• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MASIH ADAKAH YANG PERCAYA GERAKAN NII

Tiba-tiba saja gerakan NII memperoleh pemberitaan yang besar seirama dengan fenomena beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang terlibat di dalam gerakan itu. Meskipun jumlahnya tidak seberapa, akan tetapi dengan keterlibatan mahasiswa pada gerakan NII tentu memberikan warning yang nyata, bahwa gerakan NII tidak pernah mati. Jika mati, maka hanya mati suri dan setelah itu kemudian kembali lagi melakukan aktivitas untuk mempengaruhi masyarakat, khususnya para generasi muda.

Ihwal keterlibatan mahasiswa di dalam gerakan NII tentu bukan barang baru, sebab hamper setiap dasa warsa terdapat kejadian seperti itu. Beberapa tahun yang lalu juga terjadi beberapa mahasiswa di Perguruan Tinggi dijadikan sebagai sasaran gerakan NII ini dan kemudian berhenti dan setelah itu kembali melakukan gerakan rekruitmen pengikut yang baru.

Gerakan NII memang tidak pernah mati. Dia akan terus tumbuh dan berkembang meskipun tidak tampak di permukaan. Kebanyakan yang menjadi sasarannya adalah generasi muda, dan hebatnya yang menjadi pengikutnya adalah para mahasiswa di PT terkenal. Meskipun jumlahnya relative kecil, akan tetapi saya berkeyakinan bahwa pengikutnya menyebar di berbagai perguruan tinggi. Saya juga berkeyakinan bahwa tidak hanya di UMM akan tetapi juga di beberapa PT lain.

NII memang telah menjadi bahaya laten bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. Semenjak diproklamirkan oleh Sekarmaji Marijan Kartosoewiryo pada awal kemerdekaan Indonesia, akan tetapi geralan NII telah menjelma menjadi kekuatan laten yang terus merongrong kewibawaan pemerintah dan Negara dalam skala mikro. Maklum bahwa gerakan ini memang dilakukan secara sembunyi-sembunyi sebab targetnya adalah untuk memperoleh uang untuk pendanaan gerakan.

Sebagai gerakan bawah tanah, maka NII memang telah menjadi ancaman bagi pilar kebangsaan. Bahkan juga memiliki varian-varian yang banyak. Namun meskipun mereka bervariasi namun sesungguhnya memiliki satu visi yaitu mendirikan Negara Islam Indonesia, sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendirinya. Namanya bisa saja “Darul” apa saja, bahkan mungkin juga tidak bernama, akan tetapi semua eksponennya akan memiliki satu tujuan tegaknya NII.

Jawa Barat dan DKI  mungkin adalah basis gerakan NII yang terbesar. Tentanh hal ini memang hanya asumsi saja. Akan tetapi menilik Jawa Barat adalah tempat lahirnya gerakan NII, maka pantas jika wilayah ini menjadi home base bagi gerakan NII. Memang saya tidak memperoleh data tentang adanya pesantren yang menjadi basis gerakan NII, akan tetapi secara commonsense, saya berkeyakinan bahwa ada pesantren yang menjadi basis NII.

Basis keduanya adalah perguruan tinggi. Kebanyakan yang menjadi target rekruitmen adalah para mahasiswa. Kebanyakan juga mahasiswa fakultas sains dan teknologi. Harus dipahami bahwa dewasa ini memang ada gerakan keagamaan yang sangat tinggi terutama di kalangan perguruan tinggi. Kegairahan beragama inilah yang kemudian ditangkap oleh Islam radikal dalam berbagai organisasinya.

Banyak mahasiswa yang tertarik dengan gerakan Islam radikal ini. Melalui sistem rekruitmen yang sangat akurat dan system pembinaan yang sangat teruji, maka siapapun yang memasuki “kawasan” ini, maka akan menjadi eksponen organisasi yang sangat militan.

Dalam kasus mahasiswa UMM yang bisa direkrut oleh gerakan NII, maka juga menunjukkan sikap dan tindakan yang militant. Misalnya mengenai pendanaan, maka mereka rela untuk membohongi orang tua dan kerabatnya untuk memperoleh dana bagi organisasinya. Bisa dibayangkan bahwa mahasiswa yang semestinya memiliki sikap dan tindakan yang sangat rasional, akan tetapi bisa melakukan kebohongan terstruktur. Misalnya, sebanyak delapan teman Mahatir Rizki  kini masuk tahap menyidikan ternyata dibebani pencarian dana sampai 84.1 juta rupiah. Tim rekruitmen yang menentukan berapa jumlah uang yang diperlukan.  Sedangkan Rizki sendiri masih misterius. (JP, 23/04/2011).

Masing-masing anggotanya dikenai uang baiat dan uang sumbangan organisasi sebesar kurang lebih tiga puluh juta rupiah. Uang tersebut harus disetor secara angsuran. Makanya untuk memenuhinya, tidak jarang para mahasiswa harus berbohong dengan menyatakan menghilangkan laptop atau hand phone dan sebagainya. Bahkan juga harus menjual sepeda motor atau apapun yang bisa dijadikan uang tebusan organisasi.

Pemberitaan tentang NII tentu seharusnya menjadikan para pemuda sadar bahwa di lingkungan kita ternyata banyak godaan untuk melakukan tindakan keagamaan yang salah. Jika beragama kemudian menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan –yang konon katanya atas nama agama—maka beragama yang demikian tentu tidak sesuai dengan ajaran agama yang sebenarnya.

Islam adalah agama yang sangat mengedepankan tindakan anti kebohongan, anti kekerasan dan anti kerakusan, sebab Islam adalah agama yang mendepankan kejujuran dalam tindakan, mengajarkan kasih saying dan mengajarkan kehematan dan kebenaran.

Jadi seharusnya tidak ada lagi orang yang tertarik kepada ajaran agama yang tidak mengajarkan kebaikan di dalam hal apapun.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini