TRANS-NATIONAL UNIVERSITY BERBASIS CULTURAL UNDERSTANDING
Ada perkembangan menarik di dalam relasi perguruan tinggi dengan globalisasi yaitu yang disebut Trans-national University dan Internasional University. Yang dimaksud dengan trans-national unversity adalah peguruan tinggi yang memiliki kerjasama atau partnership dengan perguruan tinggi lainnya di dalam kerangka penyelenggaraan pendidikan. Di dalam hal ini, maka sebuah perguruan tinggi bisa saja memiliki banyak partnership dengan berbagai perguruan tinggi.
Yang dimaksud dengan international university adalah perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat mahasiswa dari berbagai latar belakang, misalnya nasionalitas, etnis, agama, budaya yang menyatu di dalam komunitas akademis. Mereka dipersatukan oleh ikatan primordialitas kampus dan bukan oleh etnisitas dan sebagainya.
Isu mengenai trans-national University sangat menarik di tengah kehidupan global dan tanpa batas teritorial. Jika di masa lalu dunia perguruan tinggi hanya berbasis kewilayahan dalam batas geografi yang tegas, maka dewasa ini sudah tidak berlaku lagi. Sebagaimana dunia tanpa batas, maka dunia perguruan tinggi juga mengalami globalisasi.
Pada tahun 1960-an, maka bisa dihitung dengan jari berapa banyak orang yang bisa melanjutkan belajar di luar negeri. Hanya orang yang luar biasa yang bisa belajar ke luar negeri disebabkan oleh terbatasnya akses untuk meraih kesempatan belajar tersebut. Namun dewasa ini, orang bisa belajar di mana saja selama yang bersangkutan memiliki kemampuan akademis dan finansial yang memadai.
Trans-national education telah menjadi arah baru di dalam pendidikan di era global. Bentuk yang digunakan adalah seperti francise, dual degree, dan kelas kerjasama antar perguruan tinggi atau kelas internasional di suatu perguruan tinggi tertentu. Di tengah globalisasi ini, maka kita tidak akan bisa menahan laju perkembangan dunia pendidikan global.
Sebagai bagian dari globalisasi, maka laju perkembangan pendidikan global juga tidak bisa ditahan. Misalnya Keuka College, maka di Niagara Falls City hanya memiliki sejumlah kira-kira 1000 mahasiswa, akan tetapi jumlah mahasiswanya di China sebanyak 3500 orang. Demikian pula di Hongkong dan India. New York University juga memiliki kelas khusus di Dubai University dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak. Demikian pula Harvard University, Chicago University dan sebagainya. Mereka mengembangkan Trans-National University dengan standart yang sama dengan di tempat semula.
Sebagaimana perkembangan dunia bisnis, maka perguruan tinggi juga bisa menjadi francise. Orang bisa membeli produk usaha yaitu label perguruan tinggi dan kemudian mengembangkannya di tempat yang baru. Hanya saja model ini memang mengandung resiko terutama di dalam kaitannya dengan standart kualifikasi akademis yang baku. Misalnya bisa dipertanyakan apakah kualitas akademisnya bisa sama antara yang di pusat dengan yang di tempat lain. Bisa jadi akan didapati kualitas yang berbeda. Misalnya contoh kecil tentang perpustakaan, dosen, sarana prasarana dan sebagainya.
Di Indonesia memang juga sudah berkembang berbagai program yang dapat dikaitkan dengan trans-national university tersebut. Misalnya sudah ada beberapa universitas yang memiliki partnership dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Namun dibandingkan dengan perguruan Tinggi di Thailand, Malaysia, Singapura, Hongkong dan sebagainya, maka perguruan tinggi di Indonesia masih kalah jauh.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Narasumber dari Hongkong University tentang pengalaman Trans-National Education, maka memang diperlukan regulasi untuk mengatur model-model Trans-National Education ini. Misalnya tang terkait dengan registrasi, sarana prasarana, laboratorium, standart akademis, standart akreditasi dan sebagainya.
Jadi memang tidak mudah untuk melakukan trans-nasional university, akan tetapi bukan berarti sebagai sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Hanya saja sebagaimana saya nyatakan di atas bahwa kita masih kalah disbanding oleh perguruan tinggi luar negeri di dalam ekspansi pendidikan trans-nasional ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.