OBAMA DALAM RELASI INDONESIA-AMERIKA SERIKAT
Meskipun saya terlambat untuk mengomentari kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, akan tetapi bukan berarti saya sama sekali tidak memiliki perhatian terhadap kedatangannya. Untuk menandai perhatian saya, maka pada rencana kedatangannya pada bulan Maret 2010. Bahkan juga banyak komentar terhadap tulisan saya yang berjudul “Selamat Datang Obama” tersebut.
Saya memang pasti tidak masuk hitungan orang yang bisa diundang di dalam acara temu Obama. Sama dengan yang lainnya. Namun demikian, juga bukan berarti bahwa kedatangan Obama ke Indonesia sama sekali tidak menjadi pusat perhatian. Baik dari sisi kemanusiaan, politik dan social pastilah ada sesuatu yang menarik dari kedatangan orang Nomor satu di Amerika Serikat itu.
Kedatangan Obama ke Indonesia memang sempat mengalami perubahan, bahkan dua kali. Makanya, rencana kedatangannya yang ketiga ini memang sepertinya menjadi catatan wajib. Meskipun kedatangannya di Indonesia hanya sebentar dari rencana semula, namun tetap memiliki makna yang cukup mendalam. Atau justru sebentar itu, maka efisiensi dan efektivitas kunjungannya ke Indonesia menjadi semakin kelihatan. Memang juga da factor alam yang sedikit menganggu kedatangan Obama ke Indonesia, yaitu debu Merapi yang dipastikan juga sampai ke wilayah Jawa Barat.
Ada banyak memory Obama tentang Indonesia. Meskipun Beliau hanya selama empat tahun di Indonesia, yaitu ketika sekolah di Sekolah Dasar di Menteng, namun memori tersebut ternyata masih sangat membekas. Padahal kejadian tersebut terjadi ketika Beliau masih usia sekolah dasar. Makanan kesukaannya pun masih diingat dengan baik, bakso, emping, krupuk, yang kala itu dan hingga hari ini masih menjadi makanan khas Indonesia masih dikenalnya dengan baik. Ada nostalgia yang sangat mengedepan dalam kedatangannya ke Indonesia itu. Jadi bukan hanya kunjungan presiden Amerika Serikat, akan tetapi nostalgia masa kecil. Itulah sebabnya yang diungkapkan adalah “pulang kampung nih”.
Presiden Obama memang bukan hanya pernah hidup di Indonesia, yang selam empat setengah tahun. Akan tetapi Obama memiliki keluarga besar orang Indonesia. Memiliki ayah tiri orang Indonesia, Soetoro dan juga adik tiri, Maya Soetoro. Hubungannya dengan orang Indonesia bukan hanya sebatas perkawanan dengan teman-temannya semasa di Indonesia dahulu, akan tetapi adalah relasi keluarga besar. Makanya juga sangat wajar jika Beliau menyatakan: “Indonesia adalah bagian dari hidup saya”.
Mungkin saja kunjungan beliau ke Indonesia belum memiliki makna politik yang sangat signifikan. Artinya bahwa lebih banyak ungkapan nostalgia yang dinyatakannya. Tentu saja ini adalah sesuatu yang sangat manusiawi bagi kebanyakan orang. Beliau ingin mengungkapkan kembali tentang bagaimana ketika Beliau hidup di Indonesia dengan segala pernak-perniknya. Bahkan ketika juga beliau menyatakan bahwa: Saya tidak mengira bahwa anak Menteng Dalam ini bisa memasuki Istana Negara”.
Ungkapan ini tentu sangat khas Indonesia. Sebuah ungkapan yang sangat santun tentang relasi antara tuan rumah dan tamu. Di dalam hal ini seakan ingin dinyatakan bahwa Beliau adalah orang biasa yang dapat bertamu dan memasuki istana Negara yang sangat berwibawa itu. Ungkapan ini tentu bukan sebuah ungkapan basa basi, akan tetapi adalah ungkapan jiwa yang sangat mendalam tentang relasi antara Beliau dengan Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkannya bahwa Indonesia adalah second country bagi dirinya.
Presiden Obama memang memiliki kedekatan secara personal dengan Indonesia. Jadi bukan hanya antara G to G, akan tetapi adalah antara Beliau, keluarga besarnya dan Indonesia. Sebuah relasi yang mendasari memorinya tentang Indonesia begitu mendalam. Bahkan juga ada kawannya yang menyatakan bahwa jika bertemu dengan adik iparnya, Maya Soetoro, maka Beliau menggunakan bahasa Indonesia.
Kunjungan Presiden Obama ke Indonesia memang sangat singkat, akan tetapi secara personal meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Bukan hanya karena beliau menggunakan sebanyak 40 kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi karena Beliau merasakan betapa Indonesia menjadi bagian dari kehidupannya.
Dewasa ini banyak orang yang melupakan tentang bagaimana seseorang pernah menjadi bagian dari sebuah komunitas dan kehidupan di masa lalu. Ada yang beranggapan bahwa kehidupan ini bukan sesuatu yang diakronik akan tetapi sinkronik. Bukan sesuatu yang berkelanjutan akan tetapi memotong. Jadi ada orang yang melupakan masa lalunya dan merasa bukan menjadi bagian dari masa lalu itu. Masa lalu adalah cermin untuk kaca benggala yang akan datang.
Saya lalu teringat dengan ungkapan terkenal Presiden Soekarno “Jasmerah” atau “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Dan menurut saya, Presiden Obama justru yang mengajarkan tentang jangan melupakan sejarah itu di dalam kehidupannya.
Jadi, relasi antara Presiden Obama dengan Indonesia bukan hanya relasi antar Negara akan tetapi adalah relasi antar keluarga. Sehingga kedatangan Beliau ke Indonesia juga bukan hanya untuk kepentingan kedua Negara akan tetapi juga nostalgia tentang kehidupannya di Indonesia.
Wallahu a’lam bi al shawab.