• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KETELADANAN DALAM REFORMASI BIROKRASI

Reformasi birokrasi memang bukan untuk didiskusikan atau dihalaqahkan akan tetapi harus dijadikan sebagai gerakan atau diharakahkan. Saya rasa memang benar suatu pernyataan yang menyatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan suatu keniscayaan selama memang ada upaya untuk melakukannya dengan sangat serius.  Tanpa menjadikan reformasi birokrasi sebagai gerakan, maka sangat mungkin usaha tersebut akan mengalami kegagalan.

Tentu ada sejumlah variabel untuk menjadikan reformasi sebagai gerakan. Ada variabel normatif dan ada variabel struktural. Variabel normatifnya adalah penegakan aturan perundang-undangan dan sistem yang menjamin akan keberlangsungan reformasi birokrasi tersebut. Sedangkan variabel strukturalnya adalah kepemimpinan dan lingkungan yang menjamin reformasi birokrasi tersebut berlangsung.

Tulisan ini secara sengaja hanya akan mengambil satu variabel saja untuk dijelaskan, yaitu variabel kepemimpinan yang merupakan keteladanan di dalam pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut. Keberadaan keteladanan kepemimpinan kiranya menjadi faktor menentukan di dalam proses reformasi birokrasi. Makanya,  tanpa keteladanan kepemimpinan tidak akan mungkin reformasi birokrasi akan dapat dicapai.

Kepemimpinan merupakan aspek yang sangat mendasar di dalam sebuah organisasi. Jika dirunut, maka setiap organisasi mesti di dalamnya ada kegiatan manajerial dan di setiap kegiatan manajerial dipastikan terdapat  kepemimpinan dan di setiap kepemimpinan pasti terdapat human relation.

Salah satu inti dari manejemen adalah kepemimpinan, sebab yang menggerakkan roda manajemen adalah pemimpin. Makanya, pemimpin yang baik pasti akan menghasilkan manajemen yang baik dan demikian pula sebaliknya. Jika pemimpinnya jelek maka dapat dipastikan akan menghasilkan manajemen yang jelek.

Untuk reformasi birokrasi, maka yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang memiliki karakter sebagai pemimpin, yaitu kepemimpinan berbasis moralitas kepemimpinan. Di dalam ajaran Islam, maka pemimpin itu harus mengikuti sifat yang dimiliki oleh rasulullah Muhammad saw, yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.

Shiddiq adalah kejujuran, yaitu jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang terkait dengan tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Lalu, amanah atau bisa dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya, sehingga dengan kepercayaan yang dimilikinya tersebut, maka dia akan dapat membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih baik.

Demikian pula seorang pemimpin juga harus memiliki sikap tabligh atau membawa transparansi di dalam organisasinya. Jika seorang pemimpin membangun keterbukaan di dalam organisasinya, maka tentu akan bisa membawa kepercayaan yang lain pada kepemimpinannya. Jika transparansi tersebut dapat dilakukan, tentunya akan membawa kebaikan bagi organisasi yang dipimpinnya.

Dan yang tidak kalah penting adalah fathonah, yaitu seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan yang komprehensif. Tidak hanya cerdas intelektualnya, akan tetapi juga cerdas emosinya, cerdas spiritualnya. Melalui kecerdasan komprehensif tersebut, maka seorang pemimpin akan memiliki keagungan jiwa dan ketegaran batin, sehingga dia akan bisa sukses memimpin organisasinya.

Di dalam hal ini, maka pemimpin yang diharapkan adalah yang bisa menjadi contoh di dalam organisasinya.    Sebagaimana Nabi Muhammad saw, maka Nabi Muhammad saw adalah suri tauladan bagi kehidupan.  Maka yang diharapkan di dalam kehidupan ini adalah didapatkannya seseorang yang bisa menjadi tauladan.

Jika dia seorang pimpinan lembaga negara atau birokrasi, maka yang diharapkan adalah dia bisa menjadi suri teladan di dalam aktivitas birokrasi tersebut. Pemimpin yang benar adalah yang memberi contoh di dalam banyak hal. Misalnya keteladanan di dalam kedisiplinan, kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Jadi, yang diharapkan adalah bagaimana seorang pemimpin bisa menjadi teladan.

Tanpa keteladanan pemimpin, rasanya agak sulit reformasi birokrasi akan dapat dicapai. Jadi agar terjadi keberhasilan reformasi birokrasi yang memadai,  maka diperlukan keteladanan pemimpin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini