• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PEMIHAKAN TERHADAP PENDIDIKAN KEAGAMAAN

Kemarin, 23 Desember 2010, di Aula Islamic Center dilakukan kegiatan kuliah Perdana bagi Mahasiswa Madrasah Diniyah angkatan tahun 2010/2011. Hadir di dalam acara ini seluruh pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS), Gubernur Jawa Timur, Wakil Gubernur Jawa Timur, Aisisten Gubernur Bidang Sosial Budaya, para Kepala Biro, Dinas Pendidikan Jawa Timur,  Kabid Pondok Pesantren Kemenag Jawa Timur dan juga seluruh mahasiswa Madrasah Diniyah (Madin).

Saya diminta untuk memberikan kuliah perdana, selain Pak Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang juga memberikan sambutan dan pengarahannya. Seperti biasa bahwa saya harus memberikan kuliah perdana dengan tujuan untuk memberikan bekal belajar bagi mahasiswa baru program madin tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa program madin merupakan program pendidikan khusus yang menjadi andalan Gubernur Jawa Timur melalui paket APBD untuk Rakyat.

Program ini dimulai pada tahun 2005 dan terus berlangsung sampai sekarang. Pada tahun ini terdapat sebanyak 1030 mahasiswa baru program madin se Jawa Timur yang secara keseluruhan dibiayai oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur. Menurut Gubernur Jawa Timur bahwa untuk program Madin maka seluruh komponen biaya sudah ditanggung oleh pemerintah.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur memang menganggarkan pembiayaan pendidikan yang cukup memadai. Di antaranya adalah pembiayaan bagi mahasiswa program madin dan siswa madin. Diperkirakan hingga tahun 2014, maka akan terdapat sebanyak 10.000 guru Madin yang sudah bisa memperoleh penyetaraan strata satu.

Begitu konsernnya terhadap pendidikan bagi siswa  madrasah diniyah,  maka pada tahun 2010 dianggarkan sebanyak 280 milyar rupiah lebih. Dana ini digunakan untuk pembiayaan beasiswa bagi para guru, dan santri madin mulai dari ula, mustho dan ulya. Hanya saja, anggaran ini hanya terserap kira-kira 200 milyar rupiah.

Besarnya perhatian pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap pendidikan keagamaan ini menyebabkan ketertarikan DPR RI, Komisi VIII dan X untuk berkunjung untuk mempelajari model baru pendidikan khusus madrasah diniyah ini. Sesuai dengan catatan DPR RI, maka program pemberdayaan guru madrasah diniyah ini akan dapat dijadikan sebagai program nasional. Bahkan sesuai dengan rencana, maka program ini akan dibuatkan kelompok kerja (pokja) khusus di DPR RI.

Perhatian terhadap pendidikan keagamaan memang perlu ditingkatkan. Menurut Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo, bahwa pemisahan antara pendidikan agama dan umum memang diciptakan oleh pemerintah Belanda sebagai bagian dari politik divide et impera. Politik belah bambu yang sangat terkenal sebagai strategi memecah belah kekuatan bangsa Indonesia, khususnya melalui program terstruktur pendidikan.

Sebagai akibat terhadap kebijakan ini, maka mereka yang berasal dari program pendidikan umum akan menjadi ambtenaar,  sedangkan mereka yang dari program pendidikan agama akan menjadi ustadz atau ustadzah. Pendidikan yang seharusnya merupakan pendidikan yang holistic, maka menjadi parsial dan terpisah-pisah. Hingga kini kebijakan pendidikan masih menggunakan model pemisahan pendidikan agama dan umum tersebut.

Namun demikian, di Jawa Timur dimulailah suatu era baru pendidikan yang memihak kepada semua pihak. Artinya, jika selama ini terdapat peminggiran atau sekurang-kurangnya ketiadaan perhatian terhadap pendidikan diniyah, maka mulai tahun 2005 dilakukanlah pemihakan tersebut. Yaitu dengan cara memberikan percepatan terhadap penyetaraan guru-guru madrasah diniyah agar memiliki kesetaraan dengan guru lainnya.

Sesungguhnya dari sisi pengetahuan atau bahan ajar, maka tidaklah diragukan kemampuan guru madrasah diniyah tersebut. Kebanyakan mereka berasal dari pesantren dengan tingkat pemahaman keagamaan yang sangat memadai. Hanya saja dari sisi metodologis, mereka memang memerlukan sentuhan baru. Dari problem ini maka satu-satunya jalan adalah dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengambil program studi setara Strata satu.

Dengan demikian, mereka akan dapat menjadi guru yang professional, sebab mereka memiliki seperangkat pengetahuan yang memadai sebagai guru madrasah diniyah, kemudian juga memiliki seperangkat metodologi pengajaran yang mutaakhir dan juga seperangkat keahlian untuk mengajar dan mendidik mitra didiknya agar menjadi orang terbaik.

Jadi, program ini akan memiliki keunggulan khusus sebab akan menghasilkan lulusan yang memahami ilmu agama dan sekaligus juga ilmu kependidikan yang standart sesuai dengan kompetensi pendidik yang harus dimilikinya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini