OPTIMISME BERUBAH DENGAN SEMANGAT BISA
Saya memperoleh kesempatan untuk mendengarkan secara langsung pidato Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono” dalam acara kuliah umum yang diselenggarakan di Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 14/12/2010. Kuliah Umum oleh Presiden RI ini untuk menandai Ulang Tahun Emas ITS yang ke 50. Acara ini dihadiri oleh sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu ke II, sejumlah Rektor, Gubernur dan Wakil Gubernur, Pengusaha, Dosen dan mahasiswa ITS.
Menurut saya, satu hal yang menonjol di dalam pidato Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono adalah “semangat bisa”. Semangat positif yang saya rasa memang harus dimiliki oleh setiap pemimpin di dalam mewujudkan keinginan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsanya.
Membangun bangsa yang besar seperti bangsa Indonesia memang berbeda dengan membangun bangsa dengan jumlah penduduk sedikit tetapi kaya sumber dan potensi alam. Indonesia adalah Negara dengan sumber dan potensi alam luar biasa dengan jumlah penduduk yang juga luar biasa.
Jumlah penduduk yang besar memang bisa menjadi masalah jika tidak diurus dengan benar. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar juga bisa menjadi potensi yang sangat baik jika dimanej dengan sesungguhnya. Jumlah penduduk yang besar adalah potensi ekonomi yang sangat besar. Coba jika dihitung berapa kebutuhan mereka untuk memenuhi hajat kehidupannya, mulai dari bahan pokok sampai yang sekunder dan kebutuhan yang kemewahan. Mereka merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan.
Oleh karena itu, presiden menyatakan bahwa sebagai bangsa dengan jumlah populasi yang besar, maka bisa menjadi pasar yang sangat besar bagi produk yang dihasilkan oleh bangsa sendiri. Di dalam kebijakan strategis pembangunan nasional, maka perdagangan antar daerah harus dipacu sedemikian kuat sehingga tidak hanya mengandalkan perdagangan luar negeri.
Di dalam menterjemahkan pikiran Presiden RI ini, maka ada satu hal yang bisa disimak dari program pemerintah Provinsi Jawa Timur. Peluang tersebut dibaca oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur di dalam kerangka untuk meningkatkan pendapatan daerah dan sekaligus juga untuk meningkatkan income masyarakat melalui pembentukan kesepakatan perdagangan antar daerah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah membangun jaringan perdagangan dengan beberapa provinsi lain di Indonesia untuk melayani kebutuhan antar daerah.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur begitu konsern terhadap pengembangan pusat perdagangan yang bisa menjadi ikon pengembangan ekonomi dengan berbasis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dibentuknya pusat perdagangan Puspa Agro di Jawa Timur, hakikatnya adalah untuk memberikan perlindungan kepada para petani agar tidak menjadi pihak yang dirugikan.
Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo, selalu menyatakan bahwa harga tomat di batu hanya Rp. 1000,oo perkilogram. Kemudian di tangan pedagang di pasar Keputran bisa menjadi Rp.3000,00 perkilogram dan di supermarket bisa menjadi Rp. 6000,00 perkilogram. Padahal petanilah yang seharusnya diuntungkan di dalam sistem perdagangan ini bukan hanya para pengepul dan pedagang swalayan.
Di dalam skala mikro, misalnya Kabupaten Bojonegoro, maka ada program pengembangan infrastruktur berbasis pada potensi lokal, yaitu pavingisasi jalan antar desa. Program yang digeber tahun 2010 sebagai program prioritas ini, ternyata menghasilkan dampak ikutan yang sangat baik. Secara fisik, program ini cocok dengan daerah Bojonegoro yang tanahnya bergerak atau jika kemarau menjadi pecah-pecah. Sehingga pembangunan jalan dengan menggunakan aspal seringkali bermasalah pada saat kemarau, sehingga rentan kerusakan. Maka dengan gerakan pembangunan jalan yang menggunakan paving, maka akan bisa mengurangi resiko kerusakan jalan tersebut di musim kemarau.
Paving tersebut diproduk oleh masyarakat Bojonegoro sendiri dengan karyawan dari masyarakat sekitarnya. Dengan pola pembangunan berbasis pada potensi local ini, maka akan didapatkan keuntungan ganda, yaitu pengembangan wilayah berbasis pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Menurut penuturan Bupati Bojonegoro, Suyoto, maka melalui program pavingisasi jalan ini, maka didapatkan keuntungan ganda, yaitu di satu sisi memberikan akses jalan yang baik bagi masyarakat dan akan berdampak pada kelancaran transportasi dan pengembangan ekonomi dan di sisi lain juga akan memberikan akses bagi masyarakat untuk bekerja dan berpenghasilan lebih baik.
Semangat inovatif dan kreatif inilah yang kiranya memang dibutuhkan di dalam membangun bangsa ini. Di dalam skala nasional, maka yang dibutuhkan adalah semangat optimisme yang sangat kuat kemudian di level regional dan local juga dibutuhkan semangat kreatif dan inovatif yang berbasis pada kebutuhan pengembangan masyarakat.
Dengan demikian, di tengah pembangunan bangsa ini yang sesungguhnya dibutuhkan adalah adanya semangat “bisa” dan kemudian diikuti dengan semangat social engineering untuk menjadi pemicu perubahan.
Perubahan pada level apapun tidak akan datang dengan sendirinya tanpa diusahakan oleh para agen yang memiliki kesadaran bersama untuk melakukan perubahan.
Wallahu a’lam bi al shawab.