• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SELAMAT TAHUN BARU 2011

Apakah ada yang baru pada tahun baru 2011? Saya rasa tidak.  Masih  seperti yang kemarin-kemarin. Ada banyak hal yang rasanya juga akan tetap sama. Jika ada perubahan ya hanya banyaknya orang yang merayakan tahun baru dengan cara dan gayanya masing-masing. Orang kota ke tempat rekreasi di luar kota dan anak-anak muda ngebut di jalan-jalan sambil membunyikan terompet. Mereka juga berkumpul di tempat-tempat hiburan yang memang disediakan untuk menghibur bagi mereka yang membutuhkan.

Tahun Baru Masehi memang sering menjadi ajang untuk melampiaskan segala sesuatu yang dirasakan menghimpit. Bisa dijadikan sebagai sublimasi berbagai keruwetan dan kejenuhan menghadapi tekanan kehidupan yang semakin keras. Anak-anak muda yang biasanya terkekang oleh aturan lalu lintas, maka diungkapkannya pada saat perayaan tahun baru. Orang kota yang biasanya kerja keras sepanjang hari juga merayakannya bersama keluarga di tempat rekreasi diluar kota.

Ada semacam tradisi yang dilestarikan untuk merayakan tahun baru Masehi dengan hura-hura. Misalnya bersepeda motor dengan cara gasnya ditarik-tarik keras sehingga mengeluarkan efek suara yang gaduh, meniup terompet bersama-sama, membakar mercon saat pergantian tahun baru dan juga pesta kembang api yang ingar bingar. Kita sungguh tidak tahu tradisi ini dari mana. Sebab di dalam tradisi Jawa, maka pergantian tahun baru justru dirayakan dengan acara  mendekatkan diri kepada Tuhan melalui berbagai ritual yang dianggap penting.

Di dalam Islam, tradisi merayakan tahun baru memang tidak ada. Jika ada maka justru tahun baru tersebut  dianggap sebagai awal tahun muhasabah atau awal tahun untuk introspeksi diri tentang apa yang telah dilakukan tahun sebelumnya dan bagaimana tahun depan. Ada sebuah teks yang menyatakan bahwa hendaknya yang kita lakukan tahun ini lebih baik dari tahun kemarin dan seterusnya.

Islam tidak mengajarkan secara spesifik bagaimana menghadapi tahun baru. Islam hanya mengajarkan bahwa hendaknya menghadapi tahun baru harus membuka lembaran baru, lebih baik dari tahun kemarin. Di sini mengandung makna bahwa harus ada upaya perbaikan kehidupan yang dilakukan oleh kita semua pada tahun yang akan datang. Dan menghasilkan produk yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Saya kemarin, 31/12/2010,  diundang oleh TVRI Surabaya untuk acara dialog dengan tema “Menghadapi Perayaan Tahun baru 2011.”  Acara ini merupakan selingan acara Berita Sore yang diselenggarakan oleh TVRI Stasiun Surabaya. Acara ini dipandu oleh Adrian Perkasa, mahasiswa Universitas Airlangga yang sekaligus bekerja di TVRI.

Sebagai acara taushiyah, begitulah kira-kira, maka yang saya sampaikan adalah bagaimana seharusnya perilaku kita menghadapi perayaan tahun baru. Di sessi acara yang sangat terbatas waktunya tersebut, maka saya ungkapkan bahwa ke depan kita mesti harus lebih baik dari capaian kita di tahun 2010. Harus ada perbaikan kualitas di dalam segala seginya pada tahun 2011.

Jika kita menggunakan tolok ukur Jawa Timur tahun 2010, maka kita merasa bersyukur sebab pada tahun 2010 ada banyak capaian yang bisa dijadikan sebagai pangkal berpijak pada tahun 2011. Misalnya tingkat kerukunan umat beragama di Jawa Timur yang sangat baik dan kiranya bisa menjadi contoh daerah lain. Selama  tahun 2010, hampir tidak dijumpai kekerasan agama. Ada kedamaian dan kenyamanan dalam beragama di Jawa Timur.

Kemudian juga capaian pengentasan kemiskinan yang menyumbang 30 persen pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dan yang juga membanggakan bahwa economic growth Jawa Timur menjadi yang tinggi di Indonesia dengan pertumbuhan sebesar 6,7 persen di atas rata-rata nasional 5,9 persen. Semua capaian ini yang harus ditingkatkan pada  tahun 2011.

Namun demikian, masih ada pekerjaan rumah yang harus tetap menjadi garapan kita, yaitu kekerasan politik dan reformasi birokrasi. Di Jawa Timur akan terdapat beberapa pilihan bupati (pilbub). Maka yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana mengawal pilbub tersebut agar tidak menjadi anarkhis. Jangan sampai terulang kekerasan politik sebagaimana terjadi pada tahun sebelumnya. Dalam hal reformasi birokrasi, maka masih ada pelayanan public yang belum maksimal, maka rasanya menjadi penting juga untuk menilai ulang terhadap reformasi birokrasi tersebut.

Merayakan tahun baru, semestinya memang tidak dilakukan hanya dengan hura-hura, terutama tahun ini. Bukankah negeri ini masih dilanda duka. Masyarakat di sekitar Gunung Bromo masih menderita akibat erupsi Gunung Bromo. Masyarakat Yogyakarta masih merasakan dampak meletusnya Gunung Merapi. Masyarakat Mentawai masih menderita akibat gelombang tsunami. Demikian pula masyarakat Wasior juga masih meraskan dampak banjir bandang.

Itulah sebabnya perayaan tahun baru ini harus dirayakan dengan sedikit memberi “Ruang Keprihatinan”.  Makanya, jangan hanya berhura-hura di tahun baru ini, akan tetapi yang juga penting adalah membangun hubungan vertical atau membangun hablum minallah. Bolehlah sebagai perwujudan membangun hubungan dengan sesama manusia,  maka kita merayakan tahun baru dengan kebersamaan, akan tetapi jangan lupa berdoa untuk memohon kepada Allah agar perjalanan tahun 2011 justru menjadi tahun yang membahagiakan bagi masyarakat Indonesia.

Boleh kita bersenang-senang tetapi jangan berlebihan dan boleh juga kita bersedih tetapi juga jangan berlebihan. Yang sedang-sedang saja. Sebab yang dibutuhkan kita semua di dalam menghadapi tahun baru justru hal-hal yang positif yang memang diperlukan oleh bangsa Indonesia yang sedang membangun. Yang dibutuhkan bangsa Indonesia, yaitu lima K:  membangun Ketakwaan, membangun Keikhlasan, membangun Kerja keras, membangun Kebersamaan dan membangun Komitmen.

Lima hal ini saya kira menjadi kata kunci untuk menghadapi tahun 2011. Tanpa kerja keras, kebersamaan dan komitmen saya yakin tidak akan terjadi perubahan akseleratif yang diinginkan. Akan tetapi dengan tiga hal itu saja,  saya kira juga kurang sebab ada dimensi ketaqwaan dan keikhlasan berbuat yag juga dibutuhkan di era membangun bangsa ini. Ada dimensi horizontal yang terus dikembangkan dan juga dimensi vertical yang tetap diperlukan.

Semoga tahun baru memberikan harapan baru untuk kemajuan bangsa. Selamat tahun baru 2011.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini