• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

THEOLOGI, ILMU KALAM DAN DAKWAH

Sebagai seorang Muslim tentu merasa senang ketika diundang untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal prinsip di dalam  agama kita itu. Pagi kemarin, 28/05/2011,  saya memperoleh kesempatan untuk memberikan ceramah tentang dimensi ajaran Islam yang penting yaitu tentang Ketuhanan, yang  di dalam khasanah Islam disebut sebagai Ilmu Kalam dan di dalam pembicaraan lebih umum disebut sebagai Theologi dan relasinya dengan Dakwah Islam.

Sebagaimana  dipahami bahwa acara ini dihelat dalam rangka pembekalan kepada juru dakwah yang dilakukan oleh Masjid Al Falah Surabaya. Masjid Al Falah memang dikenal sebagai pusat pelatihan dan pendidikan yang telah memiliki imaj bagus di mata masyarakat metropolis seperti Surabaya. Para peserta kursus dakwah ini memang terdiri dari kebanyakan para senior yang sudah memiliki pengetahuan beragama sangat baik dan sudah siap untuk menjadi da’i.

Kehadiran da’i di dalam penyebaran Islam tentu sangat penting. Islam tidak akan pernah berkembang secara memadai tanpa kehadiran para da’i. Makanya, kaum da’i menjadi sangat urgen di dalam pengembangan ajaran Islam.  Semenjak dahulu kala para da’i dikenal sebagai kelompok yang memiliki kemampuan di dalam penyebaran Islam. Kita tentu masih ingat bahwa para Walisongo sebagai penyebar Islam ternyata memiliki ghirah menyebarkan Islam yang luar biasa. Sunan Giri, misalnya berdakwah sampai di Ternate dan Lombok. Artinya, bahwa geografi dakwahnya ternyata bisa berada di seluruh Nusantara.

Pengetahuan tentang aspek theology dan ilmu kalam bagi seorang da’i tentu sangat penting, mengingat bahwa di dalam dakwah, maka seorang da’i harus harus menyampaikan ajaran tentang ketuhanan dan berbagai hal yang mengitarinya.  Theology memang bukan istilah di dalam Islam. Kata ini merupakan khasanah istilah di dalam agama Kristen yang kemudian diadaptasi oleh khasanah lainnya, termasuk di dalam kajian ilmu keislaman.

Theology memang ilmu tentang ketuhanan yang pendekatannya lebih bercorak burhani, atau lebih dekat dengan pendekatan kefilsafatan. Saya nyatakan “lebih”  sebab di dalam theology sesungguhnya juga bukan cara memperoleh kebenaran yang bersumber dari keraguan terlebih dahulu,  akan tetapi lebih didahului oleh proposisi tentang “keberadaan” Tuhan.  Hanya saja, kemudian banyak di antara ahli theology yang menggunakan argumentasi untuk membenarkan kebenaran Tuhan itu. Dari sisi ini, maka theologi tentu dekat dengan pengertian Ilmu Kalam, yaitu ilmu tentang Ketuhanan dan implikasi keberadaannya.

Sebagai ilmu tentang Ketuhanan dan implikasi yang mengikutinya, maka ilmu kalam lalu juga berbicara tentang hal-hal kegaiban di dalam agama, seperti surga dan neraka, Al Qur’an sebagai kalam Tuhan,  keadilan Tuhan, sifat-sifat yang melekat kepada Tuhan dan sebagainya.

Tentang keadilan Tuhan, tentu menjadi perbincangan yang sangat menarik. Diskusi tentang keadilan Tuhan melibatkan banyak kelompok, misalnya Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Perbincangan seperti apakah Tuhan adil,  jika ketika ada suatu kaum yang belum memperoleh petunjuk melalui Nabi atau rasulnya kemudian dihukum akan masuk neraka. Maka bagi Mu’tazilah dinyatakan bahwa demi keadilan Tuhan, maka kaum seperti ini tidak dikenai punishment  neraka. Akan tetapi bagi Asy’ariyah, maka Tuhan berbuat apa saja itu adil,  sebab keadilan adalah bagian dari otoritas Tuhan.  Mau dimasukkan ke mana saja itu adalah hak otoritatif Tuhan.

Demikian pula tentang  keazalian al-Qur’an. Bagi Mu’tazilah maka yang azali hanya Tuhan dan lainnya adalah baru. Yang qadim dan baqa itu hanya Allah dan lainnya adalah baru dan rusak. Makanya, Al Qur’an juga merupakan sesuatu yang baru dan bukan azali. Jika kalam Tuhan adalah azali,  maka akan terdapat azali yang lain, dan hal itu merusak keazalian Allah. Oleh karena itu, kaum Mu’tazilah disebut sebagai kaum Muwahhidun.  Sebagai kalam Tuhan, maka Al Qur’an adalah memiliki kesucian yang sangat tinggi, sebab merupakan kalam Tuhan. Al Qur’an yang suci tersebut kemudian berada di dalam Lauh al Mahfudz dan  melalui perantaraan Malaikat Jibril kemudian sampai kepada Muhammad Saw dan terus  sampai kepada umatnya.

Banyak perdebatan tentang dimensi-dimensi mendasar dari ajaran Islam yang disajikan oleh para Mutakallimun ini. Dan hal ini tentu saja mengajarkan kepada kita tentang betapa perdebatan atau diskusi tentang Ketuhanan tersebut memang menarik untuk diperbincangkan. Akan tetapi sebagai ilmu keislaman, maka Ilmu Kalam tentu didasari oleh proposisi tentang keberadaan Tuhan dan implikasi yang mengikutinya.  Meskipun pendekatannya lebih bercorak Jadali atau perdebatan, akan tetapi yang mendasar bahwa Ilmu Kalam memang ilmu yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana berdebat tentang keberadaan Tuhan tersebut.

Bagi seorang da’i, maka pengetahuan tentang ilmu kalam sangat penting sebab yang bersangkutan harus menjelaskan kepada umat tentang kebenaran Tuhan dan implikasinya.  Melalui pemahaman yang benar tantang hal itu, maka seorang da’i akan mengetahui mana yang harus disampaikan kepada umat. Umat perlu diberikan pemahaman yang benar tentang persoalan akidah dan implikasinya bagi umat manusia.

Melalui pemahaman yang benar dan kemampuan menempatkan berbagai pemikiran yang terjadi di dalam dunia Ketuhanan dan implikasinya tersebut, maka seorang da’i akan bisa menjelaskan posisi masing-masing pemikiran tersebut dan kemudian mengarahkan kepada pemikiran yang lebih cocok untuk masyarakat Indonesia.

Bagi kita, bahwa pemikiran kalam tersebut memiliki implikasi dengan pemikiran keagamaan hingga sekarang. Munculnya berbagai aliran keagamaan, seperti radikalisme, liberalism dan moderat tentu memiliki keterkaitan dengan aliran-aliran kalam di masa lalu. Makanya, memahami sumber-sumber keagamaan seperti ini menjadi penting bagi seorang da’i.

Yang diharapkan dari da’i tentunya adalah memilih pemikiran Islam yang moderat, sebab melalui moderasi tersebut,  maka Islam yang damai dan menyejukkan akan  bisa terjadi. Islam adalah rahmatan lil alamin, maka agar Islam bisa menjadi seperti itu, maka harus disebarkan oleh para da’i yang mengusung Islam damai.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini