AGAMA PADA TAHUN 2011
Kita mungkin bisa sedikit lega sebab dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, ternyata relasi antar umat beragama di Indonesia dewasa ini jauh lebih baik. Memang jika dibandingkan dengan paroh pertama tahun 2000-an, maka hubungan antar umat beragama memang jauh lebih kondusif. Hal itu terjadi semata-mata karena semakin dewasanya umat beragama dalam menghadapi kenyataan kehidupan yang plural dan multikultural.
Memang di sana-sini masih terjadi kekerasan atas nama agama, misalnya kasus pengusiran dan perusakan terhadap sekelompok masyarakat yang menganut faham keagamaan Ahmadiyah, kemudian juga kekerasan terhadap Jemaat HKBP di Jakarta, kekerasan terhadap kaum Syiah dan beberapa kasus lain terkait dengan perusakan gereja, bahkan masjid dan sebagainya.
Tentu saja ini menandakan bahwa kekerasan agama masih potensial di kalangan masyarakat Indonesia. Kekerasan demi kekerasan ini sesungguhnya dipicu oleh tindakan-tindakan sekelompok orang yang menganggap bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan cara-cara yang dianggapnya benar sendiri. Memang di setiap agama terdapat keyakinan bahwa hanya agamanya sendiri yang benar dan yang lain semuanya salah. Doktrin teologis ini yang biasanya menjadi penyebab bagi terjadinya kekerasan terhadap lainnya.
Semangat keagamaan yang muncul di tahun 2010 memang luar biasa. Ada sejumlah masyarakat yang bersemangat keagamaan sangat tinggi dan bercorak eksklusif, sehingga hanya kelompoknya saja yang dianggapnya sebagai pewaris sah tafsir keagamaan, sementara yang lain dianggapnya sebagai melenceng dan perlu diluruskan. Kelompok fundamental selalu beranggapan bahwa Islam hanya bisa ditegakkan melalui cara-cara yang dianggapnya benar sendiri. Bagi mereka bahwa sebuah masyarakat yang tidak mengamalkan syariah di dalam tafsiran mereka, maka dianggapnya tidak benar dan haruslah dibetulkan bahkan dengan cara kekerasan sekalipun.
Semangat keberagamaan ini terkadang juga menimbulkan antipati yang besar. Seiring dengan penggunaan kekerasan di dalam proyek keagamaannya, maka kelompok ini sering dianggap menggunakan agama untuk tujuan kekerasan. Jihad yang dimaknai sebagai perang ofensif tentu saja akan membuat kelompok lain merasakan sebagai kekerasan yang luar biasa, bahkan dianggapnya sebagai extra ordinary crimes.
Kita tentu saja masih merasakan bagaimana terdapat sekelompok orang yang mengatasnamakan agama untuk merusak gereja atau tempat ibadah lainnya. Di sekitar hari Natal, maka ada orang yang merusak gereja dengan bom meskipun berdaya ledak rendah. Hal ini tentu menandakan bahwa masih ada sekelompok orang yang menginginkan terjadinya kerusakan dalam relasi antar umat beragama di Indonesia.
Selain itu tantangan lainnya adalah lokalisasi agama. Didalam banyak kesempatan saya ungkapkan bahwa tantangan kaum beragama adalah dengan semakin banyaknya orang yang mengatasnamakan agama tertentu sebagai produk konstruksinya. Munculnya aliran-aliran keagamaan yang terjadi akhir-akhir ini merupakan contoh semakin meningkatkan agama rakyat atau popular religion yang cenderung menyimpang. Mungkin saja terjadi ketidakpuasan terhadap agama-agama formal atau institutionalized religion yang cenderung mengembangkan formalisme agama. Akan tetapi juga bisa terjadi dari keinginan sekelompok orang tersebut untuk mengekspresikan ritual religiusnya dan sebagainya.
Mengamati terhadap keberagamaan masyarakat Indonesia pada tahun 2010, maka kiranya ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahun 2011, yaitu: pertama, masih adanya kecenderungan sebagian masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa kekerasan agama adalah bagian dari jihad fi sabilillah, sehingga mereka juga menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujuannya tersebut.
Kedua, masih ada sebagian masyarakat kecil Indonesia yang mencita-citakan berdirinya Negara Islam atau daulah Islamiyah sebab hanya dengan negara dalam coraknya seperti ini maka penerapan syariah secara kaffah akan dapat dilaksanakan. Meskipun jumlahnya kecil akan tetapi mereka memiliki komitmen ideologis yang sangat tinggi, sehingga gerakannya menjadi sangat berkualitas.
Ketiga, masih adanya kecenderungan untuk mendirikan aliran-aliran keagamaan yang berbasis lokal atau agama lokal. Meskipun aliran ini jelas diketahui sebagai aliran yang tidak jelas, akan tetapi ternyata juga memiliki pengikut yang setia. Mereka juga rela melakukan hal-hal yang bahkan menurut logika awampun dianggap bertentangan. Misalnya menjual surga.
Dengan demikian, tantangan umat beragama di Indonesia pada tahun 2011 tentu juga bukan sesuatu yang ringan, makanya komitmen untuk bekerjasama di dalam membangun kehidupan beragama yang ramah dan memberikan kedamaian bagi semuanya tentu masih harus digerakkan secara lebih kuat.
Wallahu a’lam bial shawab.