• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENDIDIKAN DI MATA GURU BESAR

Ada  banyak tema yang diusung di dalam acara Kongres Guru Besar Indonesia di Hotel Peninsula, Menado, 27-29 Januari 2011. Saya bertepatan mengikuti sesion sidang Komisi A yang membicarakan tentang Pendidikan Bermartabat, HAM dan Demokratisasi. Sidang Komisi ini merupakan ajang untuk mendiskusikan tentang pendidikan, HAM dan Demokratisasi terutama dalam kaitannya dengan bagaimana menghadapi modernisasi dan globalisasi.

Pendidikan memang diharapkan dapat dijadikan sebagai instrumen di dalam kerangka untuk menghadapi kehidupan global dan modernisasi. Pendidikan memang tetap dianggap sebagai instrumen untuk menjadikan atau mencetak  manusia Indonesia yang tanggap dan responsif terhadap perubahan sosial yang terus terjadi.

Saya kira semua sependapat bahwa pendidikan memang menjadi instrumen penting di dalam kerangka peningkatan kualitas manusia Indonesia. Tinggi atau rendahnya kualitas manusia Indonesia sesungguhnya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Makanya, peningkatan kualitas pendidikan merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Jika tidak seperti ini, maka dikhawatirkan bahwa kualitas manusia Indonesia juga tidak akan bergerak lebih baik.

Berdasarkan diskusi dan penggambaran para guru besar, bahwa ada dua problem struktural yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia. Problem aturan yang menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, tentang problem kurikulum tentang Pancasila dan Kewarganegaraan dan juga pendidikan karakter bangsa.

Khusus tentang pendidikan karakter bangsa, maka ada problem mendasar tentang konsep dan pelaksanaan pendidikan karakter bangsa tersebut. Seperti diketahui bahwa pendidikan karakter bangsa merupakan gambaran pendidikan yang memiliki  keterkaitan dengan nasionalisme, kebangsaan dan kemasyarakatan.   

Yang perlu diparhatikan adalah tentang bagaimana pendidikan tetap bisa menjadi Instrumen untuk menumbuhkan semangat dan rasa kebangsaan, nasionalisme dan kemasyarakatan. Pendidikan yang tidak mengarah kepada tujuan tersebut, maka pendidikan tersebut akan gagal dalam proyeksi aksiologisnya.

Ada banyak problem yang terkait dengan pendidikan karakter dan tantangannya, misalnya adalah tentang tayangan televisi yang tidak mendidik. Ada banyak tayangan televisi yang tidak mendukung terhadap upaya membangun karakter tersebut, misalnya tayangan kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan terhadap anak-anak dan sebagainya.

Semangat mengembangkan pendidikan karakter tentu saja harus didukung oleh banyak pihak. Keluarga, masyarakat dan pemerintah saja tidak cukup, akan tetapi dunia media juga memiliki peran penting. Jika masyarakat mengembangkan pendidikan karakter, sementara pemerintah dan media tidak mendukung, maka bisa dibayangkan bahwa pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat pun tidak akan berhasil.

Pendidikan memang tanggungjawab semuanya. Tidak bisa hanya dtumpukan kepada pemerintah saja akan tetapi adalah tanggungjawab bersama. Dengan memaknai tanggungjawab pendidikan sebagai milik bersama, maka akan dilakukan share tanggungjawab tersebut. Harus dipahami bahwa tanggung jawab pendidikan tidak bisa dibebankan kepada satu struktur tertentu, misalnya pemerintah.

Kedua problem cultural, bahwa masyarakat kita memiliki kecenderungan semakin permisif. Oleh karena itu, masyarakat juga menjadi semakin permisif di dalam berbagai tindakannya. Di tengah nuansa seperti ini, maka tantangan pendidikan menjadi semakin berat. Makanya, ketika berbicara demokratisasi maka juga bisa dipertanyakan ke mana pendidikan harus diarahkan terkait demokrasi yang permisif tersebut.

Pendidikan semestinya bisa menjawab tantangan demokratisasi yang permisif tersebut. Misalnya melalui upaya untuk mengedepankan pendidikan anti korupsi. Di dalam masyarakat yang permisif maka tindakan koruptif sangat mudah terjadi. Tindakan permisif memiliki korelasi yang sangat kuat dengan tindakan koruptif.

Oleh karena itu, maka pendidikan anti korupsi harus memperoleh dukungan dari semua pihak agar tindakan koruptif yang sudah menggejala akan dapat dikurangi sedemikian rupa. Tanpa mendidik generasi muda dengan betapa jahatnya tindakan koruptif, maka ke depan juga akan dihasilkan generasi yang permisif di dalam berbagai perilakunya.

Makanya, sangat diperlukan keterlibatan semua pihak, terutama para guru besar, untuk mengedepankan solusi tantangan structural dan cultural dunia pendidikan kita, sehingga ke depan akan diperoleh generasi yang lebih baik dari masa sekarang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini