• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MELIHAT NASIONALISME INDONESIA

Seperti  ketika digelar acara World Cup di Afrika Selatan, maka kali ini saya menyempatkan diri untuk nonton bareng (nobar) dengan staf dan mahasiswa IAIN Sunan Ampel. Acara nobar ini ternyata tidak kalah serunya dengan menonton pertandingan di lapangan bola. Para mahasiswa ternyata memanfaatkan nobar ini dengan semangat mendukung tim Merah Putih. Mereka sangat antusias untuk mendukung tim kesayangannya.

Begitu semangatnya,  maka mereka juga membawa atribut Merah Putih, membawa bendera Merah Putih dan juga alat-alat dukungan seperti terompet, kendang dari gallon air mineral dan sebagainya. Mereka mendukung timnas dengan semangat yang luar biasa. Teriakan penonton pun membahana sebagaimana teriakan-teriakan di lapangan bola. Yel-yel Indonesia, Indonesia, Indonesia pun menggema ketika para pemain Indonesia menggiring bola mendekati gawang lawan. Sungguh  saya melihat bagaimana Indonesia direpresentasikan di acara nobar tersebut.

Tim Indonesia memang tidak bisa meraih piala tertinggi AFF 2010 karena kalah agregat gol dengan tim Malaysia. Sebagaimana analisis bola, bahwa peluang tim Indonesia memang sangat berat untuk menjuarai piala AFF 2010. Kekalahan 3-0 di Stadion Bukit Jalil Malaysia tentu menjadi salah satu kendala paling berat bagi Tim Indonesia untuk menjuarai piala AFF tersebut.

Dalam pertandingan home ini, semua tentu tahu bahwa Indonesia mendominasi jalannya pertandingan, bahkan kira-kira penguasaan bola adalah 70-30 persen, akan tetapi tim Indonesia justru kecolongan gol oleh pemain Malaysia, Safee, pada paroh pertama babak kedua. Serangan yang terus bergelombang ternyata tidak menghasilkan gol bagi Tim Indonesia, bahkan kemasukan terlebih dahulu lewat serangan balik cepat yang digalang oleh Tim Malaysia.

Saya semula menduga bahwa Tim Indonesia akan menjadi habis semangatnya. Bisa dinyatakan bahwa tim ini memang tidak beruntung. Dijauhi Dewi Fortuna, Dewi Keberuntungan. Bisa dibayangkan bahwa tendangan penalty, sering dianggap sebagai 99 persen menjadi gol. Akan tetapi tendangan penalty di babak pertama oleh Firman Utina ternyata gagal. Tendangannya terlalu lemah dan dapat dibaca oleh kiper Malaysia. Tendangan kaki kanan Firman dapat ditangkap  oleh kiper nomor satu Malaysia tersebut.

Serangan-demi serangan itupun akhirnya menghasilkan gol di paroh kedua babak kedua. Indonesia bisa memasukkan dua gol ke gawang Malaysia. Akan tetapi karena pada leg pertama kalah dengan angka yang mencolok, maka sesuai dengan aturan,  Malaysialah yang meraih piala AFF tahun 2010. Di dalam leg kedua ini memang Indonesia sangat mendominasi permainan, akan tetapi nasibnya yang memang berbicara yang lain.

Mungkin kita tidak boleh meratapi ketidakmampuan kita untuk menjuarai Piala AFF 2010. Tetapi secara umum tentu kita tetap merasa bangga bahwa ada masa depan sepakbola Indonesia. Masa depan sepakbola itulah yang barangkali menjadikan kita tetap memiliki kebanggaan terhadap tim Merah Putih Indonesia. Garuda di dadaku tentu akan tetap menyala sepanjang waktu.

Namun demikian, sungguh-sungguh ada hal yang sangat menarik dari laga sepakbola ini. Jika kemarin kita merasakan bahwa para penonton akan bertindak anarkhis karena tindakan supporter Malaysia yang melempar bahan peledak ke tengah lapangan, menyorot pemain dengan sinar laser dan sebagainya, akan tetapi ternyata penonton Indonesia yang sering disebut bonek tersebut ternyata jauh dari kenekadan dan kebonekan.

Stadion yang merah menyala dengan kaos dukungan. Di dalam pertandingan, ternyata  penonton sangat   tertib di dalam memberikan dukungan.  Semangat  mendukung tim Indonesia yang gegap gempita namun tertib ternyata menjadi bukti bagi dunia persepakbolaan Internasional bahwa Indonesia kondusif untuk pertandingan sepak bola.

Ada atmosfir luar biasa dari dukungan kepada tim nasional tersebut. Apapun hasilnya, saya berkesimpulan bahwa inilah representasi Indonesia. Semangat kebangsaan yang seringkali dipertanyakan ternyata hadir di lapangan bola dan juga tempat nonton bareng.

Mereka teriakkan kebangsaan Indonesia. Mereka lambaikan bendera pusaka. Mereka lantunkan yel-yel tentang Indonesia. Mereka bentangkan spanduk kecintaan terhadap Indonesia. Semuanya menggambarkan kecintaan masyarakat kita tentang Indonesia kita.

Sungguh hari ini saya melihat bagaimana Indonesia itu ditampilkan dalam persepakbolaan. Kita memang tidak menjadi juara Piala AFF. Tetapi kita memenangkan diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Bravo sepak bola Indonesia.

Wallahu a;lam bi al shawab.

Categories: Opini