MEMBANGUN UKHUWAH UNTUK KEBANGSAAN
Saya merasa berbahagia karena bisa menjadi salah satu narasumber dalam acara yang digelar oleh Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama Republik Indonesia (Balitbang Kemenag RI) di Hotel Merdeka Kediri dalam tajuk acara “Ukhuwah Islamiyah dalam Membangun Nasionalisme dan Kebangsaan.” Acara ini dihadiri oleh Prof. Dr. Abdurahman Mas’ud, MA, dan KH. Anwar Iskandar sebagai narasumber, serta seluruh jajaran pimpinan IAIT, KH. Imam Yahya (rektor) dan seluruh pembantu rektor, dekan dan juga dosen dan utusan berbagai lembaga di Kediri, Tulungagung dan sebagainya.
Sebagai acara yang disetting dalam kerangka membangun kerukunan umat beragama sebagai basis kebangsaan dan kenegaraan, maka acara ini memang sarat dengan berbagai data teks maupun konteks yang terkait dengan pentingnya membangun kerukunan umat beragama. Prof. Abdurrahman, misalnya mengungkap tentang pentingnya pecefull jihad yang berbasis pada paham keagamaan ahlu sunnah wal jamaah. Ajaran Islam ‘ala ahli sunnah wal jamaah yang di dalamnya sarat dengan teks dan konteks keseimbangan, jalan tengah, dan sebagainya sangat relevan dengan bagaimana membangun ukhuwah basyariyah untuk kepentingan membangun nasionalisme dan kebangsaan. Bahkan di dalam beberapa teks klasik, karya ulama Indonesia juga disebutkan bahwa hendaknya masyarakat tidak melakukan tindakan makar kepada pemerintah yang sah, sebagai tafsir atas teks “athi’ullah wa athi’ur rasul wa ulil amri minkum”.
Kemudian, KH. Anwar Iskandar, sebagai seorang Kyai yang mendalami kajian ilmu tafsir dan kitab-kitab klasik ternyata juga memiliki pandangan yang senada dengan bagaimana pentingnya membangun ukhuwah basyariyah dan ukhuwah wathoniyah bagi masyarakat Indonesia. Ketika Nabi Muhammad saw sampai di Madinah dalam peristiwa hijrah, maka ucapan pertama yang dinyatakannya adalah “sebarkanlah salam, sambung tali silaturrahmi, berilah makan bagi yang membutuhkn dan shalatlah di waktu malam dan siang.”
Nabi Muhammad saw sangat paham tentang situasi Madinah yang sangat plural dan multicultural. Ada banyak suku atau kabilah, ada banyak agama dan tentu juga ada banyak tradisi. Oleh karenanya Nabi Muhammad saw menekankan agar semua membangun keselamatan sebagai fondasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu di dalam membangun ukhuwah basyariyah maka yang ditekankan adalah dua aspek, yaitu hal-hal yang terkait dengan yang transcendental dan hal-hal yang terkait dengan yang universal. Terhadap yang transcendental, maka harus ada ketaatan yang mutlak, tidak boleh ada kata tidak. Ayat-ayat transcendental dimulai dengan kata wahai orang beriman, sedangkan ayat universal dimulai dengan wahai manusia.
Jika diperhatikan maka setiap perintah yang terkait dengan yang transcendental, maka Al Qur’an menjelaskan dengan ungkapan: ya ayyuhal ladzina amanu”. Sekedar contoh misalnya dalam kewajiban puasa, kewajiban shalat dan sebagainya. Akan tetapi dalam ayat yang terkait dengan hal-hal yang universal, maka Allah menggunakan ungkapan, ya ayyuhan nas dan sebagainya. Sekedar contoh, ketika Allah menjelaskan tentang penciptaan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, maka digunakanlah kata nas bukan amanu. Demikian pula ketika menjelaskan tentang keadilan, dan sebagainya.
Sesungguhnya Islam sangat menghargai dan mewajibkan umatnya untuk memahami antara satu dengan yang lain. Sebagai agama yang menganjurkan agar umatnya membangun keselamatan dan kerukunan, maka Islam memiliki dimensi teks yang sangat jelas. Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin, bahwasanya Nabi Muhammad saw diutus untuk membawa kerahmatan bagi seluruh alam semesta.
Melalui konsep Islam rahmatan lil alamin, maka Islam meneguhkan melalui ajarannya agar umat Islam menghargai perbedaan antara satu dengan yang lain, dan perbedaan bukan dijadikan sebagai sarana untuk membuat konflik dan ketegangan. Sebaliknya, perbedaan justru dijadikan sebagai perekat kehidupan.
Jika di antara kita semua bisa mengamalkan hal ini, bukan tidak mungkin kedamaian dan keselamatan di dunia akan bisa dirajut lebih baik, sekarang dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.