• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGEDEPANKAN SPIRITUALISASI ALAM

Saya masih ingin melanjutkan diskusi tentang Sakralisasi Alam dalam hubungan dengan manusia di dunia ini. Diskusi ini saya anggap sangat penting mengingat bahwa dewasa ini tindakan untuk mengeksploitasi alam sudah sedemikian mengkhawatirkan, sehingga akan jauh lebih besar kerusakan alam dan ekosistemnya.  Perusakan hutan secara besar-besaran yang dilakukan oleh para pengusaha atas nama ekonomi tentu bisa sangat merisaukan. Jika kemudian tidak dilakukan penyadaran tentang betapa pentingnya menjaga ekosistem lingkungan, maka ke depan akan terjadi bencana yang jauh lebih besar.

Kata yang sangat penting diupayakan implementasinya adalah menjaga keseimbangan alam. Mengapa manusia harus menjaga keseimbangan alam? Sebab manusia adalah yang memiliki kesadaran akal yang jauh lebih tinggi dibanding dengan makhluk Tuhan lainnya. Jika tumbuh-tumbuhan dan binatang hanya mengandalkan naluri untuk berkembangbiak dan berkomunikasi dengan sesamanya, maka manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan semuanya. Ada akal, kesadaran, pengalaman, dan perasaan yang luar biasa. Tuhan memberikan kepada manusia tidak hanya kemampuan inteligensi atau intellectual Quotion, akan tetapi juga kemampuan emosional atau Emotional Quotion dan kemampuan religious atau Spiritual Quotion.

Melalui ketiga kemampuan itulah manusia lalu dipilih Tuhan untuk menjadi khalifahnya atau wakilnya di dunia ini. Di dalam hal ini, maka ibaratnya manusia adalah pemimpin terhadap semua yang ada di dunia ini. Bukan hanya pemimpin bagi dirinya atau manusia lainnya, akan tetapi juga pemimpin bagi dunia binatang dan tumbuhan serta benda-benda alam lainnya. Sebagai persyaratan sebagai seorang pemimpin tentu tidak boleh melakukan  kedlaliman, misalnya dengan menjadikan yang dipimpinnya sebagai obyek semata. Dia harus diperlakukan sebagai subyek yang sama dengan dirinya.

Sebagai wakil Tuhan di bumi, maka tentu ada persyaratan yang sangat mendasar yang harus dipegangnya, yaitu tidak boleh berlaku dhalim terhadap sesama ciptaan Tuhan. Dengan menggunakan istilah representasi, maka semua ciptaan Tuhan adalah representasi Tuhan di Bumi. Sebagai sesama representasi Tuhan di bumi, maka tidak boleh ada kedhaliman di antara sesama ciptaan Tuhan.

Praktik agama-agama langit juga sedikit banyak memiliki sumbangan terhadap kerusakan lingkungan. Dengan mengusung konsepsi tidak ada sakralitas terhadap alam, maka manusia lalu memperlakukan alam semaunya saja. Padahal sebagaimana dipahami bahwa setiap agama  ternyata memiliki konsepsi yang sangat kuat tentang bagaimana membangun relasi antara alam dan manusia.

Di dalam agama terdapat konsepsi tentang menjaga dan melestarikan lingkungan. Agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu serta lainnya memiliki konsepsi tentang hal ini. Adasejumlah ayat yang menyatakan perlunya menjaga alam. Bahkan di dunia Hindu melalui konsepsi hukum karmanya, maka manusia merasa takut untuk berbuat kenistaan terhadap alam lainnya yang disebabkan oleh kesadarannya bahwa ada roh di setiap binatang dan tumbuh-tumbuhan  yang dimungkinkan dari nenek moyangnya.

Hanya saja memang masih ada kendala teologis ketika seseorang akan mensakralkan alam, yaitu ajaran tentang syirik, bidh’ah dan sebagainya yang sering menjadi kendala bagi mensakralkan alam tersebut. Ketika orang menghormati alam sebagai bagian dari representasi Tuhan, maka yang terjadi tentu bukan sebagaimana cara orang tradisional memperlakukan alam, yaitu dengan menyembahnya sebagai sesembahan, akan tetapi dengan memperlakukan alam bahwa alam pun memiliki  dunianya yang memang harus dihormati.

Cara menghormati alam adalah dengan memberikan kesempatan kepada alam tersebut memanfestasikan dirinya di tengah dunianya. Jadi kalau dia hutan,  maka kita harus menjadikannya sebagai hutan atau memanfaatkannya dengan cara tetap memeliharanya. Bukan merusak sebagaimana yang terjadi seperti sekarang.

Menghormati alam bukanlah tindakan menganggap alam sebagai benda yang harus dianggap  Tuhan atau disembah, akan tetapi dengan menganggap bahwa alam itu pada dirinya terdapat kehidupan yang harus dihormati. Setiap yang hidup pasti memiliki rohnya sendiri. Tentu saja harus dibedakan antara roh manusia yang memiliki tugas dan kewajiban keagamaan dengan roh alam yang hanya memiliki kehidupan saja. Melalui anggapan seperti ini, maka kita tidak akan menjadikan alam hanya sebagai obyek mati atau benda mati, akan tetapi sebagai benda hidup yang memiliki kehidupannya sendiri.

Saya berharap semoga tidak terdapat kesalahan di dalam memahami konsep kehidupan alam dengan rohnya ini, sehingga diskusi tentang spiritualisasi alam merupakan diskusi tentang makna perlunya  melestarikan alam dengan cara menghormati alam yang juga memiliki kehidupannya yang patut dihargai.

Wallahu a’lam  bi al shawab.

Categories: Opini