• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SUMPAH PEMUDA DI ERA MODERN

Tanpa terasa bahwa sudah 82 tahun sumpah pemuda berlalu. Peristiwa yang sangat heroic ini terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 yang diikuti oleh semua elemen bangsa Indonesia terutama kaum mudanya.  Mereka berikrar bahwa hanya ada satu nusa, bangsa, dan bahasa, yaitu Indonesia.

Ikrar yang diikuti oleh semua pemuda Indonesia dari berbagai etnis, bahasa dan agama tersebut berhasil secara gemilang meletakkan satu prinsip dasar kesatuan dan persatuan bangsa yang kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia. Oleh karena itu, maka sesungguhnya para pemuda Indonesia memiliki sumbangan yang sangat besar dalam konsepsi kebangsaan, yang dikenal sebagai negara-bangsa, yaitu negara dan bangsa Indonesia.

Melaksanakan rapat atau pertemuan dengan segenap elemen pemuda Indonesia di kala itu tentu bukan perkara mudah. Mereka melakukan rpat di bawah moncong senapan dan pengawasan yang sangat ketat dari pemerintahan penjajahan. Maka keberhasilan merumuskan persatuan dan kesatuan bangsa dalam sumpah pemuda merupakan prestasi yang sangat fenomenal. Tanpa keberanian dan komitmen kebangsaan yang sangat tinggi rasanya tidak mungkin hal tersebut dapat dilaksanakan.

Kemarin, saya mengikuti upacara bendera di Grahadi dalam rangka peringatan 82 tahun Sumpah Pemuda. Dan seperti biasanya, maka upacara tersebut dilaksanakan dengan sangat seksama dan sangat disiplin. Para peserta upacara yang terdiri dari komponen mahasiswa dan para pemuda lainnya tentu larut di dalam nuansa keheningan upacara tersebut.

Saya memang sering melankolis ketika mengikuti upacara resmi memperingati hari-hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Di saat pengibaran Bendera Merah Putih yang diikuti dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, maka tanpa terasa kemudian berlinang airmata saya. Ketika lagu itu mengalun dengan syahdu dan kemudian bertalu-talu, yang menggambarkan semangat kebangsaan yang sangat mendalam, maka keluarlah air mata saya. Upacara bendera yang dilakukan dengan khidmat dan penuh nuansa kesakralan ternyata bisa membawa seseorang ke dalam arus masa lalu, yaitu masa perjuangan bangsa Indonesia.

Lagu Indonesia yang penuh dengan patriotism tersebut dapat membawa saya dan mungkin yang lain untuk merasakan getaran magis lagu itu. “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia raya.” Saya dan mungkin juga yang lain merasakan betapa beratnya untuk memperoleh kemerdekaan itu.  Dengan  modal semangat juang yang sangat tinggi dan doa yang terus berkumandang, akhirnya cita-cita kemerdekaan itu bisa diraih.

Dan semua ini tentu berbasis pada semangat persatuan dan kesatuan para pemuda di era kemerdekaan yang lalu. Memang, kemerdekaan bisa diraih dengan peperangan dan angkat senjata. Akan tetapi yang tidak boleh dilupakan bahwa semangat merdeka dengan kesatuan dan persatuan bangsa tentu bukan sesuatu yang biasa saja.

Bisa dibayangkan bahwa para pemuda dengan berbagai latar suku, etnis, bahasa dan budaya tersebut dapat menyatakan kata “sepakat” tentang satu nusa, bangsa dan bahasa, yaitu Indonesia. Mereka mengumandangkan kesatuan dan persatuan bangsa dengan menihilkan perbedaan-perbedaan.  Mereka menyatu di dalam perbedaan atau bhinneka tunggal ika. Inilah kekhasan generasi muda angkatan tahun 1928 atau angkatan 28.

Kita telah berada di era pembangunan bangsa. Artinya bahwa tantangan para pemuda tentu sangat berbeda dengan tantangan pemuda di tahun 1928. Jika di masa lalu tantangannya adalah untuk memperoleh kemerdekaan, maka di era sekarang tentunya memiliki perbedaan tantangan. Tantangan tersebut adalah mengisi kemerdekaan. Yaitu menyejahterakan masyarakat Indonesia, mencerdaskan masyarakat Indonesia dan menciptakan kedamaian, keamanan dan ketertiban bagi masyarakat Indonesia khususnya dan seluruh bangsa di dunia pada umumnya. Maka sumpah pemuda di era modern, adalah: Cerdaskan Bangsa Indonesia, Damaikan bangsa Indonesia dan Sejahterakan bangsa Indonesia.

Tiga komitmen kebangsaan inilah yang seharusnya menjadi cita dan perjuangan para pemuda Indonesia. Makanya, tidak salah jika para pemuda kemudian menjadi pelopor di bidangnya masing-masing. Harus ada yang menjadi pelopor bagi dunia pendidikan, harus ada yang menjadi pelopor di bidang perdamaian dan harus ada yang menjadi pelopor di bidang ekonomi. Mungkin cara kita mengekpressikan pengisian kemerdekaan dapat bervariasi, akan tetapi harus tetap memiliki muara pada tiga hal dimaksud.

Visi bangsa Indonesia yang tercermin di dalam pembukaan UUD 1945 adalah sangat universal, maka harus dapat diterjemahkan ke dalam unit-unit implementasi yang memadai. Dan salah satu caranya adalah dengan menjadi pelopor di dalam  semua aspek kehidupan yang bisa dilakukan. Dan saya yakin para pemuda pasti akan bisa melaksanakannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini