• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TANTANGAN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

Seharusnya dipahami bahwa sumbangan Pendidikan Tinggi Agama  Islam Negeri (PTAIN) terhadap dunia pendidikan di Indonesia tentu sangat signifikan. Hal itu tentu didasari oleh kenyataan betapa banyak alumni yang dihasilkan oleh PTAIN di dalam kerangka pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia dari dahulu hingga sekarang.

Bahkan jika dikaitkan dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS), maka sumbangannya tentu jauh lebih besar. Di Indonesia, sebagaimana diketahui bahwa PTAIS tersebar di seluruh pelosok  negeri dengan jumlah mahasiswa yan bervariasi. Besaran PTAIS tersebut tentu saja akan menjadikan adanya sumbangan pengembangan SDM yang sangat besar pula.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka tampak bahwa sumbangan dunia pendidikan tinggi Islam bagi kehidupan masyarakat di Indonesia tentu tidak bisa diabaikan. Artinya, bahwa PTAI sudah menjadi bagian penting di dalam proses pemberdayaan masyarakat Indonesia.

Terutama pasca reformasi, maka peranan PTAIN menjadi sangat dominan di dalam percaturan kehidupan sosial, politik dan keagamaan.  Dengan adanya reformasi yang meniscayakan terjadinya mobilitas vertical, maka banyak alumni PTAI yang kemudian terlibat di dalam dunia politik. Demikian pula di bidang sosial dan keagamaan. Hal ini menandakan bahwa alumni PTAI sesungguhnya memiliki talenta yang sangat baik di dalam aktualisasi diri di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Memang harus diakui bahwa yang dapat memasuki kawasan seperti itu masih sangat terbatas. Artinya hanya sejumlah kecil dari alumni PTAI yang kemudian bisa mengaktualisasikan perannya di tengah kehidupan sosial dan politik, sebab kebanyakan mereka tentu berada di wilayah keagamaan yang memang menjadi tugas dan fungsinya di tengah kehidupan masyarakat.

Meskipun PTAI telah memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas SDM di Indonesia, namun harus diakui bahwa banyak tantangan yang dimiliki oleh PTAI di dalam pengembangan akses pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, tata kelola dan juga sarana dan prasarana. Tantangan pengembangan PTAI inilah yang harus dipetakan oleh Kementerian Agama sebagai tempat bernaung PTAI dimaksud.

PTAI, memang harus diakui masih dianggap sebagai perguruan tinggi klas dua atau bahkan klas tiga. Diantara hal yang sangat mendasar sebagai tantangan pendidikan tinggi Islam adalah rendahnya daya tampung PTAI yang diakibatkan oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana pendidikan. Rendahnya daya tampung tersebut juga terkait dengan perubahan persepsi masyarakat tentang alumni PTAI. Di tengah semakin kuatnya budaya materialism dan konsumerisme, maka semakin banyak anggota masyarakat yang memilih lembaga pendidikan tinggi yang memiliki kedekatan dengan dunia kerja.

Makanya, PT yang memiliki program studi (prodi) yang bersentuhan langsung dengan dunia kerja, maka akan laris manis di tengah persaingan dengan PT lain. Oleh  karena itu, PTAI yang menawarkan program studi keagamaan lalu menjadi “terpinggirkan” di tengah persaingan dengan budaya materialism dan dunia pekerjaan. Perubahan respon masyarakat tentunya menjadi variable penting di dalam realitas rendahnya peminat studi agama di PTAI.

Tantangan lainya adalah kualitas layanan pendidikan dan kualitas pendidikannya. Harus diakui bahwa kualitas sarana dan prasarana pengembangan PTAI juga bisa menjadi variable yang menentukan terhadap pelayanan dan kualitas pendidikan di PTAI. Di tengah kehidupan global seperti sekarang, maka meniscayakan bahwa keterlengkapan sarana dan prasarana pendidikan, semisal ICT, klas multi media, ruang yang nyaman, dan lainnya akan menentukan imaje tentang kemajuan program pembelajaran di PTAI. Jika kelengkapan sarana dan prasarananya rendah, maka akan menghasilkan imaje yang kurang memadai bagi PTAI dimaksud.

Di dalam kerangka inilah maka PTAI dituntut untuk terus berbenah di dalam mengarungi dunia kompetisi di PT. jika kita tidak  melakukan perubahan secara terus menerus, maka kita akan bisa terus berada di pinggiran. Agar bisa berada di tengah, maka harus ada percepatan. Dan hal itu tentu sangat tergantung kepada impian pimpinan PT. Pimpinan PT harus memiliki keterpercayaan akademis, kemampuan tata kelola yang baik dan jaringan yang memadai dan ditambah dengan visi perubahan yang sangat mendasar.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini