KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAN PENDIDIKAN TINGGI
Salah satu aspek yang sangat mendasar sebagai kebutuhan pendidikan tinggi adalah pengembangan kelembagaan. Melalui pengembangan kelembagaan yang sangat memadai maka akses untuk pengembangan akademik dan sebagainya juga akan menjadi sangat signifikan.
Yang saya maksudkan dengan pengembangan akademik tentu saja tidak hanya pengembangan prodi saja akan tetapi yang jauh lebih penting juga menyangkut pengembangan pusat-pusat kajian. Lembaga pendidikan tinggi yang memiliki ekselensi di mata usernya adalah yang memiliki pusat-pusat kajian yang sangat menonjol.
Kehadiran pusat kajian yang menonjol di PT tentu akan membawa pengaruh yang besar terhadap eksistensi peran PT tersebut di masyarakat. Melalui peran pusat-pusat kajian yang sangat menonjol, maka dapat dipastikan bahwa PT juga akan meraup keuntungan baik keuntungan materi atau non materi.
Di antara keuntungan materi yang didapatkan adalah dengan memperoleh dana kompetisi atau hibah dari lembaga lain, baik nasional atau internasional. Funding dari luar negeri tentu tidak akan memberikan kepercayaan yang sangat baik jika lembaga dan personal yang ada di dalamnya tidak dikenal reputasinya.
Selain itu juga akan memperoleh keuntungan yang berupa imaje yang menonjol. Bisa dibayangkan bahwa melalui keberadaan pusat-pusat pengembangan yang diakui oleh dunia internasional, maka akan dapat dipastikan akan mengerek bendera PT setarap lebih tinggi. Kita sudah banyak menyaksikan bagaimana sebuah lembaga PT kemudian menjadi meningkat pamornya karena grant luar negeri yang diterimanya.
Di Indonesia memang belum banyak PT yang mampu untuk mengakses dana kompetisi luar negeri. Jumlahnya masih sangat sedikit. Kita tentu tahu hanya perguruan tinggi setara dengan UI atau UGM, ITB atau IPB yang sudah bisa berkompetisi untuk memperebutkan dana bantuan luar negeri, sebagai akibat kekuatan pusat-pusat studinya.
UI memiliki anggaran 2,3 Trilyun dalam setahun, tentu saja didorong oleh berbagai dana kompetisi atau hibah luar negeri dan dalam negeri yang luar biasa banyak. Jadi bukan semata-mata dari anggaran masyarakat melalui SPP, sumbangan pendidikan atau lainnya. Besaran anggaran pendapatan ini tentu dipicu oleh banyaknya pusat-pusat kajian yang sangat menonjol dan menghasilkan kepercayaan dari donator atau funding.
Di dalam takaran PTAIN, maka UIN Jakarta saya rasa sudah memiliki brand imaje yang sangat baik terkait dengan PPIM. Melalui PPIM maka UIN Jakarta mendapatkan anggaran pendapatan yang memadai. Demikian pula imaje building yang dihasilkannya. Dengan pusat kajian yang sangat menonjol ini, maka dua aspek sekaligus didapatkan.
PTAIN lain saya rasa belum ada yang memiliki kemampuan di dalam mendapatkan dana kompetisi atau hibah yang sangat memadai. Sejauh yang saya tahu, maka PTAIN masih berkutat dengan anggaran yang diperoleh dari anggaran pemerintah melalui skema APBN. Makanya, pengembangan akademik atau kelembagaan juga masih sangat terbatas. Menurut saya bahwa ada hubungan timbal balik antara pengembangan pusat kajian, peningkatan kesejahteraan, penguatan SDM dan imaje yang didapatkannya.
Sekurang-kurangnya ada dua kelemahan yang diidap oleh PTAIN di dalam pengembangan pusat-pusat kajian untuk meningkatkan anggaran dan imaje tersebut. Pertama, para pimpinan pusat kajian belum memiliki akses akademik yang bisa dipercaya oleh funding di dalam menghandel program bantuan atau dana kompetisi. Selama ini banyak funding yang lebih percaya kepada orangnya ketimbang lembaganya. Orang yang ada di belakang lembaga itulah yang dipercaya untuk mengelola program.
Kedua, kelemahan jaringan yang disebabkan oleh rendahnya akses kepada para funding. Agar lembaga atau pusat yang dikelolanya menjadi terkenal, maka seharusnya pimpinan lembaga membangun jaringan untuk menjual produknya. Tanpa kemauan untuk menjual produknya kepada kalangan lain yang memiliki anggaran pengembangan, maka bisa dipastikan tidak akan diperoleh jaringan yang memadai untuk kepentingan lembaga.
Oleh karena itu, agar pengembangan pusat-pusat kajian dapat dilakukan di PTAIN, maka semua komponen harus berusaha secara maksimal untuk membenahi kelemahan tersebut, sehingga ke depan akan didapati eksistensi pusat kajian yang berdaya guna.
Wallahu a’lam bi al shawab.