• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEBANGKITAN BANGSA GELOMBANG KEEMPAT

Hari ini bertepatan dengan tanggal 20 Mei 2011 adalah hari kebangkitan bangsa, suatu hari yang disakralkan oleh bangsa Indonesia sebagai hari kebangkitan bangsa Indonesia. Secara historis, bahwa kebangkitan bangsa merupakan perwujudan dari kebangkitan bangsa In donesia yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo, tanggal 20 Mei 1908, oleh Dr. Soetomo dan kawan-kawan. Kesadaran untuk mendirikan organisasi sebagai basis perjuangan bangsa itulah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak perjuangan bangsa Indonesia yang dilabel dengan konsep “Kebangkitan Bangsa”.

Jika bangsa Indonesia pada tahun tersebut, bangkit, kemudian 20 tahun lagi, 28 Oktober 1928,  para pemuda bersumpah, yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda” dan kemudian 17 Agustus 1945,  Negara Indonesia menjadi negara merdeka, maka sekarang adalah kebangkitan bangsa menuju “keadilan dan kemakmuran”.  Kebangkitan bangsa di era sekarang, hakikatnya adalah kebangkitan menuju kepada pencapaian “keadilan dan kemakmuran” pada seluruh bangsa Indonesia.

Musuh kita bukan lagi para penjajah, seperti  Belanda, Jepang dan negara-negara Sekutu lainnya, akan tetapi lawan kita sekarang adalah diri kita sendiri. Lawan kita sebenarnya adalah kemiskinan, keterbelakangan dan kekerasan social yang seakan sudah menjadi label bagi bangsa ini. Jika di masa lalu, bangsa ini disebut sebagai bangsa yang memiliki karakter lembut, maka sekarang sudah tidak lagi melekat di dalam labeling bangsa ini, yaitu bangsa yang lembut,  akan tetapi sebagai bangsa yang keras.

Kemiskinan juga terus mendera kehidupan masyarakat hingga sekarang. Pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah juga terus berkejaran dengan fluktuasi perekonomian internasional, sehingga upaya yang dilakukan seakan tidak bermakna.  Ketika bangsa ini seharusnya  memasuki era tinggal landas, ternyata kemudian terjadi resesi ekonomi dan kemudian menjadi krisis ekonomi, sehingga bangsa ini kembali terpuruk. Apalagi keadaan ini kemudian diperburuk oleh adanya korupsi, kolusi dan nepotisme yang tiada henti.

Di saat semua konsentrasi seharusnya diarahkan untuk membangun negeri ini dengan segenap kebijakan dan aksi, maka juga kemudian muncul berbagai kekerasan yang memicu terhadap kelambatan percepatan pembangunan. Misalnya berbagai tindakan kekerasan atas nama politik, agama, social dan sebagainya. Banyak terjadi kekerasan akibat pilkada. Banyak kekerasan berbasis agama dan banyak kekerasan berbasis social ekonomi dan sebagainya.

Masyarakat ini juga diributkan oleh kekerasan berbasis agama yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa  perlu ada bentuk Negara lain selain NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945. Bahkan mereka juga melakukan berbagai tindakan pengeboman untuk kepentingannya itu. Selain menghasilkan imej yang kurang baik bagi bangsa ini, maka juga tentu konsentrasi pembangunan bangsa menjadi terganggu. Energy kita yang seharusnya diarahkan untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia, langsung atau tidak langsung, lalu menjadi terganggu.

Semua variable ini kemudian akan menyebabkan terhadap ketertinggalan kita di dalam membangun kesejahteraan bangsa. Kalau kita tengok Malaysia, yang sesungguhnya start pembangunan bangsanya relative bersamaan dengan kita, maka tingkat kesejahteraannya jauh lebih baik. Hal ini tentu terkait dengan  kemampuan negara ini untuk mengeliminir unsur “pembangkangan” yang dilakukan oleh elit dan masyarakatnya terkait dengan upaya pembangunan bangsanya. Negara ini telah berhasil menekan berbagai kekerasan social, korupsi dan penyimpangan lainnya  yang diakibatkan oleh keinginan segelintir orang untuk bertindak di luar frame dan bingkai negara.

Sementara di sini, sebagai akibat kebebasan dan keterbukaan, maka atas dalih kebebasan dan keterbukaan tersebut,  maka ruang untuk berpekspresi hanya dipenuhi oleh hal-hal itu dan melupakan tujuan yang sesungguhnya bahwa keterbukaan dan kebebasan tersebut adalah ruang untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Demikian pula tindakan abuse of power yang kemudian berimplikasi pada tindaka n seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Oleh karena itu, semestinya seluruh komponen bangsa ini memahami bahwa kita sudah sampai di era lain tentang kebangkitan bangsa tersebut.

Kebangkitan bangsa di era sekarang adalah kebangkitan bangsa gelombang keempat. Jika gelombang pertama adalah kebangkitan melawan semua bentuk penjajahan, kemudian gelombang kedua adalah gelombang kemerdekaan, maka gelombang ketiga adalah mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, dan gelombang keempat adalah meraih kesejahteraan dan keadilan. Jadi seharusnya masyarakat ini sudah take off menuju gelombang keempat tersebut.

Hanya saja karena persoalan penyimpangan di dalam penyelenggaraan negara di era yang seharusnya adalah gelombang pembangunan bangsa, maka kita harus mundur beberapa langkah disebabkan oleh hal tersebut. Makanya, sekarang setelah 65 tahun merdeka, maka kita masih harus berjibaku dengan  perlawanan terhadap kemiskinan, ketertinggalan dan juga kekerasan social.

Jadi, kita memang masih harus bekerja keras dan cerdas agar bangsa ini segera bisa lepas landas untuk menuju kepada gelombang keempat kebangkitan bangsa, yaitu meraih keadilan dan kesejahteraan social.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini