TEMU REKTOR DALAM SIMfONI CITRA BANGSA
Saya memperoleh kehormatan ketika diminta oleh Pak Soewarno M. Serad, Public Affairs Director PT Djarum untuk memberikan sambutan mewakili 73 Perguruan Tinggi Se Indonesia dalam acara Malam Dharma Puruhita Simfoni Citra Bangsa Silaturrahmi Nasional 2010 dan sekaligus juga penyerahan beasiswa Djarum 2010 kepada sebanyak 450 orang mahasiswa berprestasi di PT seluruh Indonesia.
Di dalam acara ini hadir pimpinan PT Djarum, para Rektor, Pembantu/Wakil Rektor, mahasiswa penerima beasiswa dan dihibur oleh Perwacaraka Band, Giring Nidji dan presenter Ersa Mayori serta seluruh crew dan penata gerak dan lagu dalam acara yang membahagiakan ini. Acara yang sempat molor karena banjir ini, Alhamdulillah dapat terselenggara dengan sangat memadai dan membanggakan. Acara yang sepenuhnya dilakukan oleh seluruh penerima beasiswa Djarum ini menjadi menarik karena ditata oleh koreografer professional Ari Tulang, yang memang kesohor.
Acara siltaurahmi ini memang menjadi temu budaya bagi beswan Djarum 2010. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan para beswan Djarum, akan tetapi juga menjadi acara pertemuan 73 pimpinan PT. hadir diantara mereka adalah Rektor Universitas Lampung, Rektor Universitas Satya Wacana, dan saya serta seluruh pembantu Rektor/Wakil Rektor PT se Indonesia. Acara Temu Rektor ternyata juga membahas problem pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Ada tiga agenda yang dibahas di dalam acara Temu Rector, yaitu: pertama, secara teknis bagaimana agar PT Djarum dengan Corporate Social Responsibility (CSR)-nya lebih berkiprah di dalam dunia pendidikan. Jika sekarang sudah ada kegiatan Lomba Karya Ilmiah, Lomba Penulisan Blog, Penanaman Sejuta Pohon, pelatihan kepemimpinan, pelatihan wirausaha dan sebagainya, maka ke depan tentu harus lebih berdayaguna di dalam kerangka menyiapkan mahasiswa untuk memiliki kemampuan yang lebih trengginas di dalam dunia kerja. Seperti kita tahun bahwa Indonesia masih kalah dibanding Singapura di dalam enterpreunership. Indonesia masih sangat kekurangan dalam mencetak enterpreuner. Makanya, diharapkan bahwa PT Djarum akan lebih memihak kepada dunia pendidikan di dalam menyiapkan mahasiswa untuk siap bekerja. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui pemberian pelatihan dan menyusun desain kewirausahaan dan kemudian memberikan voucher bagi perencanaan wirausaha yang memadai dan prospektusnya baik.
Kedua, secara konseptual diharapkan agar PT Djarum juga dapat membantu dalam proyek nasional pendidikan karakter. Sebagaimana banyak diungkapkan oleh Mendiknas, Prof. Dr. Mohamad Nuh, bahwa untuk mengembalikan kemulyaan Masyarakat Indonesia maka yang diperlukan adalah mengembalikan program pendidikan Indonesia berbasis karakter atau pendidikan budi pekerti atau akhlak al karimah. Ditengarai bahwa program pendidikan di Indonesia lebih mengarah kepada transfer ilmu pengetahuan dan bukan transfer of morality atau paduan keduanya. Contoh yang paling sederhana adalah guru atau dosen datang mengajar dan hanya memberikan pengetahuan. Tidak ada yang kemudian mengajak untuk bersyukur, bertawakkal dan berusaha atau sekurang-kurangnya sebelum perkuliahan dimulai lalu berdoa dulu sesuai dengan keyakinan dan agamanya masing-masing. Jadi pendidikan direduksi menjadi transfer of knowledge saja.
Ada contoh yang diberikan oleh Rektor Universitas Satya Wacana ketika bersama-sama mahasiswanya mengikuti ajang silaturhani mahasiswa internasional di Thailand. Ada session di mana mahasiswa diberi kesempatan untuk memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan. Maka mereka berembug untuk menentukan apa acaranya dan dimana akan dilaksanakan. Ada sebuah peristiwa yang menarik bahwa seluruh mahasiswa yang berasal dari Jepang pamit pada rector dan pimpinan delegasinya. Akan tetapi mahasiswa Indonesia tidak satupun yang pamit kepada rector dan pimpinan delegasinya. Mereka lalu pergi begitu saja. Ketika mereka pulang lalu ditanya kenapa mereka tidak pamit kepada rector atau pimpinan delegasinya, maka mereka menjawab tidak tahu apakah harus pamit. Lalu diceritakan oleh Rektor itu, bahwa mahasiswa Jepang seluruhnya pamit kepada rektornya dan pimpinan delegasinya.
Jadi seperti ada sebuah proses pendidikan yang seakan-akan terbalik. Jepang yang dianggap sangat modern dan liberal, ternyata menghasilkan mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap pimpinannya, sedangkan mahasiswa Indonesia yang dinyatakan sangat bermoral dan religious ternyata tidak melakukannya. Jadi rasanya memang harus ada proses revitalisasi pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan.
Ketiga, memohon agar PT Djarum terlibat di dalam proyek Penguatan Pilar Kebangsaan. Di tengah semakin menguatnya berbagai isme yang transnasional, maka sudah selayaknya jika pendidikan yang berbasis penegakan pilar kebangsaan tersebut memperoleh tempat yang memadai. Pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinekaan sudah saatnya untuk ditegakkan kembali. Keempatnya adalah hasil perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia yang mesti menjadi kesadaran seluruh bangsa Indonesia untuk menegakkannya.
Oleh karena itu diharapkan agar para Beswan Djarum bisa menjadi agen bagi hal-hal di atas. Mahaiswa penerima beasiswa Djarum harus menjadi pemuka pendidikan karakter dan juga menjadi agen bagi penegakan pilar kebangsaan.
Jika hal ini bisa dilakukan, maka ke depan masih akan dapat dilihat tegaknya Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berkarakter serta terjaminnya kesejahteraan dan keadilan. Lagu Indonesia Raya yang sering kita dendangkan, tentu akan menjadi nyata adanya.
Wallahu a’lam bi al shawab.