ISLAM NUSANTARA DALAM KONGRES KEBUDAYAAN JAWA TIMUR
Menurut saya ada satu hal yang perlu dicermati di dalam kerangka membicarakan kebudayaan Indonesia, yaitu diskusi tentang Islam Nusantara. Jika kita berbicara tentang lokalitas dan universalitas atau tradisi besar dan tradisi kecil dalam kaitannya dengan kebudayaan, maka yang tidak boleh dilupakan ialah membahas tentang Islam Nusantara. Yaitu Islam dalam kawasan Nusantara yang sesungguhnya bisa menjadi satu wilayah kebudayaan yang berdiri sendiri.
Di dalam perbincangan tentang Budaya Lokal di tengah perubahan global, maka yang juga menarik untuk diperbincangan adalah tentang Islam Nusantara. Diskusi tentang Islam Nusantara memang pernah dijadikan sebagai tema di dalam Annual Conference of Islamic Studies di Banjarmasin beberapa saat yang lalu, tepat 1-4 Nopember 2010. Dan di antara yang menjadi rekomendasinya adalah tentang pentingnya mengembangkan kajian Islam Nusantara sebagai kajian tentang Islam.
Di dalam salah satu sessi perbicangan tentang hasil-hasil penelitian mengenai Islam Nusantara tersebut, maka munculah Islam Banjar, Islam Lombok, Islam Aceh dan sebagainya. Kajian-kajian ini menandakan bahwa ada pergseran di dalam pengkajian Islam yang semula didominasi oleh Islam dalam tradisi besar atau Islam Timur Tengah ke dalam Islam dalam tradisi kecil, Islam Nusantara.
Islam tradisi besar selalu dikaitkan dengan Islam Timur Tengah yang merupakan sumber spiritual Islam yang semenjak lama menjadi mainstream kajian-kajian Islam di dunia. Akan tetapi arah ini mulai bergeser di era akhir Orde Baru, sehingga kajian-kajian yang terkait dengan Islam Nusantara lalu menjadi mengedepan. Ada banyak kajian yang membahas tentang Islam dalam konteks lokalitas dan ternyata juga sangat menarik.
Di banding dengan Islam di wilayah lain, seperti Islam Anak Benua India, Islam Afrika Utara, Islam Melayu dan sebagainya, maka Islam Nusantara termasuk genre baru dalam kajian keislaman. Yang telah menjadi arus utama adalah Islam Melayu, yang meliputi Islam Indonesia, Malaysia dan sebagian Thailand. Islam Melayu telah memperoleh tempat yang sangat memadai terkait dengan berbagai kajian yang mendepankan tentang Islam di masa lalu, baik dari sisi historis maupun sosiologis-antropologis.
Sebaliknya Islam Nusantara barulah menjadi tema perbincangan di masa akihir-akhir ini seirama dengan semakin banyaknya diskusi tentang perlunya membangun konsepsi baru tentang Islam Nusantara tersebut.
Sebagai sebuah konsepsi baru tentang Islam dalam wilayah Nusantara, maka tentunya masih membutuhkan berbagai kajian dan diskusi. Islam Melayu telah banyak menjadi perhatian para akademisi Malaysia, sehingga misalnya Prof. Dr. Baharuddin dari ISTAC juga memiliki rencana untuk membuat sebuah ensiklopedia tentang Islam Melayu dengan menggandeng beberapa akademisi Indonesia. Jangkauan Islam Melayu memang meliputi Malaysia, Indonesia, Thailand dan juga Filipna. Oleh karenanya, beberapa ahli dari Thailand dan Filipina juga dilibatkan di dalam rencana ini.
Di dalam acara diskusi Kongres Kebudayaan Jawa Timur, 11/12/2010 itulah saya mengungkapka bahwa akhir-akhir ini memang terdapat kesadaran baru dari kalangan akademisi Indonesia untuk mencoa melihat kembali tentang Islam bukan dalam kawasan Melayu akan tetapi dalam kawasan Nusantara. Jika berbicara tentang Islam kawasan Melayu maka harus melibatkan Negara-negara lain, maka di dalam perbincangan tentang Islam dalam kawasan Nusantara berarti yang dibicarakan adalah Islam Indonesia saja.
Saya tentu saja senang mendengar bahwa Islam Nusantara akan menjadi salah satu rekomendasi dari Kongres Kebudayaan Jawa Timur tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan kepada saya bahwa Tim Steering Committee yang diketuai oleh Prof. Dr. Ayu Sutarto diminta agar memasukkan Islam Nusantara sebagai salah satu masukan dari Kongres Kebudayaan Jawa Timur. Dan sebagaimana tema Kongres, yaitu “Dari Jawa Timur Untuk Bangsa,” maka berarti bahwa melalui rumusan rekomendasi tersebut akan dapat memberi arah tentang kajian Islam Nusantara yang perlu untuk dikedepankan.
Jika semua usaha dikerahkan untuk mendukung gagasan perlunya suatu konsepsi baru tentang Islam, sebagaimana yang tertuang di dalam konsep Islam Nusantara, maka saya berkeyakinan bahwa ke depan akan didapati suatu kajian Islam Kawasan, yang kemudian dilabel dengan nama Islam Nusantara.
Islam Nusantara ke depan akan bersanding dengan Islam Anak Benua India, Islam Timur Tengah, Islam Iran, Islam Afrika Utara, Islam Cina dan sebagainya. Dan untuk mewujudkan semua ini tentu tergantung pada usaha para akademisi untuk terus bergelut secara maksimal di dalam merealisasikannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.