemporer |
11 | Bahasa | BahasaSastra Arab | Ilmu bahasaSastra klasik
Sastra modern |
SosiolinguistikSastra Islam Kawasan |
12 | Sains Islam | Matematika dan ilmu Pengetahuan AlamTehnologi
Kedokteran |
MatematikaFisika
Biologi Fisiologi Tehnik sipil Tehnik kimia Tehnik elektronik Tehnik mesin Tehnik informatika Tehnik arsitektur Ilmu kesehatan Ilmu gizi dan Pangan Farmakologi Keperawatan Kebidanan Psikhiatri |
EkonometriBiokimia
Biostatistik Al-Qur’an and fisics Islam dan Kesehatan Jiwa Islam dan Psikhoterapi |
[1] Geoffrey Parrinder, Teologi Seksual (Jogyakarta: LkiS, 2005). Buku in membahas seksualitas dalam sudut pandang agama-agama. Bukan pada dataran konflik antara skesualitas denga agama-agama akan tetapi bagaimana pandangan agama-agama tentang seksualitas.
[2] Hussein Muhammad, Fiqih Perempuan (Jakarta: ). Sesuai dengan judulnya, maka karya in membahas tentang fiqih perempuan yang terkait dengan pandangan fiqih terhadap perempuan.
[3] Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Paramadina, 2003). Karya in membahas tentang argumen atau dalil-dalil agama yang sebenarnya memberikan peluang bagi kesetaraan gender.
[4] Muhammad al-Fayyadi, “Islam dan Seksualitas Positif” dalam Basis, Nomor 09-10, September-Oktober 2006.
[5] Faqihuddin Abdul Qadir, “Diskriminasi Seks dalam Teks Klasik Islam” dalam Desantara, No.08
[6] Abdul Moqsith Ghazali, Badriyah Fayumi, Marzuki Wahid, Syafiq Hasyim, Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan (Jogyakarta: LkiS, 2002).
[7] Soffa Ihsan, In the Name of Sex, Santri, Dunia Kelamin dan Kitab Kuning. (Surabaya: JP. Books, 2004)
[8] Moh Yasir Alimi, Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial, dari wacana bangsa hingga wacana agama (Jogyakarta: LkiS, 2004).
[9] Otto Soekatno Cr, Seks Para Pangeran, Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa (Jogyakarta: Bentang Budaya, 2002
[10] Sri Suhandjati dan Ridin Sofwan, Perempan dan Seksualitas dalam Tradidi Jawa (Semarang: Gama Media, 2001)
[11] Alison J Murray, Pedagang Jalanan dan Pelacur Jakarta (Jakarta: LP3ES, 1994)
[12] Tham Dan Truong, Seks, Uang dan Kekuasaan: Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 1992)
[13] Suparto Brata, Kremil, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)
[14] Koesnadi, ”Perempuan dalam Timangan Tradisi” dalam Srinthil, 1 /Mei/2002
[15] Gadis Arivia, ”Poskolonialisme dan Perempuan: Dinanakah Letak Kartini” dalam Srinthil 9, 2006
[16] Melani Budianta, “Libido, Pallosentrisme dan Seksualitas Perempuan” dalam Srinthil 3, 2003
[17] BJD. Gayatri, ”Citra Seksualitas Perempuan Jawa (Representasi dari Candi, Mitologi dan Wayang dalam Jurnal Perempuan, 41, 2005
[18] F.X. Rudy Gunawan, Pelacur dan Politikus (Jakarta: Grafiti Press, 1997)
[19] Stephen O Murray and Will Roscoe, Islamic Homosexualities. (New York: New York University Press, 1997
[20] Karmen MacKendrick, Counterspleasure, Risalah Kenikmatan dan Kekerasan Seksual (Jogyakata: Kalam, 2002)
[21] Rohan Coiller, Pelecehan Seksual: Hubungan Dominasi Mayoriras dan Minorotas (Jogyakarta: Tiara Wacana, 1998)
[22] Putri Kartini, Suara Perih Perempuan: Lesbian dan Kawin Bule. (Jogyakarta: Bentang Budaya)
[23] A.D. Donggo, Aku Seorang pelacur (Jogyakarta: Ombak, 2005)
[24] Tim JP., Sex in The City, SBY double cover (Surabaya: JP. Books, 2004)
[25] Moammar Emka, Jakarta Undercover, Sex in The City (Jogyakarta: Bentang Budaya, 2005)
[26] Iip Wijayanto, Sex in the “Kost”: Realitas dan Moralitas kaum Terpelajar (Jogyakarta: Bentang Budaya, 2005)