SETIAP KRISIS MENGHASILKAN PELUANG
Saya memperoleh kesempatan pergi ke Batam yang ke sekian kalinya dengan pesawat Garuda. Kepergian saya kali ini adalah untuk mengikuti acara evaluasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2010, yang dilaksanakan di Hotel Pelangi Batam.
Seperti biasanya, saya selalu mencari-cari bacaan untuk membunuh waktu di pesawat. Dari pada bengong tidak ada pekerjaan, maka salah satu cara yang saya gunakan adalah dengan membaca. Saya memang membawa dua proposal mahasiswa program doctor Universitas Brawijaya yang memang meminta saya untuk menjadi pembimbingnya. Akan tetapi, karena sudah masuk di koper, maka tentu tidak bisa say abaca.
Alhamdulillah, di pesawat selalu ada majalah yang ditaruh di boks di depam penumpang. Saya cermati lembar per lembar dan saya nikmati bacaan-bacaan itu, sampai akhirnya saya temukan tulisan yang sangat inspiring, yaitu profil Sandiaga Uno, dengan tema “Numero Uno”. Tulisan itu dibuka dengan pernyataan deskriptif-provokatif “bermodal strategi bisnis yang Jitu, Sandiaga Uno berhasil mengail keuntungan di tengah resesi”.
Sandiaga Uno atau nama lengkapnya Sandiaga Salahuddin Uno, lahir 28 Juni 1969. Memang masih sangat muda, akan tetapi dia telah menjadi ikon pengusaha muda sebab telah masuk di dalam peringkat orang Indonesia yang paling kaya versi Majalah Forbes dalam urutan ke 29 (kedua termuda) dengan kekayaan sebanyak $ 400 juta. Selain pengusaha ia juga aktif di berbagai organisasi, dan juga kerap menjadi motivator dan bintang iklan.
Dia pernah di PHK ketika terjadi krisis ekonomi tahun 13 tahun yang silam. Perusahaan di mana Sandi bekerja ambruk karena hantaman resesi dunia. Dia menjadi pengangguran dan kembali ke Jakarta untuk ikut dengan keluarganya. Akan tetapi lulusan George Washington University Amerika ini kemudian tidak mau tinggal diam. Di saat kriris itu, dia justru berpikir bahwa dia tidak mau menjadi pekerja, akan tetapi justru harus menjadi pemilik usaha. Dia menyatakan: “kita memang tidak bisa mengubah situasi, akan tetapi kita dapat memanfaatkan situasi”.
Dia kemudian mendirikan perusahaan penasehat keuangan, Recapital Advisor, lalu bersama Taipan Edwin Suryadjaja, merintis “Saratoga Investama Sedaya. Dia menjadi penasehat keuangan dan menghimpun modal dari para pengusaha atau dari para investor untuk mengakuisisi perusahaan yang terhimpit problem, membenahi keuangannya dan kemaudian menjualnya dengan harga tinggi. Dari usaha ini, maka dia memperoleh keuntungan yang tinggi, sehingga Asia news menganugerahinya dengan gelar “Enterpreneur of the year” pada tahun 2008.
Dari pengalamannya itu, maka dia kemudian membuat motto hidup “forevery problem there is a solution, in every crisis there is an opportunity”. Saya sangat apreasiatif terhadap motto ini. Sebab melalui motto ini sesungguhnya kita diajari tentang bagaimana menyikapai problem dan bagaimana menyikapi kriris.
Tidak banyak orang yang bisa melihat bahwa di tengah krisis ternyata justru terdapat peluang yang sangat baik. Dan hanya orang yang cerdas dan punya mimpi saja yang bisa menjadikan krisis sebagai peluang untuk melakukan sesuatu.
Orang yang berhasil di dalam kehidupannya, sesungguhnya adalah orang yang bisa mengambi manfaat dari rangkaian problem atau krisis itu menjadi sebuah peluang yang menjanjikan. Dia bukan hanya pemimpi tetapi adalah pekerja keras dan memiliki kemampuan untuk memeras otak dan tenaganya untuk menggapai mimpinya itu.
Mungkin ada di antara kita yang tahu bahwa ada peluang tetapi tidak bisa memanfaatkannya. Atau ada yang memang tidak tahu bahwa ada peluang di tengah krisis. Maka, yang seungguhnya menjadi penting adalah belajar secara terus menerus di dalam kehidupan ini, agar kita bisa memnaca peluang di tengah krisis itu.
Orang pintar bukan hanya karena otaknya cerdas, akan tetapi adalah orang yang mampu untuk membaca peluang di tengah krisis dan kemudian mampu mengimplementasikan gagasan itu sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Saya menjadi teringat kepada pernyataan Arnold J Toynbee, bahwa di mana ada challenge maka di situ ada response. Bangsa Jepang dan lainnya menjadi besar karena bangsa itu mampu menjawab tentangan dengan kerja keras dan cerdas.
Wallahu a’lam bi al shawab.