VISI, MISI DAN AKSI DALAM PENGEMBANGAN PT
Saya merasa sangat senang sebab salah satu keinginan untuk mengembangkan IAIN Sunan Ampel ke depan dapat dilaksanakan dalam waktu yang relative tepat. Salah satu diantaranya adalah keinginan untuk mengembangkan pola dan model pengembangan masyarakat melalui skema community development.
Sebagaimana diketahui bahwa visi IAIN Sunan Ampel adalah menjadi pusat ekselensi pengembangan Islamic studies multidisiplin yang bertarap internasional yang kemudian dibreakdown ke dalam tiga misi, yaitu menjadi pusat ekselensi dalam pendidikan dan pengajaran, menjadi pusat ekselensi dalam penelitian dan menjadi pusat ekselensi dalam pengabdian masyarakat.
Visi ini tentu harus diikuti dengan kerja keras atau aksi. Dalam perbincangan dengan Tim Babcock, Elayne M. Harris dan Ghislaine Larouche, saya membuat lelucon bahwa kita tidak boleh menjadi NATO atau No Action Talk Only. Bukan NATO sebagai Pakta Pertahanan, akan tetapi sebagai sebuah singkatan untuk menggambarkan misi tanpa aksi. Secara kelakar, Elayne M. Harris menyatakan apa itu bahasa Inggris, maka saya nyatakan, bahwa hal itu adalah Inggronesia, atau Inggris Indonesia. Tentu saja saya meminjam ungkapan Tarsan, Si Bukan Empat Mata.
Kehadiran Tim Cowater (18-24/11/2010) ke IAIN Sunan Ampel adalah jembatan agar pencapaian Visi untuk menjadi center of excellence dapat dicapai lebih cepat. Kedatangan tim Cowater dibawah pimpinan Tim Babcock, telah melakukan workshop berbasis Result Base Management (RBM) dan kemudian melakukan serangkaian kunjungan ke seluruh Fakultas, lembaga, pusat dan juga berdialog dengan NGO dan organisasi social keagamaan (NU dan Muhammadiyah) serta kunjungan ke daerah untuk melihat kerjasama dan kerja keras berbagai lembaga dan pusat di IAIN Sunan Ampel di dalam membangun masyarakat melalui skema community development.
Sebagaimana konsep CIDA, bahwa program yang diselenggarakan oleh Cowater sebagai pemenang tender proyek CIDA adalah community outreach, yang memang menjadi terma baru di dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Istilah yang paling lazim adalah community development (CD) yang memang sudah dibakukan di dalam kamus pembangunan berbasis kebutuhan masyarakat.
Kata outreach adalah kata benda, dan kata kerjanya adalah reach out atau di dalam bahasa Indonesia, kata kerja tersebut berarti menjangkau. Jadi, kira-kira di dalam bahasa Indonesia, ungkapan community outreach bisa diterjemahkan menjadi jangkauan bersama masyarakat atau uluran tangan pada masyarakat. Saya kira istilahnya memang tidak perlu diperdebatkan. Sebab yang lebih urgen adalah bagaimana konsepnya yang aplikatif tersebut dapat dijalankan secara memadai.
Melalui kehadiran Cowater di dalam proyek Community Outreach (CO) ini, maka salah satu misi untuk menjadikan IAIN Sunan Ampel sebagai center of excellence dalam bidang community services akan bisa dilaksanakan secara lebih cepat. Melalui skema yang jelas tentang arah dan tujuan CO ini, maka target yang akan dicapai di dalam CO akan lebih jelas didapat.
Melalui skema bantuan anggaran dan tenaga ahli yang akan bergerak bersama, maka tentu akan dihasilkan program-program yang lebih realistic di dalam berbagai variannya. Semua fakultas, lembaga dan pusat di institusi ini akan bisa membuat program yang lebih menukik kepada kepentingan masyarakat.
Fakultas Tarbiyah bisa mengembangkan program, bagaimana seorang guru bisa menjadi agen pemberdayaan masyarakat selain dirinya yang professional. Fakultas Ushluddin juga bisa menghasilkan ahli agama yang sealigus juga ahli dan agen pemberdayaan masyarakat. Fakultas Syariah, bisa menghasilkan ahli di bidang hokum yang sekaligus juga ahli pemberdayaan masyarakat. Demikian seterusnya.
Menurut Tim Babcock, bahwa program ini bukan akan menjadikan guru professional, akan tetapi bagaimana guru yang professional tersebut bisa menjadi agen pemberdayaan masyarakat. Jadi, semua akan diarahkan kepada satu titik yaitu pemberdayaan masyarakat sesuai dengan prinsip yang disepakati antara CIDA, MORA dan Cowater.
Selama enam tahun, program ini akan dilaksanakan. Jika program ini tepat sasaran, maka sungguh bisa diharapkan bahwa percepatan visi untuk menjadi ekselen di dalam community services bukanlah sesuatu yang sia-sia.
Dengan demikian, pencapaian misi untuk menjadi ekselen di dalam pemberdayaan masyarakat akan bisa dicapai lebih cepat dari yang diancangkan sebelumnya. Tetapi semua ini harus dilaksanakan, jadi visi harus menjadi misi dan misi harus menjadi aksi.
Wallahu a’lam bi al shawab.