• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEDIA PENYIARAN BERMORALITAS PEMBANGUNAN

Tantangan media penyiaran  sekarang semakin berat di tengah persaingan media yang juga semakin menguat. Di mana-mana muncul berbagai media penyiaran dengan berbagai karakternya. Di tengah demokratisasi siaran, maka banyak yang kemudian tertarik untuk memasuki bisnis media, terutama radio dan televisi. Makanya, semakin banyak saja orang atau perusahaan yang menginginkan untuk memiliki media penyiaran di dalam berbagai variasinya.

Di tengah tekanan dunia kapitalisme yang semakin menguat, maka pertarungan media penyiaran bukan pada kreativitas akan tetapi terkait dengan bagaimana dunia kapitalisme tersebut menjejali penyiaran media dengan kekuatan modalnya. Jika kita cermati berbagai acara siaran televisi, maka dengan mudah dapat diduga bagaimana penetrasi kapitalisme tersebut terjadi.

Dunia sinetron kita adalah cermin betapa konsumerisma dan kapitalisme menjadi bagian tak terpisahkan dari siaran media televisi. Hampir seluruh sinetron kita menggambarkan tentang dunia glamour. Alur cerita ternyata  banyak yang mengumbar beroperasinya kapitalisme tersebut. Kita mungkin tidak perlu untuk menganalisis terlalu mendalam, akan tetapi melalui pengamatan selintas saja akan bisa dijumpai cerita yang menggambarkan beroperasinya sistem kapitalisme tersebut.

Memang, kita harus akui bahwa kapitalisme memang bagian dari kehidupan masyarakat, di manapun kecuali di negara yang memang menyatakan sebagai Negara Sosialis. Meskipun demikian, juga tidak selamanya. Misalnya RRC ternyata  menggunakan dua sistem perekonomian sekaligus. Ada daerah yang didorong untuk berkembang cepat melalui sistem kapitalisme, akan  tetapi juga ada daerah yang harus tetap berada di dalam sistem sosialisme.

Dunia siaran televisi seharusnya masih menyisakan ruang untuk beroperasinya sistem kerakyatan.  Melalui perimbangan yang memadai, maka masyarakat akan merasakan menjadi bagian dari sistem yang didayagunakan oleh negara tersebut untuk melakukan pembangunan masyarakat berbasis moralitas kebangsaan.

Salah satu di antara anak cucu kapitalisme adalah merebaknya budaya serba boleh dan permisif. Sehingga kemudian budaya serba boleh tersebut menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Banyak anak mudah yang mempraktikkan kehidupan serba boleh tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.

Menghadapi kenyataan ini, maka seharusnya media penyiaran harus memberikan gambaran yang baik tentang kehidupan yang di dalamnya terdapat basis moralitas kebangsaan. Yang saya maksud adalah bagaimana media penyiaran di dalam menyiarkan apapun, hendaknya tetap berpatokan pada substansi ini. Sinetron, tayangan infotainment, pendidikan, social, budaya dan politik mestinya berbasis pada substansi moralitas kebangsaan ini.

Secara pribadi saya sangat senang dengan acara-acara televisi yang mengusung tentang kreativitas pelaku di dalam usaha-usaha pengembangan ekonomi atau kreativitas pelaku di dalam membangun kehidupan beragama yang rukun dan damai atau juga sajian berita atau informasi tentang dunia features yang bisa menjadi teladan.

 Sebagaimana yang sering kita dengar bahwa media siaran memiliki pengaruh yang besar di dalam kehidupan social, politik, ekonomi dan budaya. Begitu besarnya pengaruh media tersebut sampai dinyatakan bahwa media adalah pilar keempat demokratisasi. Melihat besarnya pengaruh tersebut, maka pantaslah jika pemilik media menyadari akan arti pentingnya media bagi pemberdayaan masyarakat.

Media bisa mendorong agar individu atau masyarakat tergerak untuk melakukan sesuatu bagi diri dan lainnya. Bukankah kita masih ingat gerakan uang recehan untuk membantu Prita di dalam kasusnya di pengadilan. Melalui media informasi, maka kemudian terjadilah gerakan membantu Prita untuk membayar denda pengadilan.

Kita semua tentu mengharapkan agar media siaran dapat menjadi partner pemerintah dan masyarakat di dalam proses pemberdayaan masyarakat dalam arti luas. Makanya, jika kemudian terdapat siaran media yang memiliki konsern seperti itu, maka pantas jika kemudian diapresiasi oleh banyak pihak.

Apresiasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)  Jawa Timur dalam memberikan awards bagi siaran radio dan televisi yang berbasis pada moralitas kerakyatan tentu perlu diapresiasi. Dan melihat pemenang KPID Awards 2010, maka saya menyaksikan bahwa ada tekad yang baik dari KPID Jawa Timur untuk melakukan yang terbaik bagi pembangunan masyarakat.

Menurut saya, jika semua melakukan apresiasi seperti ini, maka dunia penyiaran ke depan akan dapat menjadi mitra yang baik di dalam kerangka pembangunan masyarakat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini