• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TIMNAS YES PSSI NO

Menarik sekali karikatur Jawa Pos, 29/12/2010 tentang Timnas yes, PSSI No. Karikatur ini muncul seirama dengan kemenangan Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di dalam Piala AFF 2010. Karikatur ini adalah catatan nakal media tentang fenomena yang dirasakannya sebagai hal menarik dan memiliki nilai pemberitaan.

Seperti diketahui bahwa Timnas Indonesia memang memenangkan pertarungan hidup mati melawan Timnas Malaysia di dalam babak final laga kedua di Gelora Senayan. Meskipun menang dengan skor 2-1, akan tetapi tidak menolong Timnas Indonesia untuk memenangi  sebagai juara Piala AFF 2010, karena kalah agregat gol, 4-2. Indonesia dikalahkan Malaysia di Stadion Bukit Jalil Malaysia dengan skore 3-0.

Timnas Indonesia, sesungguhnya adalah tim yang hebat, sebab selama babak penyisihan hingga babak semi final, maka Timnas bisa menyapu bersih kemenangan. Tim yang sangat kuat, seperti  Thailand dan Filipina bisa dikalahkan. Hanya saja menjadi terseok-seok di dalam laga  pertama final Piala AFF 2010 ketika dipecundangi oleh Timnas Malaysia.

Bagi orang yang berpikir pesimistik, maka dianggaplah bahwa kemenangan di dalam laga kemarin adalah kemenangan yang sia-sia. Akan tetapi bagi orang yang optimistik, maka kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh Timnas Indonesia adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan sebuah impian bahwa Indonesia memiliki sebuah Timnas Sepak Bola yang tangguh, sebagaimana di masa lalu pernah merepotkan Uni Soviet dalam laga Piala Dunia yang dimotori oleh Ramang, Jamiat Dalhar dkk.

Lalu ada apa dengan PSSI, sehingga harus muncul karikatur seperti itu. Yang jelas bahwa PSSI hingga hari ini masih dikuasai oleh Nurdin Khalid, seorang pengusaha yang sukses, akan tetapi selama kepemimpinannya di PSSI memang belumlah menorehkan prestasi yang membanggakan. Akan tetapi yang bersangkutan bisa terus memimpin birokrasi PSSI dengan penguasaan yang sangat powerfull.

Jika lembaga-lembaga lain bisa disentuh oleh reformasi, maka PSSI adalah lembaga yang hingga hari ini belum bisa melakukan reformasi tersebut. Yaitu melakukan mekanisme penggantian kepemimpinan dan juga aktivitas dan dinamika organisasi yang sangat radikal. Yang saya maksud adalah bagaimana lembaga ini melakukan dinamika internal yang terkait dengan kepengurusan dan program yang outstanding untuk memajukan olahraga sepak bola.

PSSI adalah lembaga olahraga yang memiliki pengaruh sangat besar dalam memajukan persepakbolaan nasional. Sebab sebagai induk organisasi yang mengarahkan, mengatur dan mengembangkan persepakbolaan nasional, maka organisasi ini haruslah menjadi barometer bagi pengembangan sepak bola nasional. Akan tetapi bahwa keberadaan organisasi ini ternyata memasuki “kawasan” yang lebih politis dan ekonomis. Artinya, sebagai wadah yang dianggap sebagai korporatisme Negara, maka PSSI lebih banyak mengurus persoalan tersebut.

Perkembangan sepak bola Indonesia juga sepertinya jalan di tempat. Lebih banyak konflik di dalam dinamika sepak bola tersebut. Akhir-akhir ini kita melihat bagaimana ruwetnya pengaturan liga sepak bola Indonesia. Ada banyak konflik kepentingan yang tidak mampu diselesaikan. Dualisme liga juga menjadikan akibat “siapa mengikuti siapa,” atau “siapa mengakui siapa.” Dan keadaan ini tentu saja akan berakibat terhadap dinamika sepak bola Indonesia yang kurang terurus.

Di dalam urusan seperti ini, saya rasa tidak harus melibatkan Presiden untuk mengaturnya. Ada Menteri dan jajarannya yang bisa menyelesaikan masalah. Presiden jangan selalu diminta untuk mengurus hal-hal yang parsial. Sudah sangat banyak urusannya.

Maka, seharusnya semua yang terlibat di dalam organisasi sepak bola inilah yang  menyelesaikannya. Dan tentu saja semua itu tergantung kepada hati nurani semua komponen pengurus organisasi ini untuk melakukan reformasi internal.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini