• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE DEPAN ADALAH INTEGRASI ILMU

 Gagasan tentang pengembangan Islamic Studies Multidispliner  (ISM),  sesungguhnya bukan program yang baru saja dikembangkan, akan tetapi adalah program yang sudah lama didengungkan meskipun jalannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Program ini telah diwacanakan di tahun 1990-an, dan sekarang sedang memperoleh momentum yang kuat untuk didorong ke depan.

Sejumlah konsep sudah dilaunching oleh institusi pendidikan tinggi apakah lembaga pendidikan yang mengusung ilmu keislaman atau yang bukan. Namun demikian, yang kemudian terjadi adalah adanya proses untuk saling menyapakan antara ilmu social, humaniora, sains dan teknologi dengan ilmu keislaman.

Program ini ternyata memang memperoleh momentum yang memadai, misalnya dengan semakin menguatnya program studi agama di PTU dan juga semakin menguatnya prodi umum di PTAIN. Akan tetapi sebagaimana yang kita ketahui, bahwa program ini masih merupakan serpihan-serpihan yang belum memberikan gambaran keutuhan konseptual.

Dewasa ini kelihatan bahwa program seperti ekonomi Islam atau ekonomi syariah sedang menuai perkembangan yang pesat. Di beberapa PTU dikembangkan program studi ini, misalnya Universitas Airlangga, Universitas Trisakti dan sebagainya. Dan sebaliknya PTAIN juga membuka prodi yang selama ini dikembangkan oleh PTU.

Akan tetapi melihat perkembangannya, maka PTAI jauh lebih cepat di dalam mengembangkan program sinergis antara sains dan ilmu agama. Terbukti bahwa dewasa ini telah terjadi proses saling menyapa tersebut dalam bentuk yang khas, misalnya program saling menyapakan antara sains dan ilmu agama. Di dalam contoh yang riil, maka program PPS IAIN Sunan Ampel telah mengembangkan arah disertasi pada konsepsi kesalingmenyapaan tersebut. Ada banyak disertasi yang berada di dalam kawasan relasi antara agama dan sains tersebut. Bahkan ada banyak kajian sosiologi fiqh, sosiologi hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.

Bahkan di UIN Malang sudah dikembangkan relasi antara teknologi dan ilmu agama. Sebagaimana yang sering diungkapkan oleh Prof. Imam Suprayogo, bahwa program saling menyapa itu sudah dikembangkan sedemikian rupa. Di dalam Al Qur’an tidak ada pembedaan antara ilmu agama dan umum. Jika dibaca Al Qur’an, maka semua ilmu ada di dalamnya. Mulai dari ilmu sosial, ilmu alam, humaniora dan ilmu agama.

Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan utama berisi informasi-informasi tentang ilmu pengetahuan yang sangat lengkap. Mulai dari cerita tentang keluarga, penggolongan sosial, penggolongan ekonomi, sampai penciptaan alam dan seluruh masalah transcendental yang terkait dengan kehidupan masyarakat.  Ada penggambaran tentang perempuan, binatang, keluarga, sejarah masa lalu, kebudayaan, peradaban, keyakinan, ritual dan semua hal yang terkait dengan kehidupan manusia.

Sebagaimana juga dijelaskan oleh Prof. Imam Suprayogo, maka melalui program saling menyapa antara sains dan teknologi, maka ternyata semakin kelihatan bahwa  Islam tidak mendikotomi tentang ilmu dan agama. Mempelajari penciptaan alam melalui pembuktian empiris, mempelajari tentang binatang sebagaimana  yang diinspirasikan oleh Al Qur’an justru akan mengantarkan seseorang untuk meyakini akan kebenaran al Qur’an.

Oleh karena itu, kita tidak boleh asyik menikmati pendikotomian ilmu pengetahuan sebagai proyek orang Barat, akan tetapi kita justru harus melakukan “perlawanan” dengan cara mengembangkan proyek-proyek yang bersearah dengan penyatuan ilmu agama dan umum, melalui program Islamic studies multidisipliner.

Jika sekarang masih dalam taraf adanya keinginan untuk saling menyapakan antara ilmu agama dan umum, melalui berbagai program yang dikembangkan oleh PTAIN, maka ke depan harus dikembangkan ke arah integrasi ilmu, yaitu program menyatukan ilmu agama dan umum melalui proyek-proyek integrasi ilmu yang memang menjadi tugas PTAIN untuk melakukannya.

Hanya sayangnya hingga hari ini masih belum terdefinisikan secara jelas apa  sesungguhnya integrasi ilmu tersebut, bagaimana metodologinya, dan bagaimana implikasi pengkajiannya. Makanya, saya rasa menjadi tugas para akademisi PTAIN untuk terus bekerja keras di dalam mewujudkan proyek integrasi ilmu tersebut di masa sekarang dan akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini