• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENTINGNYA KESEIMBANGAN EKOSISTEM LINGKUNGAN



Akhir-akhir ini masyarakat dipusingkan oleh serangan ulat di beberapa daerah, khususnya di Jawa Timur. Semula memang hanya di Kabupaten Probolinggo, akan tetapi kemudian menyebar sampai di Pasuruan, Sidoarjo, Jombang, Mojokerto, Surabaya dan daerah lainnya. Serangan ulat ini seakan menggenapi terhadap berbagai problem yang dihadapi oleh bangsa ini, seperti kemiskinan, korupsi, terorisme dan sebagainya.

Semula memang hanya menyerang terhadap tumbuh-tumbuhan yang rawan serangan hama ulat. Tetapi ketika dedaunan sudah diserang dan habis, maka ulat itupun hinggap di rumah-rumah penduduk. Jumlahnya yang mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu terasa semakin memperpuruk keadaan lingkungan kita yang memang mulai rusak.

Di Surabaya, misalnya semula menyerang daerah Surabaya Timur yang memang memiliki hutan bakau. Akan tetapi kemudian juga menyerang kecamatan-kecamatan lain dengan aneka ulat yang bagi sebagian orang mungkin menjijikkan. Apalagi ulat-ulat tersebut akan menyebabkan kulit menjadi gatal jika terkena bulunya. Maka pesan dinas Kesehatan adalah “jangan garuk jika terkena bulu ulat tersebut. Cabut bulunya dengan lakban atau sejenisnya dan kemudian dioles dengan obat anti gatal.”

Secara teologis, orang beragama sering menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan Tuhan bukan tanpa maksud. Setiap sesuatu yang terjadi tentu mengandung dua hal, yaitu di satu sisi adalah peringatan Tuhan kepada manusia, kemudian kedua adalah adzab Tuhan kepada manusia.

Tuhan tentu tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Makanya, ketika terjadi serangan ulat bulu kepada lingkungan kita, maka tentu harus diyakini bahwa Tuhan tentu memiliki tujuannya sendiri. Akan tetapi tentu hanya Tuhan yang mengetahui tujuannya itu. Manusia hanya diperintahkan untuk mempelajari gejala-gejala yang terkait dengan hal tersebut.

Kita tentu berkeyakinan bahwa serangan ulat kepada lingkungan kita tentu bukan adzab, akan tetapi sebagai peringatan. Serangan ulat itu tentu juga mengingatkan kita ketika terjadi serangan hama wereng, serangan belalang, atau lainnya. Semua ini diberikan Tuhan terkait dengan apa yang sesungguhnya kita lakukan terhadap alam lingkungan kita.

Kita tentu tidak bisa menampik bahwa di era sekarang ini manusia menjadi semakin rakus. Apa saja dieksploitasi. Hutan ditebang, sungai dijadikan lahan rumah, pohon dipotong, dan sebagainya. Bayangkan saja semuanya juga dimakan. Ular, jengkerik, kodok, burung dan sebagainya dijadikan santapan yang dianggapnya lezat. Semuanya diburu untuk kepentingan konsumsi manusia yang semakin permisif. Ada warung penjual masakan burung bangau, burung pipit, dan seterusnya. Perilaku permisif itulah yang kiranya menjadi penyebab kerusakan lingkungan.

Ketika ular, burung, kodok dan binatang lainnya diburu untuk kepentingan manusia dan kemudian terjadi ketidakseimbangan ekosistem, maka akan terjadi bencana. Demikian pula ketika rumah binatang seperti hutan dirusak, sungai didangkalkan dan sebagainya, maka juga akan terjadi kerusakan.



Oleh karena itu, maka menjaga keseimbangan ekosistem alam merupakan bagian yang sangat vital di dalam kehidupan ini. Jika keseimbangan ekosistem tidak terjaga, maka dipastikan akan terjadi kerusakan. Kodok adalah pemangsa yang rakus terhadap hama tanaman padi. Maka ketika kodoknya berkurang, maka hama padi akan menjadi berkembang biak dengan cepat. Ular adalah pemangsa tikus. Maka ketika ularnya diburu dan jumlahnya semakin sedikit, maka tikus akan berkembang pesat. Kerusakan ekosistem lingkungan dipicu oleh ketidakseimbangan ini.

Nyatanya, firman Allah benar adanya, bahwa kerusakan di bumi dan laut disebabkan oleh perilaku manusia. Jika manusia tidak melakukan introspeksi terhadap tindakannya yang semakin permisif, maka kerusakan akan terus bertambah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini