• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

REFLEKSI KEBANGKITAN NASIONAL

Sebagaimana telah saya tulis kemarin bahwa ada empat gelombang mengenai kebangkitan nasional semenjak hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908. Gelombang keempat semestinya adalah gelombang tinggal landas bagi bangsa ini untuk menapaki keadilan dan kesejahteraan. Namun demikian, semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh bangsa ini, maka gelombang keempat Kebangkitan Nasional rasanya masih membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang.

Kebangkitan nasional merupakan titik penting dan tonggak mendasar bagi perjuangan bangsa di dalam meriah cita-cita kemerdekaan. Sebagaimana diungkapkan di dalam pokok-pokok pikiran di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka kemerdekaan tersebut momot dengan misi mencerdaskan bangsa, mengembangkan perdamaian, ketertiban dunia dan meningkatkan kesejahteraan, maka sesungguhnya kemerdekaan bangsa tersebut mengandung makna yang sangat strategik.

Namun kenyataannya bahwa sampai gelombang keempat dewasa ini, akan tetapi empat hal mendasar tersebut masih jauh dari realitas yang diinginkan. Artinya, bahwa selama 103 tahun ternyata keinginan untuk menjadi bangsa yang cerdas, aman, tertib dan sejahtera memang masih mengawang di angkasa. Masih banyak warga masyarakat yang pendidikannya  belum memadai. Tingkat melek huruf masih rendah. Masih banyak angka drop out sekolah dan seterusnya.  Bahkan di Propinsi Jawa Timur, angka rerata  lama orang sekolah  masih 7 tahun 2 bulan. Hal ini tentu menandakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat secara agregat masih rendah.

Namun demikian tidak berarti bahwa pemerintah tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, misalnya dengan telah dilakukannya program sertifikasi guru dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah, dan sebagainya. Secara khusus bahkan pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan program khusus pemberdayaan Madrasah Diniyah sebagai pintu masuk untuk meningkatkan kualitas guru dan siswanya, di dalam kerangka penyetaraan program madrasah diniyah dengan lembaga pendidikan secara umum.

Kemudian dari sisi ketertiban dan kedamaian, maka akhir-akhir ini kita juga disibukkan oleh kenyataan banyaknya gerakan kekerasan agama, social, politik  yang bisa mengganggu terhadap keamanan masyarakat secara umum. Banyaknya gerakan radikal di negeri ini yang mengatasnamakan agama tentu bisa meresahkan terhadap masyarakat. Terorisme berbaju agama juga menjadi kendala bagi pembangunan negeri ini. Bagi kaum teroris yang  menganggap negeri ini sebagai negeri jahiliyah, sehingga harus diperangi adalah kesalahan  tafsir agama. Dan jika masih ada yang berpikir dan bertindak seperti ini, maka berarti yang bersangkutan adalah melawan pemerintah dan masyarakat Indonesia secara umum.

Namun demikian, tindakan terorisme juga terus berlangsung, sehingga akan bisa menghambat laju pembangunan yang sedang digalakkan. Bukankah dengan terus menerus terjadi terorisme akan mempengaruhi investasi dari luar negeri, akan mempengaruhi terhadap perdagangan dan laju pertumbuhan ekonomi  dan lebih jauh juga akan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi makro bangsa ini. Makanya, pemberantasan tindakan terorisme harus menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat untuk menjaga  keamanan dan ketertiban bangsa ini.

Melihat kenyataan ini, maka pemantapan kembali ideology kebangsaan merupakan hal yang sangat prinsip untuk ditegakkan.  Menghadapi gerakan ideologi-ideologi trans-nasionalisme sebagaimana yang kita lihat semakin cepat berkembang dewasa ini, maka usaha yang harus dilakukan adalah dengan memantapkan kembali ideologi kebangsaan.

Kita tentu bergembira, sebab dewasa ini ada kesadaran yang luar biasa tinggi untuk mengembalikan posisi pilar bangsa di dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Setelah reformasi menyeruak ke permukaan dan berefek terhadap peminggiran pilar kebangsaan, khususnya Pancasila,dan didorong dengan adanya gerakan ideologi trans-nasional yang kemudian merongrong terhadap kewibawaan bangsa secara umum, maka sekarang ada keinginan kembali mengedepankan ideologi kebangsaan tersebut  di dalam kehidupan bangsa.

Oleh karena itulah maka berbagai upaya telah dilakukan. Di antaranya adalah Kongres Pancasila, Penataran dan seminar tentang pilar kebangsaan dan juga acara cerdas cermat yang dilakukan oleh pemerintah dan juga masyarakat lainnya. Upaya ini tentu didasari oleh keinginan untuk mengembalikan posisi Pancasila sebagai ideologi  bangsa yang penting. Dan salah satu kegiatan untuk mengembalikannya, adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Saya memperoleh kesempatan yang sangat membahagiakan ketika diundang oleh Kantor Bakesbang Kabupaten Bojonegoro untuk memberikan sedikit refleksi mengenai kebangkitan nasional. Acara ini memang dikemas  dan disatupadukan dengan cerdas cermat selevel SMTA se kabupaten Bojonegoro. Tema utama acara cerdas cermat ini adalah tentang wawasan kebangsaan. Acara ini sangat meriah karena dihadiri oleh Bupati Bojonegoro, Drs. Suyoto, MSi, Wakil Bupati, segenap SKPD, tokoh agama, etnis, LSM dan juga dihadiri oleh pejabat Direktorat Bakesbangpol Kementerian Dalam Negeri Jakarta dan juga Provinsi Jawa Timur.

Sebagai acara renungan hari Kebangkitan Nasional, maka tentu yang paling penting adalah bagaimana kita melihat masa lalu, kemudian melakukan sesuatu yang terbaik bagi bangsa ini di masa sekarang dan berpikir apa yang seharusnya kita lakukan di masa yang akan datang.

Semua bisa diatasi jika kita memiliki mental sebagai pemenang atau mental to be the winner. Jangan pernah merasa akan menjadi pecundang atau to be the losser. Untuk memenangkannya, maka kita harus memiliki keyakinan bahwa kita pasti bisa. If you think you can, you really can.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini