MENJAGA ANSHOR DALAM INDEPENDENSI
Ada peristiwa yang hampir saja lepas dari pengamatan saya, yaitu Kongres XIV Gerakan Pemuda (GP) Anshor di Surabaya. Mengapa saya nyatakan bahwa hampir melupakannya, sebab hingga acara ini digelar belum ada satu tulisanpun yang saya tulis tentang GP Anshor. Tetapi Alhamdulillah bahwa di hari ini saya bisa menyempatkan diri untuk menulis tentang GP Anshor. Tentu saja bukan tulisan yang latah memanfaatkan moment Kongres GP Anshor tersebut.
GP Anshor memang sejak semula merupakan organisasi yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama. Sebagai badan otonom NU, maka GP Anshor merupakan organisasi yang dilahirkan untuk mewadahi para pemuda yang memiliki ideology Islam Ahl Sunnah wa al Jamaah. Memang Islam Ahl Sunnah wal Jamaah diklaim sebagai ciri khas warga NU. Pereduksian makna ini tentu saja bercorak simbolik artinya bahwa ketika orang menyebut Ahl Sunnah wa Al Jamaah, maka diasosiasikan dengan NU.
GP Anshor telah menjelma sebagai organisasi yang kuat akhir-akhir ini. Hal itu tentu dibuktikan dengan perannya sebagai penyangga keinginan berorganisasi di kalangan para pemuda. Setidaknya, GP Anshor telah menjadi medan bagi penggemblengan para pemuda dalam berorganisasi. Dengan mengikuti organisasi ini maka mereka memiliki sejumlah kesempatan untuk menjadi kandidat pengurus NU di masa-masa berikutnya.
Dalam kurun perjalanannya, ternyata GP Anshor telah menjelma sebagai organisasi yang disegani, sebab memiliki keanggotaan sampai di desa-desa dan memiliki pengurus yang memiliki komitmen yang sangat kuat. Sebagaimana kebanyakan penganut organisasi kepemudaan, maka eksponen organisasi ini ternyata memiliki basis ideologis yang sangat kuat.
Disebabkan oleh kenyataan ini, maka massa GP Anshor sangat menarik para politisi untuk terlibat di dalamnya. Selalu dapat dijumpai pada acara kongres GP Anshor, maka pasti menarik banyak politisi untuk terlibat di dalamnya. Organisasi ini kemudian bisa menjadi kendaraan politik bagi para elitnya. Atau juga menjadi kendaraan politik bagi partai politik.
GP Anshor telah menjadi organisasi yang sangat menarik. Ibaratnya, GP Anshor itu adalah pemuda yang tampan dan memiliki kekuasaan yang jelas, maka tentunya banyak para gadis dan orang tua yang meliriknya untuk dijadikan sebagai suaminya atau menantunya. Ibaratnya, GP Anshor adalah sebuah organisasi yang memiliki massa yang riil sehingga dengan realitas tersebut, maka siapapun yang menjadi pemimpinnya, maka akan dapat memperoleh akses yang memadai untuk kepentingan apapun.
Sekarang GP Anshor sedang melaksanakan kongres yang ke 14, dan kita melihat bagaimana para politisi berebut untuk menjadi pemimpin organisasi ini. Misalnya, ada sejumlah politisi yang berebut menjadi ketua umum GP Anshor, yaitu Marwan Ja’far dari PKB, Ketua Fraksi FKB, Nusron Wahid, politisi Golkar, anggota Komisi XI, Khatibul Umam Wiranu, Politisi Partai Demokrat, Syaifullah Tamliha, politisi PPP, anggota Komisi IV DPR dan sekjen GP Anshor, Abdul Malik Haramain. Banyaknya tokoh politik yang ingin menjadi pemimpin GP Anshor tentu menjadi indikator besarnya daya tarik GP Anshor bagi partai politik.
Makanya juga sangat pantas jika kemudian banyak tokoh politik yang terlibat di dalam acara ini. Mereka juga mengerahkan berbagai macam cara dalam rangka untuk memenangkan calon-calonnya. Tak salah jika para petinggi Golkar menyebut Nusron Wahid yang paling berpeluang. Kemudian petinggi PKB juga menyebut Marwan Ja’far sebagai kandidat terkuat, sementara itu petinggi Demokrat menyebut Chatibul Umam Wiranu sebagai kandidat terbaik untuk GP Anshor.
Tentu saja kita tidak bisa untuk membatasi seseorang mencalonkan diri dan eksponen apapun kemudian memberikan dukungan. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana menjaga independensi GP Anshor di dalam kancah kehidupan bangsa.
Akan tetapi jika yang memimpin adalah politisi, maka dapat dipastikan bahwa tarikan politiknya akan menjadi menguat. Di dalam hal seperti ini, maka tentu tergantung kepada para peserta kongres untuk menentukan siapa yang paling cocok memimpin GP Anshor.
Jadi rasanya memang para elit GP Anshor harus tetap menjaga independensi GP Anshor dalam kancah dinamika pembangunan bangsa yang memang diperlukan di masa sekaang dan akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.