• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

UMAT ISLAM HARUS MELAWAN TERORISME

 Saya kira tidak ada satupun orang Islam, baik Sunni maupun lainnya yang membenarkan pengeboman terhadap orang yang melakukan shalat Jum’at, sebagaimana yang dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz Dzikra di Komplek Mapolresta Cirebon beberapa waktu yang lalu. Mereka yang membenarkan hanyalah kelompok Salafi Jihadi yang memang menghendaki tindakan tersebut.

Saya beranggapan bahwa tindakan melakukan bom bunuh diri di masjid bukanlah tindakan yang berakal dan berakhlak. Apalagi menamakannya dengan tindakan akhlak al karimah yang berbasis Islam. Sebagai orang yang dididik di kalangan Islam Sunni, saya beranggapan bahwa melakukan tindakan bom bunuh diri, apalagi di masjid dengan melukai jamaah shalat Jum’at adalah tindakan yang tidak bermoral dan bahkan bisa dikategorikan sebagai tindakan menodai dan menistai Islam.

Jika mereka menggunakan konsep jihad sebagai perang ofensif, maka pertanyaannya adalah adakah Indonesia ini pantas disebut sebagai musuh yang memang harus dienyahkan. Adakah orang-orang Islam taat yang melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa, zakat, haji dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya melalui pemberian santunan kepada anak yatim, mendirikan rumah zakat, memberikan infaq dan shadaqah dan sebagainya pantas untuk diperangi dan dinistakan kehidupannya.

Jika sebelumnya dia adalah pengusaha yang sangat peduli dengan pendidikan Islam lalu kemudian menjadi cacat karena tindakan teror, apakah tindakan teror itu bermakna bagi pengembangan Islam. Tentu saja ada sejumlah pertanyaan yang patut direnungkan bahwa mengembangkan Islam tidaklah  dengan melakukan bom atau teror,  akan tetapi juga dengan membangun kebersamaan untuk menciptakan peradaban dunia yang bersubstansi Islam.

Yang dikhawatirkan adalah melakukan tindakan teror melalui bom bunuh diri bukan untuk  menghasilkan citra positif tentang Islam, akan tetapi justru citra negative Islam yang didapatkan. Tindakan  kekerasan yang dilakukan oleh segelintir orang tersebut sungguh-sungguh merusak Islam.  Ibaratnya nila setitik merusak susu sebelanga. Itulah yang dihasilkan oleh kaum teroris yang sering mengobok-obok Indonesia dewasa ini.

Negeri ini betapa agung dan indahnya. Dahulu, negeri ini menjadi contoh tentang bagaimana Islam yang paham keagamaan pemeluknya sangat bervariasi, agama penduduknya juga bervariasi,  akan tetapi mampu membangun kesadaran dan tindakan untuk saling menghargai dan membangun kerukunan. Para pendiri negeri ini juga memiliki kesadaran yang sangat tinggi untuk membangun kebhinekaan dengan semangat yang luar biasa.

Akan tetapi kenapa akhir-akhir ini –terutama pasca reformasi—yang diharapkan menjadi ladang yang bagus untuk menyemai demokratisasi dan keterbukaan justru dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk merusak persatuan dan kesatuan bangsa yang memang berbasis kebhinekaan.

Mengapa setelah muncul berbagai organisasi yang mengusung berbagai ideologi dan berkeinginan untuk membentuk negara dengan corak yang berbeda, maka kemudian banyak terjadi tindakan yang bertentangan dengan Islam moderat yang selama itu menjadi kebanggaan umat Islam Indonesia. Tentu bisa saja orang berasumsi seperti itu. Artinya ketika sejumlah orang mengikuti gerakan salafi Jihadi, maka kemudian banyak terjadi kekerasan aktual yang merusak citra umat Islam Indonesia.

Memang ada juga gerakan Salafi yang tidak terkait dengan gerakan terorisme, sebab ada di antaranya yang mengusung pemurnian Islam secara syar’i,  namun tidak bersearah dengan gerakan membentuk Negara Islam dan bahkan tindakan kekerasan. Akan tetapi yang terus berkecenderungan untuk melakukan gerakan teror  tentu harus diwaspadai dan dilawan.

Umat Islam Indonesia yang semenjak dahulu dikenal sebagai umat Islam moderat tentu harus melakukan perlawanan terhadap gerakan terorisme. Saya  yakin, bahwa masyarakat  mengetahui tentang warga di suatu wilayah yang memiliki kecenderungan beragama berbeda dengan lainnya. Oleh karena itu,  jika terdapat yang demikian, maka bisa dilakukan pengawasan secara mandiri.

Melalui pengawasan secara memadai terhadap gerak-gerik kaum agama radikal ini, maka gerakannya untuk melakukan kekerasan berbasis keagamaan akan bisa diminimalisir. Dan di dalam hal ini maka masyarakat harus membantu aparat keamanan untuk mewaspadainya.

Kita tetap berkeyakinan bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang menjunjung tinggi kerukunan dan perdamaian.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini