• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

VARIABEL CENTER OF EXCELLENCE: KUALITAS INFRASTRUKTUR

Setelah diselingi sehari saya tidak menulis tentang center of excellence perguruan tinggi (PT), maka hari ini saya akan menulis lagi tentang center of excellence PT sebagai bahan diskusi di dalam kerangka untuk memperdalam tentang apa yang sesungguhnya diinginkan oleh para stakeholder PT yaitu menjadikan PT sebagai PT yang unggul.
Saya telah menulis bahwa dosen dan proses pembelajaran merupakan variabel penting di dalam pengembangan center of excellence. Saya telah kupas beberapa indikator dasar yang kemudian bisa dibuatkan ukuran-ukurannya dan bahkan juga untuk merumuskan program akseleratif yang menyangkut pengembangkan pusat keunggulan dosen. Kini saya ingin menggambarkan bahwa selain dosen dan PBM juga ada variabel struktural yang perlu diperhatikan, yaitu variabel infrastruktur dan sarana prasarana.
Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab terkait dengan sarana dan prasarana adalah apakah keunggulan bisa digapai tanpa memperhitungkan variable sarana dan prasarana PT? Di dalam hal ini jangan dibayangkan bahwa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah gedung-gedung atau bangunan-bangunan fisik saja, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemenuhan laboratorium yang andal bagi mahasiswa, keberadaan perpustakaan yang hebat dengan koleksi dan teknologinya, serta keberadaan SDM yang andal untuk memanaj dan mendayagunakan semuanya itu untuk kepentingan pengembangan kemampuan intelektual, akademis dan keterampilan mahasiswa di dalam penguasaan bidang studinya.
Tentang perpustakaan, betapa pentingnya penguatan di dalamnya. Bagi saya, perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi. Bagaimana sebuah perguruan tinggi dapat dianggap unggul jika perpustakaannya hanya sebuah lokal yang hanya berisi sejumlah koleksi. McGill University di Kanada sangat terkenal akan koleksinya yang luar biasa. Melbourne University juga sangat terkenal akan koleksinya. Semuanya menggambarkan bahwa perpustakaan adalah jantung perguruan tinggi. Makanya, perpustakaan tersebut juga memberikan layanan secara maksimal bagi mahasiswa yang membutuhkannya.
Sebuah perpustakaan dapat dinilai unggul, jika koleksinya tidak terhingga –karena banyaknya—dan juga teknologi informasinya yang sangat baik. Koleksi buku, jurnal, bulletin, majalah, bahkan teks-teks klasik menjadi sangat penting. Sedangkan dari sisi teknologi, maka sudah menggunakan system on line atau Online Public Access Catalogue (OPAC), sudah menerapkan digital library (Digilib), dan juga memiliki relasi yang kuat dengan perpustakaan lain dalam pelayanan peminjaman dan juga jurnal-jurnal internasional yang banyak. Tidak sekedar itu, di dalamnya juga banyak dihuni oleh orang-orang yang memiliki mimpi tentang bagaimana memberikan yang terbaik bagi para penggunanya.
Kemudian, perpustakaan itu juga sangat mudah diakses oleh para peminatnya untuk bisa bergabung di dalamnya melalui tersedianya layanan on line di website PT. Jangan pernah berharap untuk dinyatakan sebagai perpustakaan yang hebat, jika koleksi itu hanya bisa dinikmati atau dikunjungi secara fisikal. Di tengah arus perkembangan teknologi informasi ini, maka hal-hal yang bisa diakses tentu harus diakses sebagai bagian dari kebebasan untuk memperoleh informasi. Makalah, hasil penelitian, jurnal, majalah, buku dan karya akademis lain haruslah dapat diakses dengan mudah melalui layanan di website PT. Keunggulan website Universitas Petra adalah karena semua tulisan apakah dari mahasiswa atau dosen sudah terpublis di dalam websitenya dan dapat diakses oleh siapa saja.
Selain itu, laboratorium juga sangat penting. Untuk menjadikan mahasiswa sebagai alumni yang hebat tentu sangat tergantung kepada keberadaan laboratorium. Saya teringat pidato Pak De Karwo, 29/09/2010, bahwa banyaknya lembaga pendidikan umum (SMU) disebabkan karena mendirikan SMK memerlukan laboratorium. Atau jika mendirikan SMK, maka tidak ada praktiknya. Beliau menyatakan yang demikian itu disebut sebagai praktik “kognisi” kebudayaan dan bukan praktikum “hasil” kebudayaan.
Laboratorium merupakan sarana untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman praksis. Dia tidak hanya memperoleh pengetahuan praktis, akan tetapi juga pengalaman praktis. Bagaimana seseorang akan menjadi ahli ilmu Falaq, jika tidak pernah praktik teknologi tentang falaq. Bagaimana seseorang akan bisa menjadi juru dakwah melalui retorika, jika tidak memiliki pengalaman melalui laboratorium micro-preaching. Melalui laboratorium ini, maka dia akan dapat memahami apa kekurangannya dan kemudian secara terus menerus memperbaikinya. Makanya untuk menjadi unggul dalam ilmu dakwah juga harus ditunjang oleh kelengkapan infrastruktur untuk menjadi unggul.
Cobalah sekali waktu kita petakan, apakah dari sisi sarana dan prasarana kita sudah bisa dinyatakan sebagai unggul itu. Kita memang harus menyadari bahwa masih ada gap yang sangat tinggi di antara PTAI kita. Bagi yang sudah menjadi UIN dan memperoleh dana loan dari IDB, maka problem kelas dan ruangan sudah tidak lagi dirasakan. Maka yang seperti ini, tentu sudah bisa merancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh laboratoriumnya. Perencanaan ke depan adalah bagaimana agar kebutuhan mahasiswa mengenai laboratorium dapat dipenuhi agar mahasiswanya menjadi ekselen.
Oleh karena itu, pemenuhan laboratorium untuk mengangkat prodi agar menjadi unggulan juga sangat mendasar dan penting. Tanpa hal ini, rasanya kita memang benar-benar berada di alam mimpi.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini