• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PANCASILA DAN GENERASI MUDA KITA

Di dalam perjalanan penerbangan dari Surabaya ke Jakarta, 25/05/2011, saya sempatkan untuk membaca Koran hari  ini. Bertepatan saya mengambil Koran Republika yang memang sering saya baca terutama di dalam perjalanan Jakarta-Surabaya PP dengan pesawat  Garuda. Ternyata di dalam pemberitaan Harian Republika yang menarik perhatian saya, yaitu tentang Kontestasi Abang dan None (Abnon) Jakarta Barat yang ternyata banyak yang gugur di babak awal karena tidak hapal  Pancasila.

Berdasarkan laporan Harian Republika ternyata dari sebanyak  203 peserta, 50 persen lebih gagal untuk memasuki babak berikutnya disebabkan mereka tidak hapal Pancasila. Di dalam pemilihan Abnon Jakarta Barat dan juga di wilayah Jakarta lainnya, memang dipersyaratkan untuk hapal Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Realitas empiris ini tentu sangat memprihatinkan sebab seharusnya para generasi muda kita adalah sosok manusia Indonesia yang ke depan akan menjadi pembela dan pelestari pancasila sebagai dasar dan filsafat bangsa Indonesia.

Hal ini tentu membuat kegalauan orang tua, sebab bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi tua, maka hafal pancasila adalah bagian dari cara kita untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Sementara itu, anak-anak muda yang sesungguhnya sudah memperoleh pendidikan yang terkait dengan Pancasila ternyata justru tidak hafap Pancasila. Barangkali mereka lebih hafal berita-berita gossip dan lagu-lagu yang ditayangkan di televise dari pada dasar Negara.

Bandingkan dengan kenyataan lainnya. Saya terlibat di dalam peresmian Rumah Belajar Pandawa di RT 1, RW 1 Kelurahan Gubeng Kecamatan Wonokromo. Di dalam acara tersebut banyak Ibu-Ibu dengan usia sudah tidak lagi muda. Bahkan perkiraan saya di atas 60-an. Akan tetapi ketika dinyanyikan Lagu Kebangsaan In donesia Raya, maka dinyanyikannya lagu itu dengan penuh semangat dan penghayatan. Hal ini berarti bahwa para Ibu yang usianya sudah tua itu lebih memahami Lagu Kebangsaannya ketimbang para pemuda yang tidak hafal Pancasila.

Hal ini tentu patut menjadi keprihatinan kita semua. Banyak media yang sama sekali tidak tertarik untuk membahas tentang Pilar Kebangsaan. Pancasila sudah dianggap tidak lagi menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Makanya menyiarkan hal seperti itu tentu tidak akan menarik. Bisa jadi menyiarkan acara Pilihan Ketua Umum PSSI yang rusuh jauh lebih penting. Atau menyiarkan demonstrasi yang tidak produktif juga lebih bermanfaat. Atau bahkan menyiarkan  gegeran di DPR juga jauh lebih mendasar. Banyak media TV yang jauh lebih penting menyiarkan gossip dengan berbagai kemasannya, sehingga masyarakat kita menjadi masyarakar gosipmania.

Memang harus diakui bahwa kesadaran untuk mengembalikan Pancasila sebagai wahana perbincangan baru terjadi di akhir tahun 2010. Sebelumnya, selama hamper 10 tahun gairah untuk membicarakan pancasila nyaris tidak ada. Jika ada orang yang membicarakan Pancasila, maka dianggap akan mengembalikan Orde Baru. Memang sungguh sial nasib Pancasila pasca reformasi. Sebagai akibat kelalaian Orde Baru di dalam melakukan tindakan KKN dan sebagainya, maka Pancasila pun ikut dimusuhi.

Barulah ketika banyak masalah tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya dengan banyaknya ideology lain yang ditawarkan dan memperoleh penganut setia, maka orang kembali melirik Pancasila sebagai ideology bangsa.  Makanya sekarang ini sedang terjadi adanya keinginan besar untuk menjadi Pancsila sebagai living ideology.

Itulah sebabnya, maka Presiden Susilo Bambng Yudhoyono, bersama jajaran pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi Negara lalu bersepakat untuk melakukan penguatan Pancasila di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Acara yang dilakukan di Jakarta, 24/05/2011 tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono, Ketua MK, Mahfudl MD, Ketua MPR, Taufiq Kiemas, Ketua DPR, Marzuki Ali, Ketua DPD, Irman Gusman, Ketua MA, Harifin Tumpa, Ketua BPK, Hadi Poernomo, dan Ketua KY, Eman Suparman.  Bagi para pemimpin bangsa ini, maka Pancasila harus direvitalisasikan, diinternalisasikan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Berdasarkan  realitas empiris yang memang menghendaki pengembalian Pancasila di dalam kehidupan masyarakat, maka pimpinan Negara tersebut memang perlu untuk menyamakan visi tentang bagaimana pengamalan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.  Sesuai dengan kenyataan bahwa Pancasila memang sudah teruji di dalam kehidupan masyarakat Indonesia, maka keinginan mengembalikan Pancasila sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara tentu bukan pilihan yang salah.

Kita tidak perlu takut untuk dituduh akan mengembalikan Orde baru tentang pentingnya pelestarian pancasila dan pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara berbasis nilai-nilai Pancasila.  Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana nilai Pancasila yang tidak bertentangan dengan agama tersebut dapat diimplementasikan secara benar dan sungguh-sungguh, sehingga apa yang dilakukan adalah apa yang terdapat di dalam nilai Pancasila.

Hanya dengan cara ini, maka Pancasila akan kembali dihargai sebagai ideology Negara dan bangsa yang memang memiliki relevansi dengan kehidupan riil di dalam masyarakat kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini